/
/
Farrel nyaris nggak tidur semalaman kemarin. Bukan, bukan karena gurunya lagi memberikan banyak tugas, atau karena dia lagi melukis kayak yang pasti sering dilakukan sahabatnya, Rian, ataupun lagi main game online kayak sahabatnya yang lain, Raka. Tapi, dia lagi galau.
Farrel bukan tipe cowok yang bakalan galau sampai nggak bisa tidur kalau patah hati atau sebagainya, jadi nggak mungkin banget saat ini dia lagi melamun sambil menatap layar laptop-nya karena dia baru diputusin pacarnya.
Yah, gimana juga mau diputusin kalau dia nggak punya pacar?
Bungkus-bungkus snack kosong yang isinya baru saja dijarah oleh satu-satunya manusia di dalam ruangan itu, berserakan di sepenjuru kamar. Remah-remah biskuit dan beberapa bercak tetesan air sirup di lantai mungkin sebentar lagi akan jadi sasaran semut.
Tapi, Farrel terlalu malas untuk bangkit. Cowok itu tetap bertopang dagu di kasurnya, dengan mata yang tinggal 5 Watt, semata-mata untuk menatap layar laptop-nya yang menampilkan channel YouTube yang sudah dia buat sejak dua tahun lalu, tapi belum pernah dia pakai.
Dari pagi tadi - yang seharusnya Farrel habiskan untuk bercengkerama dengan kedua sahabatnya atau untuk mengerjakan tugas merangkum Biologi yang bikin cepat ubanan - Farrel sudah terus berkutat di kamarnya, merekam dirinya menyanyikan lagu Tulus, yang bahkan sampai sudah semalam ini pun hasilnya masih jelek.
Pertanyaan yang berputar-putar di kepala Farrel cuma satu, dan itu simpel aja; apakah dia harus mulai mengambil langkah pertama untuk meng-upload video cover lagunya?
Buat Farrel, mengambil keputusan itu nggak lebih mudah daripada membuat bubur menjadi nasi - yang nggak masuk akal sama sekali. Banyak yang Farrel mau pertimbangkan.
Misalnya, bagaimana kalau nanti sekolahnya terbengkalai kalau dia jadi fokus mengurus YouTube-nya? Atau sampai ke pertanyaan yang paling menyedihkan; bagaimana kalau nggak ada yang menonton?
Bukannya Farrel terlalu mementingkan penonton sih, tapi tujuan Farrel bernyanyi adalah untuk didengar banyak orang. Kalau nggak ada yang dengar, sama aja, dong?
Farrel berusaha meraih sebatang cokelat yang belum dibuka dari meja nakasnya, ketika tiba-tiba pintu kamarnya diketuk. Dengan cepat, cowok itu menoleh untuk menatap ke arah jam dinding berwarna hitam polos khas Batman yang menghiasi bagian dinding kamar dekat meja belajarnya.
Pukul setengah sepuluh malam.
Mungkin itu papanya.
Sebenarnya itu pasti papanya, karena Farrel hanya tinggal berdua dengan beliau. Kecuali kalau, yah, salah satu hantu dari film horor yang ditonton Farrel memutuskan untuk mengunjunginya malam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gitar Akustik Farrel
Genç KurguSekarang, semuanya cuma butuh satu kali klik! Farrel juga begitu. Cuma butuh satu kali klik pada tombol jempol, dan satu kali klik lagi pada tombol 'subscribe' hingga dia bisa bertemu dengan Shania, adik kelasnya yang bersuara emas tapi galaknya min...