Twelve

392 40 9
                                    

Ben memandang sendu wanita yang sedang terbaring di hadapannya. Tubuhnya kian kurus dan keriput mulai terlihat di kulitnya. Ben menahan nafasnya sesak. Dia akan selalu menjadi bayi cengeng di hadapan wanita ini. 

"Mom, dia sudah pergi." Lirih Ben.

"Jadi Mom tak perlu menangis lagi." Lanjutnya.

"Dan aku tak akan melepaskannya, aku janji. Jadi kumohon kembalilah." Lanjut Ben. Tidak ada pergerakan dari wanita di hadapannya. Ben mendesah lelah, dia segera keluar dari ruangan itu karena dia tahu, tangisnya akan meledak jika dia tetap di situ. 

***

Sudah seminggu, kehidupan Jane sudah mulai berpola. Tiap hari dia akan ke kampus lalu dia akan 'mampir' ke penthouse Calvin selama menunggu shift Rose, kemudian kembali ke rumah Rose lagi. 

Jane bahkan mulai tak canggung lagi berada di tempat Calvin. Dia juga sudah hafal di mana Calvin menyimpan gula, di mana persembunyian mie instannya berada, bahkan di mana Calvin menyimpan majalah pornonya. Jane menghapalnya seperti rumahnya sendiri.

Calvin adalah orang yang paling bahagia di antara semuanya. Jane sudah tak sesinis dulu, mungkin karena Barbara. Calvin juga sudah tak pernah bersusah memaksa Jane untuk ikut bersamanya. Oh bahkan Calvin dan Jane mulai tak masalah bergandengan tangan.

Orang-orang bergosip tentang mereka. Membuat taruhan bodoh yang hampir membuat Jane meledak ketika mendengarnya. Berapa minggu Calvin akan bertahan dengan gadis itu? Jane merutuk kesal ketika mendengarnya! Hell! Lihat saja nanti.

"Kapan sih mereka berhenti memandangiku?!" Sungut Rose kesal. Seperti saat ini, Calvin, Jane, Rose, dan Frederick sedang berjalan ke kantin.

"Oh kupikir mereka sedang menikmatiku." Balas Calvin dengan bangga.

"Aku objek taruhannya. Aku pemandangannya." Ucap Jane tak mau kalah.

"Aku yang paling normal di sini kan?" Ujar Fred dengan kekehan. Rose hanya mendengus kesal.

Ketika mereka memasuki area kantin, Jane tak tahan untuk tidak membanting meja di depannya. Orang-orang menolehkan kepala, seakan bilang 'oh itu dia orangnya'.

"Aku ingin membakar tempat ini." Ucap Rose seakan mewakili kata hati Jane. Jane membalas dengan anggukan semangat.

"Kau terlalu tegang hari ini. Santai, babe." Ucap Fred sambil merangkul pundak Rose.

"Don't babe me! Hanya karena temanmu bisa mendekati temanku, bukan berarti kita bisa kembali." Ucap Rose dengan sengit sambil menepis rangkulan Fred.

"Aku pikir kau sudah memaafkanku." Ucap Fred dengan raut sedih.

"Kau gila ya?! Kau menerbangkan burungmu ke setiap gadis! Dan aku harus memaafkanmu?!"

"Tapi kenapa kau tak keberatan duduk di sebelahku sekarang?"

"Aku hanya bertingkah menjadi gadis baik."

"Kalau begitu biar aku bertingkah jadi pacar yang baik."

"Pacar baik my ass!"

Calvin dan Jane terbahak mendengar perdebatan Rose dan Fred. Mereka berdua memang pernah berkencan, tapi berpisah karena Fred berkencan dengan gadis lain di belakang Rose.

"Wajahmu merah. Kau sakit?" Tanya Rose pada Jane dengan raut khawatir.

"Tidak. Ini... Ini karena cuacanya panas." Jawab Jane, Rose memicingkan matanya curiga. Sedang Calvin di lain sisi tersenyum penuh arti, seolah dia sudah memenangkan lotre ribuan dolar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 07, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KEEP YOU SAFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang