Promise Part 7

1.3K 62 0
                                    

     Aku diantarkan oleh Pak Yanto, kesekolah Internasional Dewata School. Sesampainya disana, aku melihat banyak murid yang memasuki kelas satu persatu. Sedangkan aku bingung, harus masuk kelas yang mana? Hh.. Mungkin aku memasuki ruang kepala sekolah dulu.

"Em, sorry. Dimana ruang kepala sekolah ya?" aku menanyakan ke salah satu murid yang ada disekitarku.

"Di dekat perpustakan, lo tinggal lurus aja." katanya.

"Terima Kasih" dia hanya tersenyum. Akhirnya aku sampai diruang kepala sekolah, aku diberitahu bahwa aku akan dimasukan ke kelas XI IPA 1. Aku diantar oleh wali kelas XI IPA 1.

     Aku memasuki ruang kelas yang cukup luas dengan ruangan ber-AC dan temboknya yang berwarna abu-abu. Semua murid langsung tenang saat tahu wali kelasnya membawa murid baru, yaitu aku.

"Murid-murid, kita kedatangan murid baru pindahan dari New York. Perkenalkan dirimu, silahkan." wali kelas mempersilahkanku.

"Hai selamat pagi" semua murid sangat senang atas kedatanganku, mereka lalu membalas salamku dengan riuh.

"Namaku Selina Ayunda Retno, kalian bisa memanggilku Selina. I hope ur like me, nice to meet you guys, thanks." aku pun dipersilahkan duduk disamping perempuan berambut cokelat lurus panjang.

"Hai, namaku Dimeria Lovato. Lo bisa panggil gue Meria. Nice too meet you." Oh, Dimeria cantik juga. Wajahnya kecil sehingga membuat mukanya sepeti baby face.

"Nice too meet you" aku pun memulai belajar. Pelajaran pertama adalah Fisika, tapi karna ini hari pertama dikelas XI jadi hanya curhat-curhat saja gurunya, pulang juga sepertinya akan lebih cepat. 2 jam curhat bersama, bel istirahat berbunyi. Aku memasukan buku dan tempat pensil ke tas.

"Loh ko? Ada gelang promise di tas? Perasaan gue ga nyimpen di tas deh! Yaudahlah gue pake aja." aku jadi kepikiran Yori lagi, hm.

     Aku dan Meria ke kantin untuk makan, lapar sekali.

"Gelangnya unik juga, beli di New York yah?" Meria dari tadi memperhatikan gelangku, mungkin dia penasaran maka nya bertanya.

"Eh, engga ko. Ini gelang persahabatan gue, gue beli di Indonesia ko, pas sd kan gue sempet sekolah diJakarta" kataku menjelaskan, Meria hanya meng-oh-kan.

     Aku langsung menyembunyikan gelangku, hingga tertutup dengan lengan baju. Aku dan Meria pun melahap makanan yang tadi dipesan, setelah selesai aku melihat di mading sekolah banyak sekali yang berkumpul. Ada apa ya?

"Ada apa sih itu, Mer? Rame banget" aku pernasaran.

"Mungkin ketua osis, baru nyampein berita baru. Coba liat yuk." Meria menarik tanganku hingga sampai didepan mading.

"Bazar sekolah? Dimulai besok? Yes seru nih" Meria kegirangan. Aku hanya membulatkan mulutku berbentuk huruf O. Saat aku melihat ke kantor guru, aku melihat seorang cowo sedang berbincang dengan seorang guru, kayaknya aku pernah lihat sebelumnya. OMG!  Dia kan yang menabrakku saat di Starbucks. Sial!
    

"Mer, dia siapa sih? Itu yang lagi ngobrol sama pak guru, yang rambutnya ada jambulnya?" aku sungguh penasaran, kenapa aku dan dia harus satu sekolah? Bukannya dia sudah punya istri?

"Oh, itu ketua osis namanya Drew. Ganteng ya? Orang tua dia juga yang punya sekolah ini." whatt? Ganteng, uwek. Oh, ternyata orang tuanya yang punya sekolah ini.

"Tajir juga, tapi bukannya dia udah punya istri?" aku keceplosan, stupid.

"Eh, asal aja lo. Dia masih bujangan." ha? Berarti dia waktu itu? Omg.

"Haha, gue gebet lah." aku melihat wajah Meria melas.

"Bercanda, mer. Haha.. " aku tertawa kecil, dan Meria pun ikut tertawa.

     Dikelas gurunya gaada yang dateng, aku ijin ke ketua kelas untuk ke toilet sendiri. Abisnya bosen, yaudah aku keluar aja sekalian jalan-jalan.

"Gue tinggal ya, Mer. Mau ke toilet" aku meninggalkan Meria yang sedang memainkan handphonenya. Ketoilet harus melewati koridor dekat lapangan, sekolahnya bagus juga.

"Eh lo? Rambut pirang!" aku mendengar ada yang memanggilku dari lapangan, saat aku menengok ternyata cowo ga punya mata itu, ya tuhan.

"Heh cowo gapunya mata, kenapa lo disini?" aku kesal.

"Harusnya gue yang tanya, woi" marah-marah aja bisanya.

"Heh, lo itu ketua osis ngomongnya kasar banget" aku teriak, ternyata dia menghampiriku.

..............

Lanjuttt? VOTE DULUUUUUU.
    

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang