Karena sakit, karena sedih dan karena marah.
Note : Chapter ini mengandung adegan kekerasan dan kata - kata (yang agak) kasar. Pembaca diharap bijak.
Apotik yang mereka sebut tadi letaknya tidak jauh dari bus kami yang terguling. Air mata menghalangi pandanganku sehingga aku tidak tahu bagaimana keadaan di dalam apotik. Aku hanya bisa mendengar Daniel yang menyuruh Aji dan Andi memeriksa ke dalam apotik. Tak berselang lama Aji memberitahu keadaan di dalam apotik aman. Aku kembali dibopong untuk masuk ke dalam apotik.
Aku merasakan tubuhku dibaringkan di sebuah kasur dengan hati - hati. Namun percuma saja karena tiap kali aku bergerak kecil rasa sakitnya masih tetap ada. Aku tidak bisa berfikir jernih sekarang, aku membiarkan teman - temanku bertindak. Aku tidak akan melarang mereka.
"Oke.... Oke. Aini dan Debby cari perban, kain bersih atau apapun itu, Rani cari cairan antiseptik, Grina tolong jaga Dinda sebentar, Gua harus cari sesuatu"
Aku hanya bisa mendengar suara - suara teman - temanku yang sepertinya tengah dalam keadaan panik. Lalu ada Grina yang terus membuatku tenang dengan kata - katanya.
Aku mencoba membuka mata, hanya untuk melihat Daniel yang sedang memakai sarung tangan karet dan tengah mencari sesuatu di atas kabinet kecil. Aku menduga tempat ini bukan hanya apotik namun juga sebuah klinik kecil.
Grina merogoh pisauku dari sabuk lalu memotong sedikit pakaianku di bagian perut, sekarang aku bisa melihat dengan jelas kaca yang menancap di perutku.
Ukuran kacanya sekitar ukuran telapak tanganku. Besar memang. Pantas saja sakit."Gua emang bilang gua pernah ngalamin yang lebih parah dari ini, cuma sakitnya sama"
Nafasku terengah dan dahiku berpeluh.Grina hanya tersenyum tipis menanggapi ucapanku.
"Dinda yang gua kenal emang kuat, tapi fisiknya lemah"Baru saja aku akan membalas ucapan Grina, Aini, Rani dan Debby kembali dengan membawa barang - barang yang diminta Daniel.
Aku hanya bisa menatap lemah teman - temanku, berusaha bersiap merasakan sakit yang lebih hebat lagi setelah ini.Grina menyuruhku menggigit sebuah kain bersih, agar aku tidak mengigit lidahku nanti katanya.
Setelah beberapa saat, Daniel kembali lagi ke sampingku. Aku tidak bisa melihat apa yang dia persiapkan sebelumnya.
"Pegangin Dinda" Dengan itu, Grina menggenggam tanganku erat, sementara Aini dan Debby menahan kakiku.
"Siap ?"
Aku menarik nafas dan mengeluarkannya dengan cepat, aku lebih kuat menggenggam tangan Grina ketika rasa sakit itu kembali terasa.
"NGGGHHHHHH !!"
"Tahan !"
Aku menggeram lebih keras, menggigit kain itu lebih kencang. Hingga kurasakan seluruh tubuhku lemas.
***
"Kamu masih aja lemah ya ?"
Aku terbangun dengan nafas terengah. Mencari sebuah suara.
"Kamu lemah, dinda"
Aku membalikan badan. Suara itu terdengar lagi.
"Lemah"
Aku tidak tahu ini dimana. Tapi yang pasti aku tidak sedang berada di dunia nyata.
"Gak berguna"
"Kamu gak bisa berjuang demi teman - teman kamu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Days Of Earth [discontinued]
PertualanganHari - hari terakhir di muka bumi. Apa yang akan kalian lakukan ? Bertahan hiduplah. [THIS WHOLE STORY IS MINE. PLAGIARISM IS STRONGLY PROHIBITED]