II. Royal Dog's Duty

108 15 15
                                    

Ketukan kaki ber high heels menandakan bahwa gadis pemiliknya sedang merasa kesal. Sekali lagi, ia berhasil 'ditangkap' oleh pengawalnya yang baru saja aktif bekerja seminggu yang lalu. Tidak pernah, sekalipun, ia berhasil ditangkap oleh semua ksatria yang bertugas di dalam istana. Namun pemuda ini bisa menangkapnya dalam hitungan detik.

Emily menatap Richard, yang seperti biasa, entah bagaimana, mengetahui kapan tepatnya Emily akan turun melalui pohon dari balkon kamarnya. Sebelumnya, Richard berhasil menghentikannya keluar dari pintu kamarnya sendiri. Sesuatu yang membuat Emily tidak habis pikir bagaimana pemuda itu bisa menebak rencananya. Ia sudah mencoba segala cara dalam seminggu, namun tetap saja ia masih belum bisa kabur dari Richard. Jika ia berhasil keluar pun, pemuda itu selalu mendampinginya.

"Yang Mulia, tolong kembalilah ke kamar anda."

Kening Emily berkerut. Sejak bertugas sebagai royal dognya, Richard berubah menjadi kaku dan serba formal, hal yang membuat Emily luar biasa sebal. Kali ini ia baru saja mendarat di tanah setelah memanjat turun ketika Richard menghadangnya.

"Aku hanya ingin bertemu dengan Arawin sebentar."

"Malam ini adalah pesta ulang tahun anda. Yang Mulia Raja pasti menginginkan anda dalam kondisi terbaik."

Tuan Putri yang dimaksud berdecak kesal namun tidak mengatakan apapun lagi. Emily malah berlari pergi, yang sayangnya gagal total karena Richard lebih cepat darinya. Tangannya ditarik oleh sang ksatria dan mereka berdua jatuh ke tanah, dengan posisi Richard berada di bawah, melindungi Emily sehingga tidak terluka. Karena jika Emily terluka, pemuda itu bisa dipenggal.

Tindakan Richard membuat Emily terpekik kaget, namun dengan cepat tersadar dari kekagetannya dan tangannya langsung menarik rambut Richard dengan keras.

"Lepaskan aku!"

Pekikan lain keluar dari mulut Emily ketika Richard menukar posisi mereka, sehingga gadis tersebut berada di bawah Richard dengan kedua tangan ditahan oleh sang pemuda. Alih-alih bersikap seperti perempuan pada umumnya, berteriak minta tolong atau merona merah, Emily malah mengangkat kakinya, tidak mempedulikan ia sedang mengenakan gaun, dan menendang perut Richard sebelum mendorongnya ke samping. Membuat erangan kesakitan dikeluarkan oleh Richard. Tenaga Emily tidaklah kecil, dan itu berkat latihan dan bertahun-tahun melarikan diri dari para pengawalnya.

"Ouch Em," Erang Richard. Mereka berdua berdiri perlahan dan Richard mulai menghentikan tata kramanya. Hal yang biasa ia lakukan setelah Emily mengomelinya, sepertinya kali ini satu tendangan saja sudah cukup. "Kau sudah berumur 17, bisakah kau bersikap seperti wanita sedikit."

Emily mendengus geli. "Jika itu berarti aku harus menurut dengan manis, tidak akan."

"Tenang saja, kau tidak akan manis apapun yang kau lakukan."

Dan Emily menginjak kaki pemuda itu dengan high heels miliknya, yang tidak tinggi namun tetap saja menyakitkan. Richard hanya bisa meringis kesakitan, walau jelas hal tersebut sangatlah sakit. Ia tidak bisa berteriak tentu saja, dimana pride nya sebagai laki-laki jika ia melakukan hal itu? Baru saja Richard memejamkan matanya sesaat karena rasa sakit di kakinya, Emily sudah menghilang dari hadapannya. Putri satu itu, selain lincah, adalah pelari yang handal.

"Sialan," Umpatnya sebelum berlari ke arah kandang kuda. Tadi Emily mengatakan soal bertemu dengan Arawin, sehingga gadis itu pasti berlari ke tempat itu. Arawin adalah nama dari kuda kesayangan Emily. Kuda liar yang gadis itu temukan dua tahun yang lalu di pinggir hutan, dan entah dengan sihir apa, Emily berhasil menjinakkan kuda itu. Sejauh ini tidak ada orang lain yang bisa mendekati Arawin tanpa luka setelahnya.

Benarlah, saat Richard tiba, gadis itu sudah berada di atas Arawin, tanpa pelana. Hal gila lainnya yang hanya bisa dilakukan oleh Emily. Alasannya adalah Arawin tidak menyukai tali kekang dan pelana.

ScrimmageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang