Part 3 - Permulaan Sebelum Semuanya Terjadi

1.4K 82 18
                                    


Pagi itu masih terasa sama seperti biasanya. Semua masih tenang. Hari itu dirasa cerah dan bisa jadi akan menciptakan suatu hari baik bagi seseorang di luar sana. Pagi yang sama sekali tak menampakkan wajah sang mendung. Tak akan ada yang menduga jika akan terjadi kasus besar maupun bencana tak terduga. Semua masih normal-normal saja. Sama seperti susahnya mengerti bagaimana turunnya hujan hari ini jika langit saja tersenyum cerah seperti ini.

"Mas, aku berangkat." Athar berteriak sembari mengenakan sepatunya di ruang tamu.

"Tunggu."

"Kenapa?"

"Kapan kau pulang?" Athar mengernyit heran atas pertanyaan kakaknya. Tak biasanya ia akan diberi pertanyaan semacam ini. Biasanya juga kakaknya itu kadang tak acuh dengan kapan ia pulang.

"Entahlah. Kenapa sih emangnya? Tumben banget."

"Sepertinya aku tidak pulang untu beberapa hari ke depan. Jaga rumah kalau aku belum kembali." Kata Arya yang tengah memasukkan berkas-berkas ke dalam tas miliknya.

"Kasus besar?"

"Ya begitulah."

"Oh. Ok. Dareen udah sampe tu Mas. Aku pergi." Ujar Athar seraya berlari keluar menghampiri Dareen yang tengah duduk tenang di kursi pengemudi.

"Ayo berangkat!" Seru Athar ketika baru saja masuk ke mobil milik Dareen.

"Mas Arya kayaknya sibuk banget sampe jam segini udah siap ke kantor." Suara celetukkan seseorang dari bangku belakang terdengar. Seseorang yang sedang tiduran sambil memainkan PSP putih miliknya. Zayyan.

"Kayak nggak tau sifatnya Mas Arya aja, Zay. Berangkat sekarang lah daripada telat." Tak lama setelah itu, Dareen mulai melajukan mobil meninggalkan kediaman Athar dan Arya.

...

Perjalanan menuju Bandung sebenarnya tidak memakan waktu yang terlalu lama mengingat jika mereka berangkat pagi-pagi sekali. Hanya saja, rombongan itu harus menjemput Indra dan Esa yang sedang berada di daerah Purwakarta. Mengulur waktu tentu saja. Tapi tak ada yang mempermasalahkan hal itu.

Selama perjalanan, semua orang yang ada di dalam mobil tengah sibuk dengan dunianya masing-masing. Athar masih betah mendengarkan lagu via earphone sembari menatap ke arah luar jendela. Dareen sedang fokus menyetir dan sepertinya tak perlu dijelaskan kembali apa yang dilakukan Zayyan di bangku belakang. Sudah tertebak, karena dia sama sekali tak melakukan hal lain sejak dari rumah Athar. Kadang Athar sendiri bingung bagaimana caranya membuat orang itu barang sehari saja meninggalkan game di Ipadnya atau gadget nya yang lain.

Jalanan yang ditatap Athar bukan menjadi fokus pikiran Athar sekarang. Entah mengapa ia merasa ada yang mengganjal dari gurauan Arya ketika Athar menanyakan perihal penjahat yang kabur itu. Perasaan akan terjadi suatu hal buruk yang kini mendominasi pikirannya. Rasanya sudah sulit untuk berpikir positif untuk saat ini.

Bahkan seharusnya kita beranggapan jika kau ingin mempositifkan harimu maka positifkanlah pikirmu. Bagaimana hendak mempositifkan hari jika pikiran Athar saja penuh dengan kenegatifan yang entah muncul begitu saja sejak ia meninggalkan rumah.


"Sudahlah, kau tak perlu khawatir. Aku bisa jaga diri. Seharusnya aku yang menasehatimu. Bisa jadi malah kau yang tertangkap oleh mereka karena wajahmu yang sama denganku."


Kejadian-kejadian di dalam imajinasi Athar mulai mencemaskan dirinya. Beberapa diantaranya malah terasa begitu nyata hingga ia seperti habis terbangun dari mimpi di ambang kesadarannya. Dalam hati ia berdoa semoga tak terjadi sesuatu hal apapun yang menimpa ia dan kakaknya.

SECRET AGENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang