Bab 8

295 44 4
                                    

Sungjae tidak akan pernah menyangka bahwa situasi seperti ini pada akhirnya akan datang juga. Sungjae yang mendapat tatapan intimidasi dari Taehwan, Yoochun yang tidak tahu harus berpihak kepada siapa, Sooyoung yang seharusnha tidak terlibat karena gadis itu tidak tahu apa-apa dan Sungjae, dirinya yang tak pernah sadar akan posisinya. Hal pertama yang Sungjae dapati saat dirinya membuka mata adalah sebuah bogem mentah dari Taehwan yang membuat kepalanya ribuan kali lebih pusing karena efek soju yang diminumnya. Kedua, hal yang didengarnya adalah suara tangisan Sooyoung yang sangat memilukan meminta Taehwan untuk menghentikan perbuatannya pada Sungjae.

Bagi Sungjae ini sangat lucu sekaligus dramatis. Takdir seakan mempermainkan dirinya. Dari sekian banyak kontak yang ada di ponselnya, Ahjumma itu memilih untuk mengontak Sooyoung.

Apa ini sebuah kebetulan? Atau kesialan?

Tidak, ini tidak akan menjadi sebuah kesialan kalau Taehwan tidak datang dan memberinya bogem mentah secara cuma-cuma. Sungjae justru bersyukur karena Sooyoung menjadi penyelamatnya. Sooyoung bahkan membiarkan Sungjae tidur di kamarnya sementara gadis itu tidur di sofa.

Ponsel dalam saku celana Sungjae berdering membuat semua mata yang berada di ruangan itu menatapnya. Sungjae tanpa ragu mengangkat teleponnya.

"Ya, ada ap-"

BRAK!

Taehwan mengambil ponsel Sungjae dan melempar ponselnya ke dinding. Alhasil, ponsel Sungjae sudah tak lagi berbentuk. Sungjae terdiam untuk beberapa saat dan mendengus sebal sekaligus tersenyum sinis menatap Taehwan. Taehwan yang melihat itu hendak memberikan pukulan lagi kepada Sungjae bila Yoochun tidak menahannya.

"Kau sudah membawa masalah disini! Dan kau bersikap seolah ini bukan masalah besar! Masih sempat-sempatnya kau menjawab telepon disaat seperti ini?!" Pekik Taehwan, dengan segala emosinya yang memuncak. "Aku merasa tidak membawa masalah apapun kesini. Namun kau yang memposisikanku seperti itu. Apa kau sadar?" Balas Sungjae tak kalah tajam.

Taehwan mengepalkan tangannya erat di sisi tubuhnya. "Lagipula kenapa kau harus emosi seperti ini, Taehwan? Bukankah kita sahabat?" Tanya Sungjae dengan sinis. "Kita berempat, dulu sering melakukan hal bersama-sama sepertinya. Terutama aku, kau dan Yoochun Hyung sebelum aku pergi ke Inggris."

"Sungjae, hentikan." Ucap Yoochun, berusaha menghentikan Sungjae. Yoochun seakan mengerti kemana arah pembicaraan Sungjae selanjutnya.

"Juga dulu, saat Sooyoung masih mencintaiku. Apa kau tidak bisa berterimakasih sedikit saja padaku, hm? Kalau bukan karena aku pergi ke Inggris, tidak mungkin Sooyoung bisa  menjadi milikmu sekarang. Tidak mungkin Sooyoung menjadi tunanganmu. Aku, Taehwan! Kau seharusnya berterimakasih padaku!" Ucap Sungjae dengan nada tinggi. Tanpa aba-aba lagi kali ini Taehwan memukul Sungjae dengan membabi buta. Bahkan Yoochun yang berusaha lagi untuk melerai mereka sama sekali tidak berhasil.

"Ucapkan itu lagi sialan! Katakan lagi tepat dimukaku!" Pekik Taehwan membuat Sungjae menyeringai dengan darah segar yang mengalir dari hidungnya. Yoochun tidak lagi berusaha melerai mereka, Yoochun lebih memilih untuk membawa Sooyoung yang nampak terpukul dengan semua kejadian yang terjadi.

Saat Taehwan mulai sedikit kelelahan, Sungjae tertawa mengejek. "Hanya segitu yang kau punya, hm? Kenapa kau tidak menghabisi nyawaku sekalian? Kau membenciku bukan sekarang?"

"Maumu apa sebenarnya hah?!"

"Mauku?" Tanya Seungjae dengan nada yang dibuat-buat, seakan sedang mempermainkan Taehwan. "Kau tahu jelas apa mauku, Lee Taehwan. Aku ingin mengambil kembali apa yang seharusnya menjadi milikku seharusnya. Sialnya, aku malah mendapati sahabatku bertunangan dengan seseorang dari masa laluku. Ini sangat lucu. Terlalu lucu. Bahkan Yoochun Hyung membantumu." Sungjae mendengus, "Sangat lucu bukan? Tidak ada satu orang pun yang bisa aku percaya disini. Bahkan, ketika Sooyoung bertindak seolah dia sudah tidak perduli padaku, tidak memiliki rasa padaku. Dia membohongi perasaannya sendiri, hanya demi menjaga perasaanmu. Sooyoung, aku yakin masih ada tempat untukku dihatinya tapi ia mengacuhkan hal itu!"

REMEMBER THAT. [ ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang