Pada dasarnya aku suka kesenian, dan beberapa tahun terakhir ini aku belajar untuk mencintai kesenian tradisional. Aku belajar beberapa tarian tradisional. Berhubung saat ini aku banyak menghabiskan waktu di Jawa Tengah, aku pun tertarik untuk mempelajari lebih dalam mengenai kesenian tradisional dari Jawa Tengah. Sebelumnya aku memang pernah menari tradisional--meskipun itu bukan tarian tradisional dari tanah Jawa--oleh karena itu aku pun menjadi tertarik untuk mempelajari tarian khas Jawa Tengah.
Beberapa bulan terakhir ini aku mengisi waktuku dengan ikut latihan rutin tari tradisional dari sore hingga menjelang malam. Energi yang telah banyak kuhabiskan di tempat latihan membuatku menjadi lapar kembali dan ingin makan setelah latihan selesai. Berhubung hari sudah mulai malam ketika aku keluar dari tempat latihan, akhirnya aku pun memutuskan untuk langsung ke tempat makan setelah aku selesai latihan.
Tanpa kusangka, di tengah perjalanan aku bertemu dengan temanku. Seperti biasa, kami ingin mengobrol, dan rasanya kami butuh tempat yang lebih layak untuk dijadikan tempat mengobrol selain di pinggir jalan. Akhirnya, kami putuskan untuk bersama-sama mencari tempat makan.
Pada awalnya, kami ingin mencari tempat makan di bagian tengah kota Solo, tetapi karena posisi kami sedang berada di pinggir kota, penampilanku yang lusuh karena habis latihan nari, dan juga temanku yang ternyata memiliki janji rapat sekitar satu sampai satu setengah jam kemudian, akhirnya kami pun memutuskan untuk mencari tempat makan yang berlokasi tidak terlalu jauh dari tempat kami berada saat ini. Melaju ke arah Jl. Kartika--daerah kuliner tempat Arje's Kitchen dan Dapur Sandwich berada--akhirnya kami pun memutuskan ke salah satu tempat makan diantara deretan tempat makan yang berjejer di Jalan Kartika.
Terletak tepat di seberang Indomaret yang memiliki Food Court tepatnya di Jl. Kartika no.8, Jebres, Surakarta, terdapat sebuah tempat makan lain yang menarik perhatian, yaitu Kedai Conel. Semacam Food Court juga, tetapi dengan suasana menarik bagi kaula muda.
Hal yang menarik perhatianku pertama kali datang ke tempat ini adalah kursi-kursi yang berasal dari tong berwarna cokelat bekas tempat paracetamol--yang ternyata setelah aku datang ke beberapa tempat makan lain di Solo, jenis kursi seperti ini memang sedang hits digunakan di resto-resto.
Selain kursi yang berasal dari tong paracetamol, ada juga sebuah meja yang berada di bagian ujung dekat jalan masuk menuju tempat parkir yang bentuknya seperti stand beratap, lumayan lucu, sayangnya kurang dekor, kalo enggak pasti bisa lebih menarik lagi, bisa-bisa juga jadi tempat yang instagramable kalo didekor dengan baik, hehe.
Bukan cuma kursi dan mejanya yang bikin menarik, tapi juga hiasan dinding yang terdiri dari tulisan-tulisan estetik yang dibingkai rapi membuat tempat ini gak kalah pamor sama kafe-kafe di tengah kota. Tempat ini terdiri dari beberapa stand kecil yang terdiri dari stand minuman--kayaknya sih lebih banyak menyajikan aneka macam kopi dalam jenis frappe, lalu ada juga yang menjual waffle (dari tulisan yang terpampang sih gitu), pisang panggang aneka rasa, serta ada juga satu bagian lain dari Kedai Conel ini yang memiliki bagian paling besar yang menjual makanan dan minuman utama. Selain itu, sebuah papan bertuliskan jadwal makanan prasmanan pun terpampang di dekat etalase besar yang sepertinya dijadikan sebagai tempat untuk menaruh makanan pada saat jadwal prasmanan berlangsung.
Pas aku makan ke tempat ini, lagu-lagu dari The 1975 menemani makan malam kami. Aku tandai, kedai ini cukup sering memutar lagu-lagu segenre dengan The 1975 (tapi aku taunya cuma The 1975 sih dari lagu-lagu yang genrenya saudaraan sama The 1975 ini). Nafsu makanku--dan nafsu ngobrolku--makin bertambah ketika mendengar lagu Somebody Else dan Chocolate diperdengarkan. Jadi untuk penggemar The 1975, boleh tuh cobain dateng ke Kedai Conel, siapa tau pas kalian dateng, pas lagi diputerin lagunya The 1975, hehe.
Kedai ini buka dari pukul 8 pagi sampai pukul 10 malam (rata-rata kedai di sekitar Solo yang enggak terletak di tengah kota paling lama tutup jam 10 malam, ini lumayan bikin aku syok waktu pertama kali aku mengunjungi kedai di Solo malam-malam. Biasanya kalau aku di Jakarta aku memang suka makan malam--benar-benar malam--mungkin pukul 9 atau 10 malam aku baru mulai makan karena biasanya aku kejebak macet selama berjam-jam dan baru bisa mencapai tempat makan sekitar jam segitu, dan aku ini tipikal orang yang kalo makan itu bisa menghabiskan waktu yang lama, apalagi kalo ditambah sama ngobrol, bisa dibayangin kan bakal keluar dari tempat makan jam berapa? Hehe). Oke, balik lagi ke topik, kedai ini punya jadwal prasmanan yaitu pada pukul 8 pagi sampai pukul 5 sore (atau terkadang pukul setengah 9 atau pukul 9 pagi bukanya, kalo pukul 8 biasanya baru di prepare, dan juga masih sepi banget belum ada yang dateng. Meskipun gitu, makanannya gak jarang udah terlanjur abis sebelum pukul 5 sore. Pokoknya sekitar pukul 2 itu udah jam-jam kritis, deh). Sekitar pukul 9 pagi biasanya mulai ada yang dateng karena ini tempat sarapan yang menurutku recommended lah makanannya. Model penyajiannya sih prasmanan kayak di warung-warung nasi sederhana, tapi makanan di tempat enggak sepenuhnya sederhana. Sajian sarapan prasmanan di Kedai Conel ini kebanyakan adalah makanan rumahan masa kini, itu yang buat aku prefer ke tempat ini.
Oke, aku akan bagi review makanan di Kedai Conel ini menjadi tiga bagian, yaitu bagian menu makanan prasmanan, makanan utama setelah jadwal prasmanan, serta makanan di beberapa stand lain di Kedai Conel. Review makanan akan aku bahas pada bagian selanjutnya, jadi mohon bersabar ya, hehe. Maaf untuk post kali ini baru bahas soal review tempatnya aja soalnya banyak aspek yang aku nilai dari tempat ini jadinya tulisannya bakal panjang banget makanya aku bakal bagi post-nya jadi post review Kedai Conel dari segi tempat dan suasana (aku ulas di part ini) dan review makanannya (aku bakal bahas di post selanjutnya).
Keep patient and wait ;)
----------------------------------
an: Maaf updatenya lama dan sempet enggak update minggu lalu. Aku enggak nyangka kalo aku bakal lama nyelesain ulasan tempat ini dan gak ngebayangin juga kalo bakal cerita panjang lebar soal tempat ini. Jadi... jangan gebukin aku ya, hehehehehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wonderfood: My every lunch-dinner life
RandomTulisan ini adalah hasil review saya terhadap beberapa tempat makan yang telah saya kunjungi (untuk saat ini masih di wilayah Pulau Jawa dulu). Hasil review ini berdasarkan penilaian pribadi saya terhadap makanan atau tempat makan tersebut (jadi maa...