Here's another author note :
Halo guys, setelah membaca ceritaku kembali sepertinya karena penulisan yang menclok – menclok ada beberapa part yang kurang relevan plotnya sehingga aku memutuskan untuk menghapus dua part terakhir. Jadi kuharap kalian gak bingung ya!
**
Sooyoung bersenandung pelan dan tak henti – hentinya tersenyum ketika mendapati sebuah pesan singkat dari Sungjae yang ingin mengajaknya untuk pergi makan siang bersama. Bahkan rekan kerjanya sedari tadi hanya melirik sesekali dengan penasaran yang luar biasa tinggi.
"Hei, katakan padaku. Kali ini apa yang membuatmu bisa bertingkah seperti ini? Apa pernikahanmu dengan Taehwan Oppa sudah rampung?"
Sooyoung menoleh, "Bukan. Ini bukan masalah itu. Uhm, aku bingung harus menjelaskannya bagaimana tapi ini bukan soal Taehwan Oppa."
"Lalu?"
"Kau tahu, pria bernama Yook Sungjae, kalau tidak salah ingat aku pernah membicarakannya denganmu."
"Hm, Yook.. Sungjae. Yook Sungjae! AIGOO, YOOK SUNGJAE!" Pekik Wendy membuat satu divisi menoleh ke arah mereka. Salah satu supervisor killer dari divisi mereka menatap tajam keduanya seakan memperingati kalau ini jam kantor, bukan jam hura – hura atau semacamnya.
"Wendy, kau hampir membuat kita dipecat. Tahu tidak?!" Bisik Sooyoung kesal.
"Maaf." Katanya meringisi pelan. "Jadi ini betul – betul Yook Sungjae kekasih brengsek saat kau masih SMA dan meninggalkanmu tanpa kabar itu?"
Sooyoung mengangguk pelan. "Ia baru saja kembali dari Inggris beberapa bulan lalu. Kami sudah sering bertemu beberapa kali tapi yah, kau tahu situasi sangat rumit karena kakak sepupuku, tunanganku, dan Yook Sungjae ini adalah sahabat saat SMA sebenarnya. Kehadiran Yook Sungjae yang tiba – tiba membuat situasinya rumit."
"Tentu saja rumit. Hei, kau tahu yang membuat rumit sebenarnya kau."
"Aku?"
"Ya, tentu saja! Jelas – jelas kau sudah bertunangan dengan Taehwan Oppa, lalu karena Sungjae datang lalu kau dengan seenaknya bisa bernostalgia begitu dengan Sungjae? Apa kau pernah berpikir bagaimana perasaan Taehwan Oppa?" Kata Wendy membuat Sooyoung tertegun.
"Tapi aku dan Sungjae Oppa, aku hanya menggapnya sebagai.."
"Sebagai apa? Kalau kan hanya menganggapnya sebagai teman, saat ini yang kulihat terkesan berbeda Sooyoung. Maksudku, aku tidak berusaha mengguruimu. Aku juga tidak tahu betul bagaimana sejarah kau, Sungjae itu dan Taehwan Oppa. Tapi kau tidak bisa terus – terusan untuk terpaku dengan masa lalu. Kau sudah bertunangan dengan Taehwan Oppa dan Sungjae hanya seorang pria dari masa lalumu. Kalian bahkan sudah membahas soal pernikahan."
"Tapi bagaimana kalau aku tidak mencintai Taehwan Oppa dari awal?"
"Lalu kenapa kau begitu egois, dan memulai semuanya dengan Taehwan Oppa dari awal?"
Skakmat, Sooyoung sendiri pun tidak tahu jawabannya.
"Maksudku berbicara seperti ini baik, Sooyoung-ah. Sebagai rekan kerja dan sahabatmu, aku hanya ingin kau membuka mata lebar – lebar. Tapi kembali lagi, semua keputusan ada di tanganmu." Ucap Wendy lalu ia segera bangkit karena harus ke kamar mandi untuk buang air kecil.
Ketika Sooyoung tengah kalut dengan pikirannya dan semua ucapan Wendy yang mau tidak mau harus diakuinya benar, ponselnya bergetar pelan. Ia mendapati pesan dari Sungjae yang mengatakan bahwa dalam lima belas menit lagi ia akan sampai di kantornya tepat jam 12, jam makan siang.
KAMU SEDANG MEMBACA
REMEMBER THAT. [ ON HOLD]
FanfictionAfter all this time, i still love her like I did before. It hurts, yes it's fuckin hurt. I try to not think of her, as best I could do. Then, there's a point when all i could do is think of her, remind all of those things we had done and we should d...