Kondisinya tidak bisa di katakan baik setelah kejadian seminggu yang lalu. Emosinya mudah sekali tersulut, dan ia menjadi tidak sabaran. Tidak ada yang berani untuk menegur, apa lagi menasihati seorang Richard Alden saat ini, termasuk Oliver sendiri. Mereka semua masih menyayangi nyawa mereka. Pemuda itu berubah menjadi seperti ini sejak ia bertemu dengan Emily.
Sebelumnya, tujuannya adalah untuk mendapatkan Emily kembali. Namun sekarang setelah bahkan gadis itu berjalan pergi darinya, Richard tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Hilang arah, bisa di katakan itu yang ia rasakan saat ini. Walau apa yang menjadi rencana mereka di awal akan tetap berjalan.
Bahkan persiapan sudah 80 persen. Dalam waktu seminggu atau dua, mereka akan siap melakukan rencana mereka. Tenaga tambahan sudah di kumpulkan, anggota mereka yang tersebar sudah di panggil kembali. Semua hanya untuk satu hal.
Penyerangan ke istana.
.
.
.
Perintah tegas dari Edmund membuat tidak ada satu informasi mengenai Richard dan kelompok pemberontak yang bocor pada Justine dan Oswald. Rombongan mereka tiba setelah pemakaman untuk Fleur dan Jason sudah selesai di laksanakan. Terlihat jelas keadaan istana sedang kacau balau karena perbuatan para pemberontak.
Malam kedua setelah Emily tiba di rumahnya sendiri, ia di panggil Oswald untuk menghadap. Gadis itu berdiri di depan meja kerja yang dulu adalah milik ayahnya namun kini di tempati oleh salah satu musuh terbesarnya dalam meneruskan pekerjaan Ayahnya, kakak tirinya sendiri.
"Dalam perjalanan kembali ke istana," Kata Oswald, tidak membuang banyak waktu. "Kau tidak bertemu dengan para pemberontak?"
Emily berusaha keras untuk tidak menunjukan ekspresi apapun di depan pemuda ini. Ia mempertahankan muka datarnya, tidak mengijinkan Oswald untuk membaca dirinya. Walaupun jalan yang di pilih oleh Richard salah dan para pemberontak tidak bisa di bilang 'benar', Emily tidak mau menyerahkan mereka ke tangan Oswald.
Sekalipun pemuda itu telah berubah, perasaannya pada Richard tidak lah berubah.
"Tidak."
Oswald menaikan alisnya. Adiknya telah berubah, dari seorang gadis yang naif yang sama sekali tidak peduli sekitarnya, menjadi seseorang yang bahkan bisa di katakan berbahaya. Haruskah ia menyingkirkan adiknya yang ini secepatnya? Ibunya mengatakan untuk menyimpan Emily dan Leo, sebagai alat bagi mereka. Namun akhir-akhir ini Oswald berpikiran hal lain, Emily terlalu berbahaya.
Tapi ia tidak bisa menentang Justine.
Selama beberapa saat tidak ada kata yang tertukar di antara mereka. Oswald hanya memperhatikan Emily dan gerak-geriknya, berusaha membaca gadis itu. Ia tahu ada yang di sembunyikan oleh Emily, tapi ia tidak bisa mengetahui apa.
Atau mungkin saja ia hanya membayangkan hal itu.
Raja muda itu menghela nafas sebelum memperbolehkan Emily pergi dari kantornya. Pekerjaannya sebagai raja membuatnya kelelahan, terutama dengan kejadian akhir-akhir ini. Tidak hanya Fleur dan Jason, banyak bangsawan yang berada di pihaknya di serang di jalan. Walau para pemberontak membiarkan saja mayatnya tergeletak di jalan dan tidak mengirimkannya seperti yang terjadi pada Fleur dan Jason.
Ia sedang memijat pelipis kepalanya sendiri ketika ketukan di pintu terdengar. Ibunya sendiri masuk ke dalam ruangan.
"Oswald."
"Ibu." Sapanya.
Justine mengangguk sebagai balasan lagi dan berdiri depan Oswald. Stress karena pekerjaan tidak hanya berdampak padanya, namun pada ibunya juga. Wanita berusia 43 tahun ini terlihat jauh lebih tua dari umur sebenarnya. Beberapa helai rambut putih terlihat jelas di rambut hitam pekat milik Justine.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scrimmage
General Fiction「A brutal fight covered by sweet words.」 Vleredora, sebuah kerajaan yang kuat, kaya dan dikagumi oleh banyak orang. Emilia adalah putri dari kerajaan tersebut, anak dari sang Raja dan Ratu, dan walaupun banyak orang yang menginginkan ia naik t...