Koko

172 8 0
                                    

"Lo udah makan?"

Gue noleh. "Belum."

"Nih.."

Dan sepiring nasgor udah siap di hadapan gue.

Gue nyengir. "Makasih."

"Eh.. Ko, ada film baru loh. Action comedy gitu. Udah lebih dari dua juta penonton. Dari testimoninya sih katanya bagus tuh film," celoteh gue sambil ngunyah nasgor.

Gue liat Koko ngangguk.

"Hhh... kenyang! Tau aja lo gue lagi laper," ucap gue sesudah menyelesaikan suapan terakhir.

"Ya tadi kan gue nanya, makanya gue tau. Udah? Siap-siap, gih!" perintah Koko.

"Lah? Mau kemana?"

"Tadi kan ada film bagus lo bilang. Ya udah ayok nonton sekarang."

"Serius lo, Ko??!" seru gue.

"Duarius malah. Dah cepetan siap-siap! Gue tunggu."

"Yes! Yippiee!! Hahaha..." Gue pun berlarian ke kamar untuk bersiap-siap.

Di perjalanan, Koko fokus nyetir dan gue sibuk merhatiin dia.

"Kenapa?" tanya dia waktu sadar gue perhatiin.

"Enggak." Gue senyum dan masih terus ngeliatin dia.

"Terus ngapain ngeliatin kayak gitu?" tanyanya sambil sesekali fokus pada jalan.

"Gak boleh emang?"

"Ck, au ah!" Gerutu Koko sambil fokus lagi ke jalanan.

Gue mandangin jendela sambil terkekeh kecil. Secara otomatis, pikiran gue terbang saat gue pertama kali ketemu Koko.

Well, namanya bukan Koko, sih. Dan kalian jangan berpikiran kalau dia itu orang Cina. Karena dia sama sekali gak ada orientalnya secuil pun.

Gue manggil dia Koko, karena gue pertama kali ketemu dia pas dia lagi mau beli baju koko. Hehe.. sesederhana itu, ya? Tapi.. kebawa sampe sekarang. Biarin aja lah, disaat orang lain manggil dia dengan nama aslinya, gue manggil dia Koko.

====
Bbeehh.... bioskop rame tenan, euy! Dan ini sangat tidak menguntungkan bagi gue karena postur tubuh gue yang.... euhm... halusnya... mini. Karena gue jadi kesenggol, kegencet, kedorong, dan segala macam ke-ke lainnya.

Tanpa gue sadari dari awal, Koko dengan sigap rentangin tangannya dan ngerengkuh tubuh gue sambil terus menerobos kerumunan orang banyak. Dan, yah.. gue lumayan terlindungi dari gencetan orang-orang.

Setelah berhasil 'selamat' nyampe di loket. Gue dan Koko langsung mesen tiket film yang mau gue tonton. Dan setelah Koko nanya ke mbak penjual tiketnya kenapa rame banget hari ini, ternyata mau ada aktris dan aktor yang bakal nobar. Sayangnya bukan dari film yang gue tonton.

Gue dan Koko duduk di deret C bersebelahan. Dan filmnya emang bagus banget. Berhubung filmnya action comedy gue gak terlalu tegang-tegang amat karena ada lucunya.

Tapi, tetep aja pas scene yang ada darahnya, gue berkali-kali nahan napas. Gue takut darah, by the way.

Tiba-tiba ada yang nangkup tangan gue. Tanpa perlu noleh, gue tau itu Koko. Dia ngelus-ngelus punggung tangan gue, dan gue jadi rada tenang.

Gue noleh ke dia. Dia senyum, dan nepuk puncak kepala gue pelan. Terus lanjut nonton lagi.

====
Huft.... gue. paling. gak suka. ke tempat. parkiran. mobil.

Apalagi yang parkiran undergrown di mall kayak gini. Kesannya panas, pengap, gak ada udara. Dan sekarang, gue kepanasan.

"Gila.. panas banget sumpah." Gue ngipas-ngipas pake tangan gue berharap bisa ngebantu meski sedikit. Napas gue juga udah tersengal-sengal.

Koko yang jalan semeter di depan dari gue tiba-tiba berhenti dan balik arah. Ampun dah.. jangan bilang ni anak ada yang kelupaan.

Gue baru aja mau nanya, tapi tiba-tiba Koko ngelap keringat di dahi gue pake lengan kaosnya, ngebuat gue bungkam.

"Panas, ya?" tanyanya.

Gue cuma diem sambil merhatiin Koko yang kali ini nyingkirin anak rambut gue dan mulai niup-niup dahi gue.

"Udah?" tanyanya lagi.

Gue ngangguk canggung.

"Ya udah, yuk. Buru-buru keluar dari sini. Entar malah makin panas," ucap Koko sambil mengait tangan gue menuju mobil Koko yang terparkir.

====
Dada gue sesak. Mata gue panas. Dan perlahan air mata jatuh membanjiri pipi gue. Gue berusaha ngatur nafas gue. Bahu gue turun naik.

Gak ada isakan. Gak ada suara sendu yang menyayat hati. Tapi air mata terus ngalir. Gue selalu seperti ini, menangis dalam diam.

Gue sengaja duduk membelakangi pintu kamar gue yang terbuka. Biar orang ga pada tau kalo gue lagi nangis.

"Ret?"

Gue tersentak. Suara Koko. Sejak kapan dia di rumah gue? Gue menghapus air mata gue perlahan. Berusaha supaya Koko gak tau.

"Are you crying?" tanya Koko.

Gue diam. Karena kalo gue bersuara, suara gue pasti serak dan itu menjelaskan bahwa gue lagi nangis.

"Reta? Are you okay?" Suaranya makin jelas, gue rasa dia mulai melangkah masuk ke kamar mendekati gue.

"I'm fine," balas gue cepat.

"Do you forget? You can't lie to me."

Argh... ya. Gue selalu gak bisa boong ama dia.

"What happen?" Tubuh gue menegang seketika waktu Koko meluk gue dari belakang.

"Nothing.."

"Are you sure?"

"Huaaa...! Koko! Novel ini sedih banget. Ya ampun, kasian banget si tokoh ceweknya. Duh... baper gue, Ko." Tangis gue makin kencang.

"Ssstt.. gak boleh berisik." Koko menutup novel yang lagi gue baca masih sambil meluk gue, dan kali ini... jari telunjuknya menelusuri judul novel yang dicetak timbul di cover.

"Kenapa sama tokoh ceweknya?" tanya dia lembut.

"Jadi, tokoh ceweknya tuh---" gue pun mulai ceritain dengan detail tentang si tokoh cewek yang perannya sukses bikin gue nangis kejer kayak gini.

Setelah gue selesai ngejelasin ke Koko, dia lepas pelukannya dan beranjak menuju meja belajar gue, dia ngambil beberapa tisu disana.

Koko nempelin tisu itu di bawah hidung gue. "Keluarin," perintahnya dengan lembut.

Gue pun sontak menghembuskan napas lewat hidung dengan kencang hingga benda cair dalam hidung gue berpindah ke tisu yang dipegang Koko. Dengan pelan, Koko sedikit mencubit ujung hidung gue untuk membersihkan cairan yang tersisa.

====
Oh iya.. satu yang gue suka dari sifat Koko. Dia gak banyak omong, tapi banyak action.

Disaat kebanyakan orang cuma nanyain "udah makan belom?"
Koko langsung bawain makanan di hadapan gue.

Disaat kebanyakan orang ga peduli dan hanya ber-"oooh" ria waktu gue ceritain sesuatu. Tapi Koko peduli. Bahkan berusaha ngebuat apa yang gue ceritain itu jadi realita bagi gue.

Dia tau apa yang gue mau, bahkan sebelum gue bilang ke dia.

Dia itu peka. Walaupun gue ngeluarin sebuah pernyataan yang gak bermaksud minta perhatian dari dia, tapi dia paham, dan langsung ambil langkah.

Cuma ke dia gue gak bisa boong.

Cuma dia yang ngerti tangis dalam diam milik gue.

Cuma dia yang ngerti sifat kekanakan gue.

Cuma Koko, yang nama aslinya gak perlu kalian tau.

Dia, Koko. Orang yang gue cintai. Dan dia sahabat gue.

=============END===========

PelarianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang