Chapter 4: Jeritan

1.4K 157 10
                                    


Jimin benar-benar tersudut, akal sehatnya tertindas oleh si rasa takut, ia tak tahu harus berbuat apa.

"Apa yang kau mau dariku?!" Jimin menerbangkan pertanyaan pada si hantu.

Senyuman mengerikan yang membuat jantung Jimin lepas sengaja makhluk itu pancarkan. Dalam hati ia merasa telah menang dan membuat Jimin tak dapat berkutik. Di matanya, kini Jimin hanya seekor tikus kecil lemah dan penakut. Hujan keringat Jimin begitu deras.

"Berhenti!" teriakan keras ditembakkan ke udara.

Yang membuat suara bising itu ternyata seseorang yang tak asing lagi.

"Jangan ganggu dia! Dia itu temanku!" suaranya semakin keras menusuk telinga.

Makhluk astral lain ikut masuk ke dalam lingkaran masalah. Dia bukan makhluk astral yang berniat mengganggu Jimin, dia sang penolong.

"Jimin?" Jimin ke satu sedikit terkejut dengan kehadirannya yang tiba-tiba.

Pundak si makhluk astral tak dikenal itu pun layu, wajah seramnya kembali normal. Memori Jimin mengenali sosok tersebut, teman sekelasnya.

"Aku menghampirimu bukan tanpa alasan, tapi ada sesuatu yang ingin kuminta..."

"Apa itu?" Jimin penasaran.

"Semua hutangmu padaku..." jawab Hyungwon memberi isyarat 'uang' dengan tangannya.

"Kenapa tidak langsung bilang?! Tak usah menakuti seperti itu!" kesal Jimin merogoh sakunya untuk mengambil dompet.

"Habisnya menakuti orang itu menyenangkan... Hahaha!" tawa si penagih hutang bernama Hyungwon itu menggelegar.

Jumlah hutang masih melekat di memori Jimin, ia tak perlu menanyakan lagi berapa -ditambah lagi kalau lupa takutnya Hyungwon malah menambah-nambahkannya. Dikeluarkanlah uang dengan nominal cukup besar dari dompet. Jimin melemparkannya pada Hyungwon, "Ini!". Kekesalan masih merekat di hati Jimin, ia tak mau menunjukkan sedetik pun senyum pada Hyungwon.
Hyungwon menghitungnya dan jumlahnya pas. Hutang Jimin telah lunas, kini ia merasa lebih tenang. Tapi ia tak tahu apakah masih ada hutang dengan orang lain atau tidak. Bibir tebal Hyungwon melengkung ke bawah memancarkan rasa senang dan puasnya.

"Sampai jumpa lagi, Jimin temanku~" pamit Hyungwon yang menghilang begitu saja.

"Begitu saja? Hanya untuk menagih hutang?" Jimin si hantu merasa tak percaya dengan apa yang terjadi.

"Entahlah..." hati Jimin masih diliputi rasa jengkel.

Pikiran Jimin teralihkan pada hal lain yang sempat tenggelam karena hutangnya pada Hyungwon. Hal itu kembali mengapung di permukaan lautan pikirannya menimbulkan beberapa pertanyaan. Bukan pertanyaan biasa, namun pertanyaan-pertanyaan itu menumbuhkan rasa penasaran yang menggelitik. Ingin rasanya ia segera mendapat jawaban yang pasti walaupun singkat.

Jimin melancarkan aksi untuk membuktikan apa perkataan Hyungwon benar perihal 'itu hanya pisau biasa yang telah berkarat'. Seharusnya pisau yang digenggam Jimin tadi menakuti sang hantu hingga lari terbirit-birit, namun ini sebaliknya, sang hantu malah menantang balik. Pisau berkarat ia todongkan pada sahabat hantunya. Sang sahabat yang bernama sama persis dengannya hanya diam dan memberi tatapan 'Apa yang kau lakukan?'. Hidup tidak selalu mulus, sama seperti jalan yang terdapat tanjakan dan turunan juga tidak rata karena rusak, berlubang dan sebagainya.

"Kau tidak takut?" Jimin keheranan bukan main.

"Tidak, lagipula itu hanya pisau biasa" timpalnya santai.

Otak Jimin berputar dan menghasilkan sebuah spekulasi kalau pisau yang ada padanya telah ditukar dengan yang wujudnya sama persis.

"Pisau ini tertukar!" suara Jimin terdengar hingga keluar kelas.

Rusty Knife (Sequel Of School's Bell)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang