Lima

92 13 2
                                    

Sudah tiga hari berlalu sejak dinner malam itu terjadi, tiga hari pula Nero dan Seva tidak pernah berbicara satu sama lain waktu mengerjakan tugas matematika.

Nero sudah beberapa kali mencoba memulai obrolan dengan Seva, misalnya kemarin sore, saat Nero pura-pura menanyakan hasil tugas yang dia kerjakan sendiri sudah benar atau belum pada Seva, tapi respon Seva hanya mengangguk kemudian kembali mengoreksi pekerjaan ketiga temannya.

Nero merasa Seva menjauhi dirinya sejak malam itu, padahal Nero hanya penasaran dengan Seva, tapi sampai sekarang Seva malah mendiaminya.

Apa salah jika dia bertanya seperti itu tiga hari yang lalu?

"Anjir, pusing pala gue" ucap Edgar sambil memijit pelipisnya.

Diki dan Juno merenggangkan otot-otot mereka, sedangkan Nero asyik dengan pikirannya sendiri.

"Sev? Lo gak capek?" tanya Diki yang melihat Seva masih sibuk mencari jawaban dari soal nomor seratus lima puluh tujuh, sudah setengah soal mereka selesaikan.

"Bentar, hampir dapet" kata Seva.

Edgar mendekatkan kepalanya melihat coretan pada buku Seva "Itu lo nyari jawaban atau buat cerpen, dah?"

Seva menggumam menjawab pertanyaan Edgar.

"Gimana kalau kita keluar bentar? Anjir suntuk banget gue serius" kata Juno sambil memainkan alat tulis di sela-sela jari kanannya.

"BOLEH! Gimana, Sev?" tanya Edgar antusias, Seva menoleh "Boleh aja"

Ketiga cowok itu bertepuk tangan, sedangkan Nero masih tetap diam. Entah kenapa dia merasa canggung dengan Seva.

"Ne? Lo mau gak?" tanya Diki dan dijawab dengan menganggukan kepala oleh Nero.
"Oke! Let's go! Lo yang nentuin kita mau kemana, Sev" ucap Edgar dengan semangat.

***

Tiga mobil sport berhenti tepat didepan sebuah rumah yang tidak terlalu besar, di halaman depannya terlihat sangat indah karena ditanami berbagai macam tanaman hias yang cantik.

Edgar membaca papan nama yang tergantung di atas pintu masuknya "Panti Asuhan Melia? Buat apa kita kesini, Sev?"

Nero dkk menatap Seva dengan bingung, pasalnya Seva tidak memberitahu mereka akan pergi kemana, dan hanya menunjukan jalan menuju ke lokasi.

"Masuk aja, kalau gue lagi mumet, gue juga kesini" ucapnya kemudian berjalan mendahului keempat cowok itu.

Saat mereka berlima sampai didepan pintu, Seva masuk dan kedatangan mereka disambut oleh segerembolan anak kecil yang sangat lucu dan menggemaskan.

"Kak Seva dateng, kita nunggu lama loh" kata gadis berponi yang rambutnya diikat dua, Seva menunduk kemudian mengusap sayang kepala gadis itu.

"Maafin kakak ya, kakak sibuk banget. Besok-besok kakak pasti sering kesini, kalian semua sehat?" tanya Seva.

"Sehat dong, kak"

"Aku sakit"

"Sehat"

Seva tidak tahan melihat tingkah gemas semua anak yang kira-kira berjumlah sepuluh itu, dia merentangkan tangannya kemudian memberi akses bagi anak-anak itu untuk memeluknya.

Nero dkk tercengang melihat adegan didepan mereka, kemudian Edgar dan Diki menunduk juga "Kita gak dikenalin ke mereka, Sev?" ucap Diki.

Just a FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang