Eleven

453 41 4
                                    

Editnya sambil merem, jadi masih banyak kurangnya.

"Ini bukan jalan ke rumah Rose." Ucap Jane kesal. Calvin hanya tersenyum menanggapinya.

Jane memutar matanya. Seharian ini dia jengah dengan laki-laki di sebelahnya. Setelah memaksa mengantar ke kampus tadi pagi, seharian di buntuti kemanapun; kemanapun! Benar- benar kemanapun, kelas, kantin, perpustakaan, bahkan kamar mandi. Dia jadi perhatian semua orang, dan laki-laki di sebelahnya sama sekali tidak peduli.

Sekarang mereka dalam perjalanan pulang. Lagi-lagi Calvin memaksanya, tidak terlalu memaksa sebenarnya, karena Jane langsung mengangguk sebelum Calvin sempat memohon. Well, entah kemana mereka sekarang karena Calvin mengendarai mobilnya bukan ke rumah Rose. Rose sendiri, hasil dari pertengkaran sengit dengan Calvin, dia akhirnya diantar Frederick ke tempat kerjanya. 

Mobil mereka masuk ke basement gedung bertingkat. Jane melirik Calvin bingung. Tapi tetap mengikuti langkah laki-laki itu ke dalam lift.

"Kita di mana?" Tanya Jane bingung.

"Di kandangku." Jawab Calvin sambil menyeringai. Jane melotot mendengarnya. Tapi kembali diam. Tak berniat berkomentar.

"Tak ingin memarahiku?" Tanya Calvin dengan raut sedih.

"Kau ingin dimarahi?" Tanya Jane yang dijawab dengan anggukan.

"Kau itu masochist atau apa?" Ucapnya sinis. Bukannya tersinggung, Calvin malah tersenyum bak orang bodoh.

"Aku suka mulut sinismu." Ujar Calvin lalu serta merta mengecup pipi Jane. Sebelum sempat Jane mengatur degupan jantungnya, pipinya sudah memerah, Calvin terkekeh senang melihatnya.

***

Jane terperangah. Oke, ini sih bukan apartemen. Ini penthouse demi Tuhan! Seberapa kaya sih laki-laki di sebelahnya? Jane mengamati interior ruangan ini dan rasanya dia ingin berdecak kagum terus menerus. Jane bahkan rela tinggal di tempat ini dan tak keluar jika tidak butuh sama sekali. 'Kandang' Calvin mayoritas berwarna gelap paduan hitam dan abu-abu, maskulin, tapi terkesan hangat. Jane menyukai tempat ini, sangat!

Calvin melihat ekspresi Jane, dan dia senang karena sorot mata Jane mengagumi tempatnya. Andaikan Jane tahu, bahwa dia hanya perlu menyandarkan dirinya pada Calvin, maka semua ini bisa menjadi miliknya.

Seekor anjing berlari menghampiri Calvin. Senyum lebar terbit di wajah laki-laki itu.

"Barbara, my baby." Sambut Calvin sambil menggendong anjing itu dalam pelukannya. Jane kembali terperangah, dia tak pernah menyangka bahwa laki-laki seperti Calvin memelihara mahluk selucu itu. Tapi, Barbara?! Apakah Calvin baru saja memanggil anjing itu dengan nama Barbara?!

"Kau menamai dia Barbara?!" Tanya Jane tak percaya. Serius? Tidak adakah nama anjing yang lebih lucu dan menggemaskan. Jane yakin besok dia tidak bisa melihat wajah model Barbara Palvin dengan benar setelah ini.

"Yes. Aku ingin menamainya Barbie. Tapi Barbie kalah menggemaskan dengannya." Ucap Calvin dengan bangga. Seolah tidak ada yang salah dengan nama Barbara.

"Kau mau menggendongnya?" Tanya Calvin. Raut wajah Jane begitu lucu ketika melihat Barbara.

"Boleh?" Tanya Jane yang dijawab dengan anggukan oleh Calvin. Jane tidak lagi menyia-nyiakan kesempatan itu. Barbara sungguh lucu. Dan baiklah, biarlah dia bernama Barbara. Pemiliknya adalah orang sinting, seharusnya Jane terkejut bila nama anjing ini normal seperti yang lain.

***

Waktu berlalu dan Calvin rasanya menyesal memberikan Barbara pada Jane. Bukan, bukan karena Jane memperlakukan Barbaranya dengan buruk. Tapi kebalikannya, Jane begitu lengket dengan Barbara! Untunglah Barbara itu perempuan tulen. Calvin cemberut kesal, sudah satu jam dan Calvin tidak dipedulikan sama sekali. Dua gadis kesayangannya asik bermain, bahkan mereka bergosip bersama! Calvin tak habis pikir dengan mereka.

Tapi yang lebih membuatnya kesal, karena Barbara begitu mudah mencuri tawa Jane. Jane bahkan terkikik dengan lucunya, hal yang tidak akan pernah Jane lakukan dengan Calvin. Calvin rela menukar apapun demi tawa lebar Jane. Tapi Barbara hanya perlu melakukan sedikit atraksi dan Jane akan tertawa tanpa henti. Barbara seolah mengerti bahwa Jane perlu dihibur. Jadi sedikitpun dia tidak pernah lepas dari sisi Jane.

Tapi Calvin menikmati pemandangan di depannya. Sangat menyenangkan melihat Jane tertawa. Dia bahkan sudah mengambil puluhan gambar gadis itu, tanpa Jane sadari tentunya. Sebuah ide muncul di benak laki-laki itu. Biarlah jika nanti Jane marah.

Jane kembali tertawa melihat polah Barbara. Anjing itu hendak menggapai-gapai bola mainannya yang di pegang Jane tinggi-tinggi. Sangat mudah mencintai Barbara. Dia menggemaskan, sangat! Jane setuju dia tak dinamai Barbie. Hell, Barbara jauh lebih lucu dari Barbie.

Sebuah notifikasi masuk ke handphone-nya. Jane membukanya dan senyumnya mengembang lebih lebar lagi. Aneh, harusnya Jane marah, tapi senyumnya malah mengembang begitu saja. Dia menatap laki-laki di depannya yang sedang meringis dengan konyol seolah siap untuk dimarahi.

Jane tersenyum ketika mata mereka bertemu. Kemudian dengan gerakan isyarat bibir dia berkata 'thank you' dengan raut tulus. Calvin terperangah, dia pikir dia akan dimarahi, mengenyahkan hal tersebut, kemudian dia membalas senyum Jane.

CalvRoger

115 LikesCalvRoger Barbara & mama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

115 Likes
CalvRoger Barbara & mama. #mygirls
View all 13 comments
KimmyK so cute you guys!!

TBC

Jangan protes ya karena pendek. Yang penting update wkwk.. Sok atuh kasih vote comment dan plis di share yaaa.. Comment saran, kritik, atau curhat, sok manggaaa :D
.
.
Love

KEEP YOU SAFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang