Mengapa tak ku tatap lagi iris matanya yang cokelat penuh kehangatan?
Mengapa ku tak lagi terkesan saat lesung pipinya timbul tenggelam apabila ia tertawa?
Mengapa tak lagi kulihat kelopak matanya yang menyipit membentuk sebuah garis jika ia tersenyum?
Mengapa ku tak lagi tertawa melihat bibirnya yang akan mengerucut lucu bila cemberut?
Mengapa tak bisa kusentuh lagi kulit yang tidak terlalu cerah tetapi bersih itu?
Mengapa aku tak ikut tersenyum saat melihat senyumnya yang menular itu?
Aku bertanya m e n g a p a, walau ku tau tak kan pernah ada jawaban k a r e n a.
-ArFa*bikin ini sambil ngebayangin ada gak ya orang yg matanya cokelat, lesung pipinya timbul tenggelam, kelopak matanya nyipit kalo senyum, terus senyumnya nular gitu...😍😍
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelarian
RandomAku berlari. Sembari menopang ribuan kata tak berarti. Atau.. malah sebaliknya. Terseok-seok terbebani khayalan yang memenuhi pikiran, dan kemudian melebur menjadi sajak yang tak bisa kutahan. Maka.. lahirlah muntahan kata nista ini, sebagai pelaria...