IX. Nightmare begins

86 7 26
                                    

Air dingin yang membanjur kepalanya membangunkan pemuda itu. Perlu beberapa saat bagi Richard untuk memfokuskan pandangannya. Kepalanya terasa pening, dan di tambah penglihatannya yang memang tidak bagus sejak awal, segalanya tampak buram selama beberapa saat.

"Richie!"

Itu suara Emily. Pemuda itu mengerang pelan dan menggelengkan kepalanya, berusaha membuat dirinya fokus. Ia berusaha menarik tangannya, berniat mengelap tetesan air di wajahnya, namun tangannya di tahan oleh sesuatu. Dari suara, dan bagaimana rasa benda tersebut di kulitnya, Richard tahu kedua tangannya di rantai.

Perlahan ia menyadari apa yang terjadi. Ia dan Emily di tangkap, kepalanya di pukul sehingga ia jatuh pingsan. Setelah ia berhasil memfokuskan pandangannya, Richard memandang sekitarnya untuk pertama kalinya.

Emily terduduk di depannya, dan hal itu membuat Richard lega. Gadis itu masih hidup, itu yang terpenting. Gaun Emily masih sama dengan yang ia pakai di desa, sepertinya Richard tidak pingsan terlalu lama. Raut cemas terlihat jelas di wajah sang gadis, walau keadaannya sendiri tidak bisa di katakan bagus. Rambutnya yang berwarna cokelat berantakan, beberapa luka terlihat di badan Emily, bahkan sudut bibirnya berdarah. Apa yang para bajingan itu lakukan padanya?

Richard mengerang sekali lagi. Kedua tangannya di ikat terpisah dengan rantai panjang yang menempel di kanan dan kiri sel tahanan itu. Ya, dia mengenali ruangan itu. Mereka berada di salah satu sel tahanan yang ada di ruangan bawah tanah istana. Posisinya saat ini sedang berlutut, walau ia tadi bergantung pada tangannya yang terikat saat ia pingsan. Pantas saja pergelangan tangannya terasa sakit sekarang.

"Menikmati tidur siangmu?"

Umpatan terdengar dari sang pemuda sebelum menatap sumber suara itu. Justine berdiri tegak, dengan senyuman terpasang di wajahnya. Beberapa prajurit mengawal, dan yang lain mengarahkan tombak ke depan Emily, menahan gadis itu untuk tidak mendekati Richard.

"Apa yang kau mau?"

Jari tangan Justine yang dingin menyentuh pipi Richard, memaksa pemuda itu menatap manik matanya yang hitam. "Aku jelas ingin menyingkirkanmu, tapi aku membutuhkan Emily sayangnya."

Richard meludah ke arah wanita itu, membuat satu tamparan keras mendarat di pipinya beberapa saat kemudian. Senyuman Justine sempat menghilang, sebelum kembali lagi muncul. Ia memberikan tanda, dan seorang pria, dengan topeng kain menutupi kepalanya, berjalan mendekat. Sang algojo kerajaan juga berada di bawah perintah wanita itu.

Hati Richard mencelos ketika melihat cambuk yang ada di tangan algojo tersebut.

"Kita punya hukuman khusus bagi pengkhianat kerajaan, Alden." Justine terkekeh puas. "Dan hal yang sama berlaku untuk putri yang melarikan diri dengan ksatrianya."

Mereka hendak mencambuknya. Ia tidak peduli dengan apa yang akan di terimanya, tapi jelas ia tidak bisa melihat Emily di cambuk. Richard memandang Justine, dan ia tahu apa yang di rencanakan oleh wanita ular itu. Justine tahu Richard tidak akan membiarkan Emily di cambuk, dan ia memainkannya dengan sangat baik sehingga mau tidak mau Richard mengambil jalan itu.

"Hukumannya.." Kata Richard dengan suara serak. "Hukuman Emily, biar aku yang menanggungnya."

"Tidak!"

Senyuman di wajah Justine menandakan wanita itu puas dengan keputusan Richard. Walau pemuda itu tidak berniat kalah secepat itu. Ia tidak akan mati sebelum ia menyingkirkan Justine dan memastikan Emily selamat. Ia bersumpah, suatu saat wanita itu akan membayar atas apa yang ia lakukan pada Emily.

"Richie, jangan lakukan hal ini! Kumohon!"

"Kau tidak harus melihatnya, Em.."

Justine tertawa pelan. "Oh sayangnya, dia harus disini dan menyaksikan semuanya." Kata-kata tersebut membuat Richard memberontak, hendak menerjang ke arah wanita itu, yang mungkin sudah berhasil jika kedua rantai di tangannya tidak menahannya. Memuncak sudah amarahnya ketika mendengar hal tersebut. Tapi Justine hanya tertawa sekali lagi sebelum berjalan keluar dari sel mereka, meninggalkan Richard dan Emily, serta sang algojo dan dua prajurit yang bertugas menahan Emily.

ScrimmageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang