Empat

99 15 0
                                    

"Lempar, Ga"

"Bentar! Tinggi banget, gue belum nyampe"

Siswa lain yang sudah hafal tabiat keempat cowok, yang saat ini sedang melakukan gotong royong membersihkan buah mangga dari pohon disekolah menepuk jidat mereka.

Dan ada juga yang hanya bisa geleng-geleng kepala melihatnya, sudah biasa kalau menyangkut tingkah aneh mereka berempat selalu menjadi tontonan dadakan di pagi hari.

"Anjir yang itu udah mateng, Gar" teriak Diki saat melihat Edgar hampir mendapatkan buah mangga yang sudah matang dan juga besar. Menggiurkan!

"Ne, pungutin lah yang dibawah, bantu gue" kata Juno kesal karena dari tadi Nero hanya diam melihat "Cape gue" balas Nero.

"Lah, kapan lo kerja? Perasaan nonton aja lo dari tadi" ucap Juno lagi.

"Capek batin itu mah" ucap Edgar terdengar sedikit pelan karena dia sedang berada diatas pohon.

"GOOD JOB, Gar!"

Bersamaan dengan teriakan Diki yang membuat Pak Heri--kebetulan lewat-- menghampiri mereka, Juno yang sedang memungut beberapa buah mangga yang jatuh tak sengaja melihat kedatangan Pak Heri.

"Anjir, Pak silau dateng" kata Juno gelalapan, mencoba menyembunyikan buah mangga di tas dan beberapa juga didalam jiketnya.

Diki pun sama, dia mencoba bersembunyi di balik pohon, tapi tidak sempat karena Pak Heri lebih cepat sampai.

"Begini ya kerjaan kalian"

Mereka bertiga diam, Pak Heri meneliti ketiga cowok itu "Mana Edgar?" katanya tegas.

"Oit? Disini gue".

Pak Heri spontan menengadahkan kepalanya, dilihatnya Edgar diatas nyengir tanpa dosa "TURUN KAMU!".

Secepat kilat Edgar turun, namun pijakan kakinya salah, dan tanpa sadar dia sudah tersungkup di tanah, aksi jatuhnya itu sontak membuat siswa lain dan ketiga temannya tertawa.

"Anjir sakit!"

"BERDIRI KAMU EDGAR!"

"Astaga, iya Pak iya, jangan teriak-teriak lah Pak" Pak Heri menatap tajam Edgar.

Glek.

Edgar langsung diam.

"Apa kalian pikir tindakan kalian ini bagus dan patuh untuk dicontoh?"

Hening.

"Jawab saya!"

"Iya, Pak iya. Astaga. Apa salah kami memetik sesuatu yang sudah ditanam dan berbuah? Bukannya tujuan menanam pohon mangga disini karena untuk dimakan buahnya? Atau mungkin sekolah nanem nih pohon cuma buat pajangan Pak?" ucap Edgar, ketiga temannya melotot kearah Edgar.

Pak Heri menyeringai "Pinter juga kamu ngomong".

Edgar nyengir tidak menyadari ada maksud dibalik pujian yang diberikan oleh Pak Heri.

"Iya, dong kan guru Bap--"

"Tugas yang saya berikan kemarin sudah selesai?" tanya Pak Heri yang tiba-tiba tersenyum lembut, firasat Nero mengatakan ada hal yang tidak beres.

"Belum, Pak. Baru selesai empat puluh soal" kata Juno kalem.

Pak Heri mengangguk-anggukan kepalanya "Yasudah, saya tambah seratus soal lagi".

Jedar!

Keempat cowok itu sukses melongo.

***

Just a FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang