Tiga

115 17 15
                                    

Sore ini Nero bersama ketiga temannya sedang berkumpul di rumah Juno, diantara mereka berempat, rumah Juno memang yang paling pas untuk dijadikan sebagai markas.

Mungkin karena Juno anak tunggal, dan rumah yang ditempatinya terbilang cukup sepi dan luas untuk ukuran keluarga kecil seperti keluarga Juno.

Mereka berempat berencana untuk main biliar dan bersantai. Sejak datang dari bandara menjemput Nisya, Nero memilih untuk pergi bersama teman-temannya, sejak tadi Nero merasa kesal dan juga bosan, selain itu dia juga membiarkan Nisya menghabiskan waktu dengan Baron-ayahnya-.

"Perasaan lo aja kali, Ne" Diki mengomentari cerita Nero sambil menyusun bola biliar, 

Nero yang sedang berdiri sambil memangku stik biliar itu bergumam menanggapi perkataan Diki.

"Tapi ya" Nero berjalan ke meja biliar hendak memulai permainan "Jujur gue gak suka deket sama tuh cewek, gak ada lembutnya sama sekali, ngomongnya aja suka teriak-teriak" ucapnya setelah berhasil menyodok bola solid warna biru.

"Jadi? Lo mau gimana?" kali ini Juno yang berbicara, dia menyentakan stiknya, tapi sodokannya meleset, cueball menyentuh sebuah stripe.

"Sial!" ucap Juno.

"Kalo lo gak suka dia yaudah jauhin dia, Ne" kata Edgar dengan nada sedikit serius karena sedang berusaha membereskan bola angka 9, tapi gagal juga.

Diki menyipitkan matanya mendengar saran Edgar barusan, tapi matanya fokus pada bola nomor 7. Masuk!.

"Jelaslah gue bakal jauhin dia" kata Nero sambil tersenyum menyeringai karena berhasil memasukan satu solid lagi.

"Jangan terlalu benci sama dia, Ne. Takdir siapa yang tau" kata Diki sedikit menyindir, dan kalimatnya selesai bersamaan dengan keberhasilannya membereskan bola nomor 15.

Nero menyeringai "Gue gak percaya takdir" katanya kemudian diikuti dengan keberhasilannya melesakkan dua bola berturut-turut dengan mulus.

"Giliran gue!" kata Juno, kali ini bola incaran Juno adalah nomor 8. Tapi gagal.

Edgar menimpali "Gue setuju sama Nero" ucapnya sambil berusaha meringkas si nomor 14, namun malah foul, cueball masuk.

Sambil meletakan cueball di posisi yang menurutnya terbaik dan memandang bola 8 bagaikan mangsa, Nero menjawab "Itu terakhir gue berurusan sama cewek, kedepannya gak akan". Lalu dia mengayunkan stik dengan sedikit bertenaga, bola 8 masuk dengan sempurna.

Menang. Game berakhir.

Ketiga teman Nero saling pandang saat mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Nero.

***

Nero berjalan menuju IPA-5, pandangannya lurus kedepan tanpa perduli sedikitpun dengan semua hal disekitarnya, mood Nero benar-benar hancur belakang ini, sejak kepulangan kakaknya Nisya, Nero mengira semua akan baik-baik saja, tapi ternyata semua diluar dugaan.

Sudah dua hari Nero tidak bisa tidur dengan nyenyak, sangat terlihat garis hitam di bawah matanya, Nero menghela nafas.

"Gak selamanya lo harus diemin papa kaya gini, Ne"

"Wake up, Ne. Lupain masa lalu, coba buka lembaran baru, cuma kita bertiga, Ne. Gue mohon".

Bayangan Nisya selalu berputar pada ingatan Nero saat mengucapkan kalimat itu, bukannya Nero tidak bisa memaafkan atau melupakan masa lalu yang sangat menyakitkan baginya, hanya sekarang belum tepat bagi Nero untuk menerima maupun menyadari kenyataan.

Just a FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang