Nine

394 35 3
                                    

Error? Coba hapus dulu dari library kalian yaaa :*

"Minumlah." Ucap Rose pada Jane. Mereka berada di kediaman Rose, tepatnya di kamar tamu yang akan digunakan Jane selama di sini. Jane menceritakan semuanya kecuali bagian Calvin menciumnya. Jane juga bercerita tentang mimpinya yang menyeramkan. Dia masih sesenggukan hingga sekarang.

"Dengarkan aku. Itu semua tidak benar. Kau tidak pernah membunuh siapapun dan itu hanya mimpi, ok?" Ucap Rose mencoba menenangkan. Rose tahu ini berat bagi Jane, tapi ini juga lebih berat baginya. Karena dia secara tidak langsung memegang kunci hidup Jane.

"Jika bukan aku. Kenapa Ben membenciku?" Lirih Jane putus asa.

"Karena dia tidak waras." Jawab Rose dengan kesal.

"Lalu bagaimana ayahku meninggal?" Tanya Jane sekali lagi, sambil mencoba mengingat bagaimana ayahnya bisa meninggal.

"Ya Tuhan Jane! Itu ayahmu! Kecelakaan, ingat?" Rose kembali menjawab dengan raut cemas. Jane hanya menggelengkan kepala lemah, karena dia benar-benar tidak ingat bagian itu.

"Bersama mom?" Tanya Jane lagi.

"Aku tidak tahu Jane, maaf." Ucap Rose dengan penuh penyesalan. "Kau tidurlah sekarang, besok kau harus jadi teman nakalku lagi, ok." Ucap Rose pada akhirnya, lalu keluar dari kamar Jane.

"Kau tidak ingin menemaniku?" Ucap Jane sebelum Rose sempat meraih handle pintu.

"Kau ingin kutemani?" Tanya Rose yang dijawab dengan anggukan. Rose terkekeh kecil kemudian ikut menyusul berbaring bersama Jane.

"Yes! Rasanya sudah lama sekali tidak menidurimu." Ucap Rose sambil tertawa.

Jane terkekeh menyambut Rose. Rose selalu bisa mengembalikan senyumnya. Rose adalah tempat Jane menyandarkan diri ketika lelah, tempat Jane berkeluh kesah, tempat Jane berbagi kisah. Rose lebih dari sekedar sahabat, Rose adalah setengah kehidupan Jane.

"Rossie." Panggil Jane pelan.

"Hmm." Jawab Rose sambil menutup mata. Rose kelelahan seharian ini, dan dia hampir saja menjumpai mimpi jika Jane tidak memanggilnya.

"Ada satu lagi yang belum kuceritakan."

"Apa?" Tanya Rose masih setia menutup mata.

"Tapi kau jangan marah."

"Tidak janji, tapi aku pemaaf kok."

"Calvin menciumku." Cerita Jane pada akhirnya.

"Sudah kau tampar kan?" Jane menggeleng pelan meski Rose tidak akan melihatnya, Rose masih menutup mata hampir kehilangam kesadarannya.

"Dia menciumku dua kali. Aku menikmatinya." Ucap Jane pelan.

"He is hot as hell, he must be a great kisser. Aku tidak kaget."

"Kau tidak marah?"

"Tidak, untuk apa?" Jawab Rose pada akhirnya. "Well, your brother kissed me, I slapped him of course. But it was fantastic." Ucap Rose dalam hati.

***

"KAU GILA YA?! DIA ADIKMU BODOH!!" Teriak Calvin murka. Ben hanya duduk dengan malas sambil memutar gelas wine-nya.

"Dia bukan adikku." Ucap Ben santai.

"KALAU DIA BUKAN ADIKMU, BERHENTI MENGGANGGU HIDUPNYA!"

"Apa masalahmu sebenarnya? Kau sendiri sudah menidurinya."

"AKU TIDAK SEBEJAT ITU SIALAN!" Teriak Calvin murka sambil menerjang Ben dengan kesetanan. Beberapa orang bahkam security hendak memisahkan mereka, tapi mundur ketika Andrew- pemilik club malam ini mencegahnya dan mengusir gerombolan penonton.

KEEP YOU SAFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang