Seven

568 44 10
                                    

Kalo ada part yang hilang, hapus dari library kalian dulu yaa.. Belum diedit jadi mungkin masih ada typo. Enjoy!

Jane kecil berteriak kencang, tapi tidak ada suara yang keluar darinya. Tenggorokannya tercekik dan air mata mengalir deras dari matanya. Kakinya terus berlari.

"Tidaak!! Mom tolong akuu!! Mamaaaa! Kakaaak!" suara Jane kecil kembali terdengar. Serak, tenggorokannya sakit, seluruh badannya remuk.

Suara tawa menyusul di belakangnya, seolah menikmati langkah kecil Jane, tidak peduli bahwa Jane sudah tertatih dalam lari kecilnya.

"Ayolah princess, kemari." Suara laki-laki itu kembali terdengar disertai kekehannya.

Kekehan itu semakin terdengar jelas di telinga Jane kecil. Jane gemetar ketakutan. Sebelum tangan itu meraih pundaknya, semuanya menjadi gelap.

Jane kembali berteriak kencang. Kali ini bukan karena dia dikejar seseorang. Tapi karena tangannya berlumur darah.

Memory-nya kembali melompat. Kali ini lebih mengerikan. Tangannya memegang gunting, berlumur darah, dan tertancap di leher ayahnya. Jane menjerit ketakutan. Kemudian suara-suara saling bersahut-sahutan seolah menyalahkannya.

***

Calvin gusar. Dia di rumah sakit menemani Jane yang sudah terhitung setengah hari tapi belum sadar juga. Beberapa kali kerutan hadir di kening gadis itu, dan Calvin hanya bisa mengelus dahi Jane pelan seolah sentuhannya dapat menenangkan gadis itu.

Tadi pagi Calvin benar-benar ingin meninju wajah Ben. Bagaimana mungkin Ben setega itu dengan adiknya? Calvin pikir permintaan Ben waktu itu mengenai meniduri adiknya hanya sekedar main-main. Ternyata Ben memang membenci Jane separah itu.

Mengesampingkan rasa marahnya, Calvin langsung menggendong Jane menuju rumah sakit. Jane pingsan dan mimisan. Calvin sakit melihatnya. Rasanya Calvin ingin menghancurkan Ben saat itu juga.

Suara rintihan menyadarkan lamunan Calvin. Jane terlihat begitu tersiksa dan Calvin lebih tersiksa lagi melihatnya. Sialan! Siapa sih gadis ini? Bisa-bisanya dia mencuri semua atensi Calvin tanpa banyak usaha.

Calvin menggenggam tangan Jane. Memberi kekuatan. Apa yang Jane mimpikan? Jika seburuk itu kenapa dia tak bangun saja?

"I'm here, Babe."

"Tinggalkan mimpi buruk itu. Aku di sini, kau bisa buat mimpi baru bersamaku." Calvin kembali meracau sendiri, kemudian dia terkekeh ketika tersadar dengan ucapannya. Jane benar-benar berbahaya, pikir Calvin. Dia bisa membuat iblis macam Calvin berubah menjadi Romeo dalam satu waktu.

Tapi ucapan Calvin seolah adalah mantra. Karena detik selanjutnya, jari-jari Jane mulai bergerak dan gadis itu mulai siuman. Calvin lega dan seolah satu beban terangkat dari pundaknya, nafasnya tidak sesesak tadi.

Calvin serta merta memanggil dokter lewat tombol yang disediakan di kamar. Dia ingin mencium gadis itu tapi Calvin tahu dia harus segera menyingkir ketika beberapa perawat dan seorang dokter datang mengecek keadaan Jane.

"Hai.." Panggil Calvin ketika Jane sudah selesai ditangani oleh dokter. Dokter hanya menjelaskan bahwa tekanan darah Jane rendah, dan memintanya menunggu hasil lab keluar.

"J?" Ulangnya.

Bukannya mendapat jawaban, wajah Jane malah terlihat seperti orang linglung. Calvin mengacak rambutnya frustasi. Calvin bersumpah akan menghancurkan Ben jika senyum gadisnya tidak sama seperti dulu lagi.

"Baby..?" panggil Calvin lagi. Masih tak mendapat respon walau sekedar lirikan. Frustasi, Calvin menangkup wajah Jane dengan kedua tangannya.

KEEP YOU SAFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang