Kedatanganku ke tempat ini enggak sengaja, sebenarnya. Awalnya, aku bersama teman-temanku baru saja menyelesaikan urusan pemesanan bis di daerah Klaten untuk perjalanan wisata kami--kebetulan orang tuaku memiliki kenalan perusahaan bis ini, maka dari itu aku pun akhirnya tergabung dalam tim pengurus transportasi. Awalnya aku enggak mau ngurusin soal ini, karena sejujurnya aku bukan tipikal orang lapangan, tapi setelah aku mencoba hal baru dengan 'nyemplung' ke 'tim lapangan' ini, ternyata seru juga. Disaat orang lain rapat dan berkutat di tempat yang sama selama berjam-jam memikirkan berbagai rancangan rencana, aku--dan teman-temanku dalam tim transportasi--bisa dengan leluasa melenggang ke luar dengan alasan 'tugas', hehe. Ternyata asyik juga dikasih tugas disuruh jalan-jalan walaupun kalau mau ngomongin soal tenaga, ya capek juga sih karena tenagaku habis karena disuruh kesana-kemari. Tapi duduk diam dan mengikuti rapat juga menguras energi sih, otaknya kan juga disuruh mikir, huhu.
Setelah menyelesaikan urusan transportasi, kami merasa lapar dan haus--tapi lebih ke arah haus sih karena cuacanya lagi panas banget!
Akhirnya, salah satu temanku menyarankan untuk mampir ke kota barat dan nyicipin Eskobar alias Es Teler Kota Barat yang terletak di seberang Markobar, Surakarta.
Namun saat itu kami belum beruntung. Eskobar-nya ternyata belum buka, akhirnya kami mencoba mencari tempat lain di sekitar Kota Barat yang menjual yang segar-segar. Enggak jauh dari jalan raya tempat Eskobar berada, terdapat sebuah gang di sebelah Masjid Kota Barat, tepatnya di Jalan Kenanga no. 12, Surakarta.
Tempat makan ini adalah sebuah rumah bergaya klasik dengan nuansa putih yang begitu kental di seluruh penjuru ruangan, memancarkan kesan bersih dan elegan. Ketika aku masuk ke dalam, aku disambut dengan hiasan dinding dari tanaman yang tergantung pada pot-pot kecil serta ada rerumputan sintetis yang memberikan kesan 'taman di dalam rumah' pada tempat makan ini. Dengan konsep taman di dalam rumah seperti ini, tentu aja tempat ini instagramable!
Karena nama tempat ini yang sangat identik dengan es krim, akhirnya aku pun tertarik untuk mencoba Ice Cream Roll.
Namun sayang banget, sekali lagi aku harus kecewa karena ternyata Ice Cream Roll-nya unavailable. Jadi mau enggak mau aku harus mengganti pilihanku.
Dari berbagai kreasi es krim dengan nama yang asing, aku pun menjatuhkan pilihanku pada Banana Split yang setidaknya masih akrab ditelingaku. Aku enggak mau ngambil resiko untuk kecewa lagi dengan jenis es krim lain yang mungkin aja enggak sesuai sama ekspektasi.
Selain Banana Split, aku juga memesan Nasi Goreng dan Lemon Squash untuk menemani makan sore kami.
Katakanlah saat itu aku terbawa suasana dan jadi kalap. Tempat yang enak dan keren, menu yang menarik, serta teman makan kelas kakap membuat aku tergoda untuk memesan beberapa menu tersebut. Padahal setelah makanannya datang, aku cuma sanggup ngabisin Banana Split-nya aja. Aku jadi merasa menyesal karena telah melakukan hal mubazir terhadap nasi goreng yang aku pesan. Beruntung aku punya teman kelas paus yang perutnya masih muat menampung nasi goreng yang baru kusentuh sedikit itu.
Baiklah, aku akan memulai ulasanku terhadap Banana Split. Menurutku manis es krimnya pas, tapi enggak ada suatu kekhasan, tapi aku lumayan puas dengan pisangnya karena legit dan fresh.
Selanjutnya, aku akan mengulas tentang nasi gorengnya. Nasi goreng ini benar-benar sederhana. Nama menunya juga sederhana, hanya nasi goreng, gak ada embel-embel spesial atau tambahan nama hewan lain dibelakangnya, atau nama menu dalam versi bahasa Inggris. Seperti namanya, tampilan dari nasi goreng ini juga sederhana, hanya nasi goreng yang dicetak rapi dan dihiasi dengan telur mata sapi. Setelah aku cicipi, rasa nasi goreng ini bisa dibilang sekelas restoran hotel, jadi bisa dibilang aku puas dengan rasa yang disuguhkan oleh Esgrim House ini. Sayangnya perutku yang udah enggak kuat menampung nasi goreng itu lagi sehingga dengan terpaksa aku harus merelakan nasi goreng bintang lima itu berpindah tangan, huhu.
Untuk menghibur diri dan 'membilas' mulut, aku butuh yang segar-segar lagi. Aku pun mencicipi Lemon Squash pesananku tadi. Well, jangan bosan ya kalau kalian menemukan Lemon Squash dan Tuna Sandwich di beberapa part, karena dua menu itu adalah favoritku dan setiap aku nemuin menu itu biasanya aku pesan, hehe.
Seperti Lemon Squash yang biasa aku temui di Solo, Lemon Squash disini rasanya hampir sama, dan kalau enggak salah juga gak pake selasih, padahal aku kangen banget sama Lemon Squash yang ada selasihnya, huhu. But overall, Lemon Squash ini segarnya pas, enggak terlalu kecut atau manis.
Untuk kisaran harga di tempat ini enggak bisa dibilang murah juga sih, tapi juga enggak terlalu mahal, kok. Makanan yang aku pesan itu harganya berkisar 15-30 ribu. Jadi aku enggak menyarankan kalian kesini kalo lagi akhir bulan, hehe. Tapi kalo lagi makmur, tempat ini patut dicoba!
-----------------------------
a/n: Maaf ya minggu lalu belum sempet update dan waktu itu aku belum kepikirian mendokumentasikan makanan dan suasana disana dengan dokumen pribadiku, jadinya untuk part ini aku pakai foto dari Tribunnews.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wonderfood: My every lunch-dinner life
RandomTulisan ini adalah hasil review saya terhadap beberapa tempat makan yang telah saya kunjungi (untuk saat ini masih di wilayah Pulau Jawa dulu). Hasil review ini berdasarkan penilaian pribadi saya terhadap makanan atau tempat makan tersebut (jadi maa...