Bab 9

259 39 2
                                    

Sungjae mengusap pergelangan tangannya yang masih tersisa bekas infus. Entah ini sudah bekas infus yang ke berapa dalam hidupnya, ia tidak pernah ingat dan sama sekali tidak pernah menghitungnya.

Setelah tiga hari terbaring lemah di rumah sakit dan melakukan prosedur transfusi darah keadaan tubuhnya sudah membaik. Walau tetap saja kalau beraktifitas terlalu berat masih terasa pusing dan lemas namun bukan masalah bagi Sungjae. Ia hanya perlu beristirahat sebentar dan melakukan pekerjaannya kembali, seperti hari ini contohnya. Dia sudah kembali ke kantor dan berada di ruangannya dan berkutat dengan berkas-berkas yang perlu diperiksa dan ditandatangani.

Namun sejenak ia menyingkirkan pekerjaannya karena sesuatu yang selalu mengganggu pikirannya beberapa hari belakangan ini. Mengenai penawaran Taehwan yang terdengar gila untuknya hari itu.

"Hanya aku dan Yoochun Hyung yang tahu. Setahuku begitu." Katanya sambil menatap Sungjae tenang, namun berbanding terbalik dengan Sungjae yang menjadi amat gelisah. Ia hanya tidak ingin membuat orang-orang disekitarnya repot akan penyakitnya, mengasihaninya, terlebih kalau sampai Sooyoung tahu perihal penyakitnya ini. Ia tidak ingin terlihat lemah di hadapan siapa pun terutama Sooyoung.

"Sooyoung belum tahu kan?" Menanggapi pertanyaa Sungjae, Taehwan hanya menggeleng. "Setahuku tidak." Katanya. " Tapi tidak tahu kalau Yoochun Hyung-"

"Ponselku mana? Aku butuh ponselku!" Pekik Sungjae setengah panik. Taehwan yang sedikit kebingungan meraih ponsel Sungjae yang berada di sisi tempat tidur dan memberikannya.

Taehwan memperhatikan Sungjae yang tiba-tiba saja sibuk dengan ponselnya. Pria itu mendekatkan ponselnya ke telinganya. Yang Taehwan yakini pasti, pria itu pasti menelpon Yoochun.

"Sial." Umpat Sungjae sambil melempar asal ponselnya ke atas selimut. Untung saja ponselnya tidak mental dan jatuh ke lantai.

Sungjae mengusap wajahnya berulang kali frustasi. Pria itu lantas bangkit berdiri, membuat Taehwa mau tidak mau ikut bangkit berdiri. "K-kau mau kemana Sungjae? Kau belum pulih sepenuhnya!" Kata Taehwan sambil menghentikan Sungjae namun pria itu tetap bersikukuh untuk bangkit walau kenyataanya ia belum memiliki tenaga yang cukup. Jalannya saja limbung, harus berpegangan pada sekitarnya.

"Lepaskan. Aku mau menemui Yoochun Hyung, jangan sampai Sooyoung tahu soal penyakitku. Dia pasti akan menganggapku lemah dan mengasihaniku!"

"Sungjae pikirkan juga kesehatanmu."

"Persetan dengan kesehatanku juga penyakitku!"

"Yook Sungjae!" Teriak Taehwan menggema di ruangan tersebut membuat Sungjae dengan nafas memburunya berhenti untuk melawan Taehwan yang bersikukuh untuk memaksanya kembali ke atas tempat tidur. "Apa disaat seperti ini saja, kau terus akan memikirkan Sooyoung?! Tentang apa yang Sooyoung pikirkan tentangmu, Sooyoung yang begini, Sooyoung yang begitu?!"

Sungjae terdiam.

"Memang. Memang bagus mengutamakan orang lain daripada diri sendiri tapi kondisimu sedang tidak baik! Kau sakit, Sungjae. Apa sedikit saja kau tidak bisa memfokuskan dirimu sendiri agar bisa sembuh? Hah?" Taehwan tidak bisa lagi mengendalikan emosinya. Ia menganggap sikap Sungjae terlalu kekanakan.

"Kau tidak mengerti Taehwan."

"Ya! Aku memang tidak mengerti. Yoochun Hyung dan Sooyoung juga! Karena apa? Karena dari awal kau sendiri yang membuatnya rumit. Kau yang tiba-tiba saja pergi ketika Sooyoung jatuh cinta padamu, kau mencampakannya tanpa kepastian status yang jelas. Bahkan tidak usah Sooyoung tapi begitupula aku dan Yoochun Hyung. Lalu setelah tiga tahun berlalu, kau kembali datang dan menyalahkan kami semua yang membuat segalanya rumit." Taehwan terengah-engah karena emosinya. Ia mengungkapkan semua yang ada di dalam pikirannya selama semalam. "Kalau saja kau tidak pergi, mungkin saja posisiku saat ini masih milikmu! Aku tidak perlu berusaha menggantikan posisi Sooyoung dihatimu, kita tidak perlu bertengkar seperti ini. Apa kau sadar selama ini letak kesalahannya ada dimana?"

REMEMBER THAT. [ ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang