Hurt, Sad, and Angry

1.7K 148 19
                                    

Saya punya sedikit waktu luang. Jadi ya.... Enjoy !

Ada lagi rintangan yang harus kami lalui, dan yang satu ini lumayan berat.

Aku terus - terusan merutuk dalam hati. Berharap kalau yang sedang kulihat ini adalah ilusi belaka. Namun sayang kami memang terjebak dalam situasi ini.

Di depan sana, tiga meter dari bus kami. Tepat di tengah flyover. Lebih dari puluhan Undead berjalan kesana kemari. Seakan mereka tengah mencari makan. Namun diantara mereka ada salah satu Undead yang terlihat berbeda. 

"Itu.... Apa ?"
Nafasku tercekat jadi aku tidak menjawab pertanyaan dari Kak Restu itu.

Aku melangkah lebih mendekat ke jendela depan. Undead yang kulihat benar - benar berbeda dari yang selama ini pernah kulihat. Tubuhnya besar dan tinggi, kemungkinan lebih dari 2 meter. Otot - ototnya kekar dan aku bersumpah bisa melihat cakar di jari - jarinya bahkan dari sini. Padahal jarak kami sekitar 100 meter dari makhluk itu.

 Padahal jarak kami sekitar 100 meter dari makhluk itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Kurang lebih penggambaran Undead nya seperti ini)

"Dinda ! Itu--"

"Sttt.... Jangan buat suara dan jangan ada yang bergerak tiba - tiba" aku membuat gestur diam dengan meletakkan jari telunjuk ke depan bibirku.

Setelah semuanya diam dan bahkan berhenti bergerak, aku melirik kak Kemal dan kak Dewa juga teman - temanku yang lain.

"Kita mundur, pelan - pelan. Kita bakal cari jalan muter. Gua belum pernah liat Undead yang sebegitu gedenya jadi gua gak mau ambil resiko" Aku berbisik pada mereka.

"Kita juga belum pernah lihat yang jenis ini" Kak Dewa lebih menegaskan. "Kita tidak akan ambil resiko, seperti yang Dinda bilang"

Aku mengangguk. Berjalan perlahan menuju supir kami, kak Restu.

"Jalan mundur pelan - pelan. Setelah kita keluar dari Flyover kita belok ke kanan"

Kak Restu mengangguk lalu segera melepas rem tangan. Bus perlahan berjalan mundur sebisa mungkin tanpa suara.
Aku merasa adrenalin ku terpacu lagi. Tak ada yang tahu apa yang dapat dilakukan oleh Undead jenis itu. Tapi aku tahu kami tidak akan menang melawannya tanpa senjata dan strategi yang cukup.

Bus kami terus melaju. Sesekali kak Restu melihat spion untuk memastikan jalur bus. Aku baru saja akan bernafas lega ketika suara anak kecil menangis terdengar.

"Hiksss ayahh aku mau pulang, mau pulanggg"

"Ssttt sayang jangan berisik, sttt"

"AYAHH !! AKU MAU PULANGG UWAHHH"

Sial.... Suaranya lumayan kencang.
Aku menyuruh Rara untuk menenangkan gadis kecil itu tanpa suara. Aku melihat ke depan dimana Undead bertubuh besar itu berada. Dia sepertinya tidak mendengar tangisan gadis itu.

Last Days Of Earth [discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang