Taehwan yang kebetulan tengah meeting mengerutkan dahinya pelan dan tidak lagi menaruh fokus pada meeting yang sedang berlangsung. Sebuah pesan singkat dari Sungjae benar – benar menganggu pikirannya. Bagaimana tidak, tiba – tiba saja Sungjae mengirimkan satu buah pesan dengan satu kata yaitu : selamat. Selamat untuk apa? Apa pria ini sedang mempermainkannya lagi?
"Tuan Lee, apa anda memperhatikan saya sedari tadi?" Tanya Kim Sajangnim membuat Lee Taehwan sadar dari lamunannya dan sedikit salah tingkah.
"Ah, Sajangnim. Saya-"
"Kalau memang anda tidak merasa meeting ini penting untuk briefing client di minggu depan. Anda bisa keluar dari ruangan ini, saya juga bisa memberikan kesempatan pitching client ini untuk karyawan yang memang kompeten." Sindirnya membuat Taehwan merasa sangat bersalah karena tidak memperhatikan.
"Mohon maaf, Sajangnim. Hal ini tidak akan terulang lagi." Kata Taehwan sembari berdiri dan membungkuk.
"Beruntung, suasana mood-ku sedang baik." Balasnya dan Taehwan segera kembali duduk. Jujur, ia akan menelpon Yook Sungjae tepat ketika meeting ini selesai. Semua hal yang berhubungan dengan Yook Sungjae hanya membuat suasana hati dan harinya memburuk saja.
Disisi lain, Yoochun tidak henti – hentinya mengirimi Sungjae pesan dan mencoba menghubungi nomor pria itu namun tetap saja panggilannya sibuk begitupula dengan Sooyoung. Yoochun rasanya ingin memukul tembok kalau seperti ini, kenapa kedua orang ini selalu membuatnya khawatir? Kenapa keduanya masih begitu kekanak-kanakan.
Hampir tiga puluh menit berlalu hingga Sooyoung bisa dihubungi dan mengangkat panggilannya.
"Sooyoung-ah, eodiga?" Tanya Yoochun di iringi dengan suara isakan pelan oleh Sooyoung.
"Oppa, Oppa dimana? Aku butuh Oppa sekarang, suasana hatiku sangat buruk sekarang." Ucap Sooyoung persis seperti saat Sungjae menghilang tanpa kabar dan adik sepupu kesayangannya itu larut dalam kesedihan dalam waktu yang cukup lama.
"Aku baru saja di rumah, aku minta ijin untuk pulang lebih cepat dari kantor karena aku merasa tubuhku tidak enak badan. Kira – kira Oppa bisa sampai disini berapa lama?"
"Sekitar setengah jam. Aku akan sampai disana, kau jangan berbuat aneh – aneh, arrachi? Oppa akan kesana."
"Ne, Oppa. Hati – hati dijalan."
"Iya."
Tepat ketika Yoochun mematikan sambungan telefonnya, ia segera bergegas untuk pergi. Ia urungkan niatnya untuk menemui Sungjae terlebih dahulu untuk menanyakan maksud daripada pesan yang dikirimkannya. Kali ini Sooyoung lebih membutuhkannya daripada apapun. Ia tidak sanggup untuk melihat adik sepupunya mungkin saja kembali hancur untuk yang kedua kalinya.
**
Taehwan berusaha menghubungi ponsel Seungjae namun nomor ponsel pria itu tidak aktif bahkan selepas ia selesai kerja pun. Ia tidak dapat menghubungi ponsel pria itu.
"Hei, Taehwan-ah. Kau tidak bergegas pulang, huh?" Kata salah satu rekan kerjanya membuat Taehwan tersadar kalau mungkin sudah hampir dua puluh menit ia hanya memandangi ponselnya dengan tatapan kosong dan menelaah maksud daripada pesan singkat Sungjae.
"Ah, iya sebentar lagi. Duluan saja. Aku belum membereskan barang – barangku."
"Kenapa, hm? Soal tunanganmu lagi?"
Taehwan menggeleng. "Ani, hanya masalah lain."
"Kau nampak risau sejak meeting tadi. Seperti bukan kau, haha. Baiklah, kalau begitu. Aku pulang duluan, yah!" Katanya dan Taehwan hanya mengangkat tangannya dan bekata hati – hati di jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
REMEMBER THAT. [ ON HOLD]
FanfictionAfter all this time, i still love her like I did before. It hurts, yes it's fuckin hurt. I try to not think of her, as best I could do. Then, there's a point when all i could do is think of her, remind all of those things we had done and we should d...