"Bagus! Rambut lepek, mata bengkak. Kau sukses buruk rupa!" Jane mendumel pada dirinya sendiri di depan cermin.
Puas menangis di bilik toilet yang sempit, dan pengap, juga menghabiskan stok tisu di dalamnya, Jane akhirnya keluar untuk mencuci muka. Tapi melihat pantulan dirinya di cermin, Jane malah merasa ingin menangis lagi.
Jane merapikan dirinya, lalu menghirup nafas dalam-dalam. Melupakan semua tentang kakanya. Suatu hari, Jane yakin kakaknya akan kembali seperti dulu. Yang menyayanginya.
Keluar dari toilet, Jane dikejutkan dengan sosok laki-laki yang menghadangnya di depan pintu toilet. Demi Tuhan, hal terakhir yang ingin dia lakukan adalah bertemu laki-laki ini.
"Hai.. Kau... Mm kau ok?" Cowok itu, Calvin membuka suara, sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali. Apakah Jane baru saja melihat Calvin salah tingkah? Jane mengernyit sebagai jawaban seolah berkata sedang apa Calvin di sini.
"Aku melihatmu seperti mmm.. Seperti ada masalah, jadi aku mengikutimu kemari. Kau ok?" ya! Calvin salah tingkah! Jane lebih tertarik gerak-gerik Calvin ketika salah tingkah daripada pertanyaannya.
"Hey kau ok? Jangan hanya melihatku." Calvin kembali membuka suara, mencoba menyadarkan gadis di depannya yang sedari tadi hanya mengamatinya.
"Im ok, and i have to go. Bye calv!" Jane menjawab dengan cepat dan langsung pergi dari hadapan Calvin. Tapi jelas tak cukup cepat dengan reflek tangan Calvin yang sudah mencengkram pergelangan tangan Jane. Lembut tapi kuat.
"You are not. Matamu bengkak. Apa yang terjadi?" Calvin kembali bertanya. Memaksa. Dia sudah cukup emosi mendengar suara tangis Jane. Calvin memang mengikuti Jane. Saat toilet perempuan sepi, Calvin masuk dan berusaha keras mengontrol dirinya untuk tidak mendobrak bilik toilet tempat Jane menangis. Jadi jika gadis di depannya bilang dia baik-baik saja, Calvin tak akan menerimanya. Dia benar-benar akan menghajar siapa saja yang membuat gadisnya menangis seperti itu.
"Aku oke Calvin. Biarkan aku pergi."
"Tidak. Katakan dulu apa yang terjadi!"
"Tidak ada yang terjadi, Calvin!"
"Kau menangis hampir satu jam! Matamu bengkak, pipimu terlihat menyedihkan, dan rambutmu seperti terkena badai! Mana mungkin tidak ada yang terjadi!" Calvin kembali memaksa, dengan ucapan yang tepat menyentil Jane. Jane tahu dia buruk rupa! Tapi tidak bisakah Calvin dan kekonyolannya sedikit menjaga ucapannya?!
"Kau ingin tahu apa yang terjadi?! Yang terjadi adalah kakakku yang sangat aku sayangi menjebakku dengan penjahat kelamin sepertimu! Sekarang katakan padaku! Apalagi yang kalian rencanakan! Kenapa kau tak juga pergi dariku! Kau sudah mendapatkan keperawananku!" Jane menjawab penuh emosi. Oh dia tak peduli lagi apabila ada satu atau dua temannya mendengar perkataannya.
Rahang Calvin mengeras. Menahan emosi. Jane yang awalnya begitu berani menjadi sedikit mengkerut melihat sorot mata Calvin. Kemudian Calvin menarik Jane menuju mobilnya. Setidaknya dengan duduk di dalam mobilnya, Calvin bisa menahan keinginannya untuk menendang sesuatu.
Calvin membanting pintu mobilnya setelah mereka berdua duduk dengan manis. Ia menghela nafas panjang. Calvin tahu cepat atau lambat Jane akan mengetahuinya. Dia memijit pelipisnya pelan. Dia akan menjelaskannya. Dan jika Jane berniat menjauhinya, Calvin akan mengejarnya lebih giat dari ini.
"Aku tak mendapatkannya." Ucap Calvin setelah hening cukup lama. Jane melirik tak mengerti.
"Keperawananmu Jane. Aku tak mendapatkannya." Jelas Calvin lagi. Jane melotot tak percaya.
"Dengarkan aku, ok? Dan jangan dipotong." Jane hanya mengangguk sebagai jawaban. Jane butuh tahu yang sebenarnya.
"Aku dan Ben, kami adalah teman dekat." Jane kembali melotot. Ben berteman dekat dengan mahasiswa konyol macam Calvin?! Yang benar saja! Jane ingin memotong ucapan Calvin tapi tangan Calvin yang mengisyaratkannya untuk diam membuatnya kembali bungkam.

KAMU SEDANG MEMBACA
KEEP YOU SAFE
Romance18+ Mengandung kata-kata yang harusnya disensor Hidup Ben dan Jane Meyer tak akan lagi sama. Kematian ayah mereka menjungkir balikkan hidup yang tadinya sempurna. Ben membenci Jane. Jane membenci dirinya sediri. Sedang Calvin tahu, dia bodoh karena...