Bab 7.Pelatihan yang aneh

27 3 0
                                    

Ada sebuah pepatah yang mengatakan 'Jangan menilai sesuatu dari sampulnya'
jangan sampai penampilan akan menipumu
Segala sesuatu yang kita lakukan pasti memiliki arti tersendiri..

-Lukas Lutetris-

Rendi pov
"Ibu!,aku sudah menguasai ilmu menyembuhkan dari ayah Lho"

Sontak kedua mataku langsung terbuka karena mendengar suara yang mirip denganku.Dan dugaanku benar,aku sedang berada di dalam salah satu ingatanku.

"Hm?,kau sudah menguasainya?",tanya ibuku kearah diriku yang masih kecil.Mungkin aku yang itu masih berusia 3 tahunan.

"Iya",jawab diriku yang dulu dengan nada bersemangat.

"Kalau begitu,coba sembuhkan ini",ibuku langsung menyodorkan seekor burung pipit yang bertengger di telapak tangannya.

"Memangnya burungnya kenapa,bu?",tanya diriku dengan polosnya.Mungkin diriku yang kecil itu tak menyadari jika salah satu sayap burung itu agak aneh,dengan kata lain 'tulang burung di sayap itu patah'.

"Tulang di sayap kirinya patah",jawab ibuku sambil mengelus elus burung itu dengan lembut.

"Oh,sini.Biarku coba",aku yang dulu langsung mengambil burung tersebut dari telapak tangan ibuku kemudian menaruhnya diatas pangkuannya.

"Cure",gumam Rendi kecil.Pada saat yang bersamaan muncul pendaran cahaya putih terang yang menyelimuti kedua telapak tangannya.Tak menunggu waktu lama lagi,aku yang dulu segera menaruh kedua telapak tangannya di atas sayap burung yang patah tersebut.

Berselang 5 menit kemudian,sayap burung itu kembali seperti semula.Aku yang dulu langsung melompat lompat kegirangan karena telah berhasil menyembuhkannya.Bahkan beberapa peluh keringat di wajahnya ia lupakan keberadaannya.

"Hei hei,nanti burungnya kasihan lho.Kamu genggam kayak gitu",aku yang kecil langsung menghentikan perayaan kecilku karena baru sadar jika sedang menggenggam seekor burung.

"hehehe....",ucap Rendi kecil sambil menggaruk garuk kepalanya yang sepertinya tak gatal.'Kurasa aku akan memberi nama diriku yang satu ini,Rendi kecil',batinku sambil terkekeh melihat kelakuan Rendi kecil yang sangat kanak kanak.

"Baiklah burung kecil,silahkan terbang",ucap Rendi kecil sambil mengangkat burung itu keatas dan melemparnya secara perlahan.Akhirnya burung itu terbang,tak lama kemudian ia bertengger diatas kepala Rendi kecil sambil sesekali mematuk kepalanya.

"Aw",ringis Rendi kecil sambil memegangi kepalanya.Sementara ibuku hanya terkekeh melihat diriku yang dulu.

"Rendi!,ayo main!"

Rendi kecil dan ibuku langsung menatap kearah Randi yang sedang memegang bola.Selama beberapa saat ia menatap mata ibuku lekat lekat,tatapan itu seolah mengatakan 'bolehkah aku bermain dengan Randi?'.Ibuku hanya merespon dengan anggukan yang langsung membuat Rendi kecil berlari dengan girang kearah Randi yang langsung menyambutnya dengan hangat.

Dedetik kemudian,pandanganku langsung kabur.Sedikit demi sedikit sekelilingku langsung berubah menjadi hitam pekat.Disekelilingku hanya ada kegelapan,namun.Muncul sebuah titik cahaya yang mulai menerangi kegelapan diaekitarku.Cahaya itu semakin membesar hingga menjadi menyilaukan mata.

Narator pov

"Ung",gumam Rendi yang baru siuman.Raut kebingungan tampak jelas di wajahnya,ia mencoba untuk duduk tapi langsung terbaring kembali.Menggerakkan tubuhnya sekarang mungkin sama dengan mengangkan beban berkilo kilo.

Age Of DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang