VII. Like A Dream

71 7 17
                                    

Sinar matahari pagi membuat pemuda itu otomatis menutup matanya kembali, sedetik setelah ia baru membukanya. Richard Alden mengawali harinya dengan merenggangkan tubuhnya di kasur sebelum akhirnya bangkit terduduk. Selama beberapa saat ia tidak bisa melihat jelas tangannya, dan rasa takut mulai merasuki dirinya. Ia tidak bodoh, sejak ia kembali dari tugasnya di medan perang yang terakhir, kondisi matanya mulai parah. Ia tidak ingin menjadi buta, tidak sekarang.

Namun setelah ia mengerjapkan matanya beberapa kali, pandangannya mulai kembali seperti biasa. Nampaknya hanya efek baru bangun tidur. Helaan nafas lega ia keluarkan dan ia bangkit berdiri. Mengikuti rutinitasnya yang seperti biasa, Richard berjalan ke kamar mandi, untuk membasuh dirinya sebelum melakukan pekerjaannya. Tidak ada yang berubah di bayangan dirinya di kaca. Hanya rambut cokelatnya saja berantakan, selain itu tidak ada yang berubah.

Tapi mengapa rasanya berat sekali? Seperti ada beban besar di pundaknya dan luka tak kasatmata di tubuhnya.

Karena selain berat, rasanya juga perih.

Baru seminggu berlalu sejak pengumuman pertunangan putri kedua dari Kerajaan Vleredora dengan seorang bangsawan. Namanya Sebastian dan dia berasal dari keluarga Reinfrid, salah satu keluarga bangsawan atas di kerajaan Vleredora. Banyak orang mengatakan, pemuda berusia akhir 20 tahun itu adalah pasangan yang cocok untuk Emily.

Dan dengan berat hati, Richard juga mengakui hal tersebut.

Ia bertindak bodoh. Sekalipun perasaan mereka sama, tidak mungkin mereka dapat bersatu sejak awal. Cepat atau lambat, ia memang harus melepaskan gadis itu.

Karena dia hanyalah seorang ksatria, dan Emily adalah putri kerajaan.

Rutinitas hariannya sama seperti sebelumnya, walau hubungannya dengan Emily tidak. Di mata orang lain, tentunya mereka tampak kembali seperti dua teman masa kecil yang dekat, dengan keduanya menjaga jarak aman namun tetap akrab. Tapi kenyataannya tidak seperti itu. Setiap kata-kata, lelucon dan senyuman yang tertukar di antara mereka terkesan di paksakan. Richard menyadari jelas perubahan di antara mereka.

Kembali seperti semula, namun kali ini mereka kembali ke saat dimana rasa cinta di antara mereka belum ada.

"Selamat pagi, Yang Mulia."

Emily melemparkan sebuah senyuman padanya ketika Richard menyapanya seperti itu. Sang royal dog tengah menjemput tuannya, untuk melakukan kegiatan bersama Sebastian.

"Sudah ku katakan jangan memanggilku seperti itu, Richie."

"Ayah anda akan membunuh saya jika mengetahuinya, Yang Mulia."

"Ia tidak akan melakukannya."

Deja vu. Seperti dahulu, bersahabat seperti biasa. Sebuah kesepakatan non verbal yang mereka lakukan, demi melindungi hati mereka masing-masing. Kebohongan dan akting untuk menutupi perasaan yang sebenarnya.

Walau Emily sudah memiliki rencana lain di pikirannya.

Ia tidak bisa membiarkan Richard terikat pada dirinya sementara hal tersebut menyiksa sang pemuda. Tidak, ia sudah bertekad akan meminta ayahnya memberikan pensiun dini pada Richard, atau memindah tugaskan pemuda itu. Ini adalah salah satu perjanjiannya dengan sang raja, Emily bisa meminta satu hal khusus jika tidak memberontak dalam pertunangan ini.

Bukan tawaran yang buruk, mengingat pertunangan ini akan datang cepat atau lambat. Oswald, Lucy dan bahkan Jason sudah memiliki tunangan masing-masing yang semuanya berasal dari keluarga bangsawan terpandang. Hanya butuh waktu sebelum Emily di paksa bertunangan juga.

Jika ibunya masih ada, mungkin ia bisa menghindarinya. Namun dengan kenyataan bahwa sang ratu sudah tidak ada, dan sang selir licik tampaknya mempengaruhi ayahnya, Emily tidak bisa berbuat apa-apa.

ScrimmageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang