Enam

82 10 3
                                    

Mata Nero tak henti-hentinya menatap ke arah segerombolan siswa yang sedang melakukan pemanasan ditengah panasnya terik matahari.

Sesuai jadwal, setiap hari rabu adalah waktu bagi kelas IPA-1 dan IPA-5 untuk mengikuti pelajaran olahraga.

Sebenarnya saat ini pandangan Nero hanya tertuju pada satu orang, yaitu gadis berambut sebahu yang dikuncir kuda membuat rambutnya bergoyang kekanan dan kekiri saat melakukan pergantian gerakan.

Entah kenapa semua yang dilakukan gadis itu terlihat menarik dimata Nero.

"Oi, ngeliatin siapa lo?"

Ketiga teman Nero tiba-tiba muncul, Edgar menepuk pundak Nero.

"Gak, kenapa?"

"Gue ketemu Leon barusan" ucap Juno tiba-tiba. Nero mengepalkan tangannya.

"Dia bilang apa?"

"Pulang sekolah kita ditunggu di gedung lama, belakang sekolah" Nero semakin menguatkan kepalan tangannya, sangat terlihat siratan emosi terpancar dari kedua matanya.

"Berani juga dia!" kata Nero sambil menyeringai.

***

"Sev, lo gak kekantin?" Ivanna bertanya pada Seva sambil memasukan semua barang-barang yang digunakannya seperti biasa seusai berolahraga.

Seva menggeleng "Lo duluan aja, Na" ucapnya sambil membenarkan ikatan rambutnya yang terlihat sedikit berantakan "Gue ntar nyusul".

Ivanna mengguk "Oke, gue duluan ya" pamitnya pada Seva.

Saat Ivanna sudah benar-benar meninggalkan kelas, tiba-tiba saja handphone Seva berdering, sebuah panggilan masuk dari seseorang, Seva langsung mendial panggilan tersebut.

"Halo?"

[Halo, lo lagi disekolah, Sev?]

"Iya, Kak. Ada apa?"

[Pulang sekolah bisa pergi kesuatu tempat? Gue minta tolong banget ya]

Seva membasahi bibir bawahnya kemudian menjawab "Kemana, Kak?"

[Nanti gue sms tempatnya, bareng sama Nero aja ya]

Seva mengkerutkan keningnya tanda tidak paham namun tetap menganggukan kepala walaupun dia tau lawan bicaranya tidak mungkin bisa melihatnya.

"Oke"

Kalimat terakhir yang diucapkan Seva mengakhiri juga sambungan telefon antara dirinya dan orang itu.

Tak perlu waktu lama bagi Seva untuk memahami semuanya, wajar kalau akhir-akhir ini dia dan Nero terlihat akrab, tapi hanya sebatas menjadi teman.

Sebenarnya Seva juga berfikir untuk apa dirinya dan Nero selalu bertengkar tentang hal-hal yang tidak penting. Mungkin mulai sekarang dia bisa menjalin pertemanan yang sesungguhnya bersama Nero.

Seva sadar, sejak kebersamaan mereka di panti asuhan. Nero terlihat berbeda, Seva tidak tahu kenapa dirinya merasa seperti itu.

Tapi intinya, Seva akan berusaha dekat dan belajar mengenal Nero lebih jauh lagi, sebagai teman.

***

Bel pulang berbunyi dari lima menit yang lalu, tapi Seva masih enggan untuk membawa tubuhnya keluar dari kelas. Beberapa kali dia mengecek handphonenya berharap pesan yang dia kirim dibalas oleh orang itu.

Just a FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang