둘(두) : Dul

846 83 21
                                    



"Ya ampuuun, lucunyaaa," pekikku untuk yang kesekian kalinya dalam sore ini. Dek Fa hanya memutar mata, tidak habis pikir dengan kelakuanku yang kata dia; alay dan kekanakan. Lagian, siapa yang tidak gemas melihat berbagai macam aksesori khas yang cuma ada negeri ginseng ini? Apalagi yang jualan ganteng, eh. Kan jarang-jarang lihat yang bening dan sipit di sepanjang jalan.

Aku membuka sebuah kipas lipat yang dipajang. "Whoa, aku mau ini sepuluh biji ya!"

"Iya, iya." sahut Dek Fa dengan nada malas. Ah, lelaki mana sih yang tidak bosan menemani perempuan belanja? Apalagi jika aku adalah perempuan itu. Haha. Kebanyakan ngocehnya sih dibanding transaksinya.

"Lanjuut!" seruku sambil mencari mangsa (baca: penjual) lain. Belum sempat melangkah, Dek Fa sudah menarik tasku ke arah yang berlawanan.

"Heh, tarik-tarik. Belum beres nih belanjanya," protesku, meski tetap membiarkan diriku diseret olehnya.

"Lapeeer mbaak," keluh Dek Fa. "Jajan dulu ya? Udah menjelang maghrib juga nih. Eh mau coba jajanan pinggir jalan kan?"

Dek Fa menarikku ke sebuah gerobak pinggir jalan, yang nampak kepulan asap dari kejauhan. "Annyeong, ahjussi." siapanya sambil langsung mencomot satu tusuk makanan yang belum aku tahu namanya.

"Ah, kamu lagi. Silahkan," jawab paman penjual itu ramah. "Tumben kamu membawa perempuan? Yeoja chingumu?"

Aku tertawa kecil. "Tidak ahjussi, aku kakaknya."

Dek Fa memukul bahuku pelan. "Ngaku aja pacar aku coba, biar ahjussi ini tidak meledekku terus-terusan untuk cari pacar!"

Ahjussi itu tertawa keras. "Haha. Bisa saja kau. Silahkan pilih yang kalian suka. Agassi, ini pertama kalinya kau ke Korea? Bahasamu lumayan juga."

"Terima kasih sebelumnya. Iya, ini pertama kalinya. Eh, ahjussi, ini makanan apa? Aku tidak makan yang mengandung babi," terangku.

"Tenang saja. Aku menjual semua yang boleh kalian makan. Karena itulah adikmu sering datang ke sini." Ahjussi itu menyodorkan semangkuk makanan padaku. "Silahkan dicoba. Karena kamu pasti belum pernah memakan semua ini, kusiapkan special mix untukmu."

"Kamsahamnida," seruku sambil mencomot sepotong. Mataku langsung berbinar riang. Enak!

Di sebelahku, Dek Fa sudah memakan tusuk ke lima. "Katanya jajan doang, tapi kamu makan sebanyak itu? Yaudah lah ya, aku nggak usah masak malam ini," godaku. Dek Fa langsung memasang muka memelas andalannya.

"Huhuu, jangan gitu lah mbak. Aku traktir deh," mohonnya. Aku hanya memeletkan lidah. "Ini enak loh, nyesel kalo nggak makan banyak. Yang ini namanya tteokbokki. Terus, ini odeng.  Ohya, kamu suka banget sama cumi kan? Ntar kita beli cumi-cumi kering ya," oceh Dek Fa sambal menunjuk berbagai makanan yang tersedia.

"Eh, ngomong-ngomong, bukannya kamu pernah cerita soal tawaran tinggal di asrama mahasiswa? Kok masih di apartemen sendiri aja? Katanya mahal. Apa tawarannya udah hangus?" tanyaku, tiba-tiba teringat dengan obrolan lama kami.
Dek Fa meraih gelas, dan meminumnya sebelum menjawab. "Ohiya. Aku belum cerita ya? Sebenarnya..."

"Annyeong ahjussi—ah, Faris, kau di sini?" Ucapan Dek Fa terpotong dengan kedatangan seorang pria, yang kulihat sekilas, bermata sipit dan berkulit putih, jelas bukan foreigner seperti kami. Orang sini kah?

Aku melanjutkan makanku, tak memperhatikan pria bertopi itu yang sekarang malah asyik mengobrol dengan adikku.

"Yo, sampai jumpa nanti," Pria itu keluar dari gerai, membuatku mengangkat kepala. Ah, hanya perasaanku saja atau apa, tapi suara riangnya tak asing. Meski begitu, aku tak kunjung mengingat, suara siapa yang mirip dengan suara pria tadi. Aku sedikit menyesal tak memperhatikan pria yang sudah menghilang itu.

"Nah, itu dia tadi yang mau aku ceritakan." desah Dek Fa. Kemudian ia mendekatkan kepalanya pada sisi wajahku, berbisik dengan sangat lirih. "Kamu pernah dengar soal kecelakaan seorang anggota boyband terkenal, EXO?"





***
Length: 574 words
Published: 2017, 21 January

Sorry ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang