enam -- demi kamu

23 13 3
                                    

Entah apa yang ia pikirkan semalaman, pagi ini ia kembali mengajak Zee pergi sekolah bersama. Seperti tidak terjadi apa-apa, Bram menyapa Zee seperti biasa.

"Pagi, Zee. Mau berangkat sekolah bareng gue?" Tanya Bram pada Zee yang masih agak canggung.

Zee menatap Bram, ragu-ragu menjawabnya. "Kalau lo nggak keberatan, gue mau." Jawabnya.

Bram tersenyum manis sekali, senyuman menyebalkan namun selalu ia rindukan.

"Maafin gue ya, Zee." Ungkap Bram tiba-tiba. Dia tidak tau apa wanita yang duduk di belakangnya ini memandangnya atau tidak, namun yang pasti Zee pasti terkejut mendengar ini.

Benar saja, Zee diam membisu mendengarnya. Yang hanya ada dipikirannya saat ini yaitu percuma membahas masalah kecil itu, jika membahas dan mengingatnya akan membuat sakit hati.

"Iya, gue maafin lo kok. Maafin juga kalau gue banyak salah ke lo." Setelah sekian menit termenung, akhirnya Zee menjawabnya.

"Makasih, Zee." Jawab Bram mantap sambil terus mengemudikan sepedanya.

Kemudian itu mereka kembali sibuk dalam pikiran masing-masing. Namun mereka sama-sama memikirkan satu hal. Semoga setelah ini kita bisa balik kayak dulu.

***

Walau dirasa mereka sudah baikan, namun Bram tetap waspada pada Zee. Ia berpikir kalau Zee sudah milik Vero sekarang, nyatanya sama sekali salah. Meskipun begitu, ia tetap harus merelakan sahabatnya untuk bahagia bersama orang yang ia pilih.

Bram yang memperhatikan Zee diam-diam merasa senang melihat Zee kembali ceria, ia mulai aktif berbaur bersama teman dan kembali bersemangat dalam belajar.

"Bram, lo ntar mau jajan apa? Kangen nasi soto-nya Cak Gundul nggak?" Kata Zee disela-sela pelajaran kimia yang membosankan.

"Iya nih, gue kangen makan bareng lo. Ntar kita makan bareng ya," ajak Bram semangat dan disambut anggukan oleh Zee.

"Ciee udah baikan nih ceritanya?" Sahut Vita.

Zee tertawa kecil mendengarnya. "Emang siapa sih yang berantem, ya nggak, Bram?" Zee menaikkan salah satu alisnya.

"Iya, kayaknya cuma perasaan lo aja deh, Vit. Selama ini kita baik-baik aja kok."

"Syukurlah kalau gitu, gue ikut seneng dengernya." Ujar Vita sambil mengelus dada. "Tapi gue mau tanya penting, jangan kasih tau siapa-siapa ya." Lanjutnya.

Zee dan Bram saling berpandangan. "Tanya apa?" Jawab mereka bersamaan.

Sorot mata Vita tajam, seolah meyakinkan keduanya. "Pelajaran kimia kapan selesainya sih? Gue udah laper nih." Wajahnya yang serius kini terganti dengan wajahnya yang meringis.

Suasana yang semula tegang jadi kacau gara-gara pertanyaan aneh Vita.

"Sialan lo, Vit!" Kali ini Zee dan Bram lebih kompak dan lebih keras saat mengatakannya. Pak Jain yang sibuk mencatat materi di papan langsung menoleh ke arah mereka bertiga.

***

Sejak peristiwa kemarin, entah kesambet apa Bram jadi merasa bersalah pada Zee--harusnya sih begitu--kini persahabatan mereka mulai kembali normal.

Mua AlohaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang