Part 1 - Cerita Dimulai

8.1K 188 17
                                    

"Wah sepertinya kita akan makan besar hari ini?" ujar seorang pria yang baru saja masuk ke ruangan itu dengan nada yang seakan menggoda salah satu rekannya.

"Memangnya ada apa? Sepertinya aku ketinggalan info." Sahut seseorang lain dari balik meja kerjanya.

"Tanyakan saja sendiri pada Mas Arya."

"Mas kepo dong mas." Sedangkan yang dimaksud hanya diam sembari membaca berkas di mejanya.

"Mas."

"Anak kecil nggak boleh kepo. Selesein berkasmu. Ini bukan hal besar. Fairel saja yang terlalu berlebihan."

"Ya.. bagaimanapun aku belum mengucapkan selamat buat Mas Arya. Setelah satu tahun menjadi buronan, pagi tadi Mas Arya berhasil menjebloskan si pembunuh pengusaha terkenal itu dan membuatnya kembali meringkuk di jeruji besi. Sudah tidak perlu diragukan jika kasus yang diserahkan pada seorang Ararya Yudanta akan selesai tanpa menunggu waktu lama."

"Kurangilah sifat suka melebih-lebihkanmu itu, Rel. Kau sendiri pun juga bisa memecahkan kasus semacam itu."

"Jangan becanda, Mas Arya lah yang terbaik."

"Terserah kau sajalah. Ngomong-ngomong, dimana Sakhi?"

"Oh, dia sedang berurusan dengan komputernya lagi setelah mendapat kasus baru kemarin."

"Kasus apa?" Arya terlihat antusias jika membahas sebuah kasus.

"Kasus perampokan sebuah berlian milik seorang istri pengusaha terkenal. Nominalnya lumayan lah buat beli mobil sport keluaran terbaru edisi terbatas." Terang Fairel sembari sesekali menyesap kopinya.

"Aku sudah mendengar berita itu kemarin. Aku akan menanyainya nanti. Ya sudah, aku pulang duluan. Sudah saatnya aku berubah peran jadi satpam bagi seseorang di rumah."

"Siapa, Mas?"

"Athar." Ucap Arya sambil berjalan meninggalkan kantor.

...

Suasana rumah yang sepi menyambut Arya ketika pria itu membuka pintu rumahnya. Lampu masih belum dinyalakan. Belum ada tanda-tanda kehidupan disana. Ponsel yang digenggamnya pun diletakkan asal di meja ruang tamu dan bergegas ke dapur untuk mencari sesuatu yang bisa membasahi kerongkongannya.

Baru saja berhasil meminum beberapa tenggak air, terdengar suara getaran ponsel. Dengan sedikit kebingungan Arya mencari ponselnya. Seketika pria itu menepuk jidatnya ketika sadar jika ponselnya dari tadi masih berada di ruang tamu.

"Halo." Sahut Arya tanpa melihat nama yang tertera di layar ponselnya.

"Mas, sorry, aku baru sempet ngabarin kalo aku pulang telat."

Merasa tak asing dengan suara seseorang yang berada di seberang saluran telepon, Arya meletakkan botol minuman dingin yang masih dibawanya dan melihat nama si penelpon. Athar.

"Kemana lagi kali ini, Thar?" Alasan semcam ini sudah tak asing bagi Arya jika yang menelpon adalah adiknya.

"Aku di rumah salah satu sahabatku, Mas. Kali ini percaya sama aku. Ok. Sudah dulu ya, cuman mau nyampein itu doang. Bye." Dan lagi hanya terdengar suara sambungan telepon yang terputus sebelum sempat Arya mengintrogasi Athar lebih lanjut.

"Anak ini benar-benar tak punya sopan santun sama sekali."

...

Sementara itu di tempat lain, seorang pria tengah serius membaca berkas yang berisi informasi seseorang yang sudah lama dicarinya.

SECRET AGENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang