Part 7B - Siapa Menyelamatkan Siapa

691 46 14
                                    

"Permisi, Bos, ini minuman Anda." Saat pria itu hendak berbalik dan membuka pintu ruangan, sebuah tangan memegang pundaknya.

"Tunggu sebentar!"


Sial, jangan sekarang!


"Apa kau pelayan baru? Walau aku jarang mengunjungi rumah ini, tapi aku hafal betul siapa saja yang berkerja untukku. Semua data orang baru pun tak akan terlewat olehku."

"Ah, ya, saya pelayan baru. Nama saya Heru dan saya baru bekerja hari ini. Bisa saya letakkan dimana minuman Anda?"

"Letakkan saja disana. Tapi aku belum selesai denganmu." Sembari menunjuk sebuah meja di ujung ruangan.

"Baiklah."

"Apa yang membuatmu bisa bekerja di tempat ini? Bukankah harusnya kau merasa aneh dengan lingkungan kerjamu saat ini."


Sial, dia malah mengintrogasi disaat seperti ini.


"Saya butuh uang untuk bertahan hidup. Jadi, ketika ada kesempatan lapangan pekerjaan yang terbuka untuk saya dan saya yakin mampu untuk melakukannya, saya akan ambil. Sejauh ini saya bisa beradaptasi disini."

Hanya sekedar jawaban itulah yang mampu Arya berikan untuk menutupi kedoknya di depan pria yang mencurigainya ini. Untung saja alasannya cukup realistis bagi anak muda yang sekiranya cukup lama menganggur. Arya ingin mengumpat sekarang. Introgasi semacam ini tidak ada dalam planning-nya. Kemampuan aktingnya diuji sekarang.

Sangat disayangkan Arya tak bisa mengamati lebih jauh pria di hadapannya dan seorang lagi yang sepertinya tangan kanan pria itu. Penyamaran sederhana—atau mungkin seadanya—membuatnya harus ekstra hati-hati dalam bertindak.

Kini ia paham kenapa Athar menolak dengan tegas ketika ia ditanya apakah ia mau terjun seperti dirinya. Athar si anak yang ceroboh dan sering bersikap semaunya tanpa berpikir dua kali akan menyusahkan dirinya sendiri. Apa yang Arya geluti saat ini bukanlah hal yang mudah. Perlu pemikiran yang matang sebelum melakukan sesuatu. Salah-salah semua akan hancur berantakan.

"Kau boleh pergi sekarang." Ujar pria yang kini duduk di kursi kebesarannya.

Sempat terlihat jika Arya—pelayan tadi—menunduk sekilas sebelum akhirnya menghilang di balik pintu. Entah ada angin apa, timbul rasa mulai mencurigai pelayan tadi. Mendengar dari suaranya, sepertinya pria itu mulai mengenalinya walau sangat tidak mungkin kalau pria yang baru saja keluar adalah orang yang sama dengan orang tengah disekap sekarang.

Benar tidak mungkin. Tapi, semua akan jadi mungkin jika kedua orang itu adalah dua orang yang berbeda. Atau dengan kata lain, keduanya kembar.

"Ada masalah bos?" tanya Rei tiba-tiba.

"Aku merasa aneh dengan pelayan baru itu. Kau yakin sudah membaca latar belakangnya sebelum membawa anak itu kemari?"

"Yakin, Bos. Semua sudah sesuai prosedur yang ada. Tak ada latar belakang yang mencurigakan. Dia bersih."

Ucapan Rei barusan sedikit mengurangi rasa penasaran pria itu. Walau sebenarnya masih terasa janggal membiarkan pelayan baru tadi pergi begitu saja. Firasatnya terus menyerukan tanda masalah. Aneh.

"Ada kabar baru apa sejauh ini?" tanya pria itu berusaha mengalihkan perhatiannya.

"Suasana kantor pusat kepolisian dan markas besar agent sedang kacau balau sekarang. Memang tak mengherankan. Rasanya menyenangkan melihat mereka kalang kabut seperti itu. Mulut ini rasa gatal ingin menertawakan kepanikkan mereka sekarang." Rei tersenyum puas.

SECRET AGENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang