Part 7

83 7 2
                                    

Uring uringan. Hanya itu yang bisa tergambarkan saat ini. Aku tidak mau bicara pada kak sasi. Aku masih merasakan sakit, sakit yang begitu dalam. Aku juga sudah memblokir semua kontak kak wirya. Jujur, aku belum bisa menerima semuanya. Aku sayang kak wirya, aku juga sayang kak sasi. Tapi rasa sakit itu menutupi rasa sayangku.

"Dek lo masih marah sama gue?" Kata kata itu selalu terucap dari mulutnya.

Aku hanya melirik kearahnya tanpa memberikan jawaban sedikitpun.

Dan akhirnya ibu menyadari keanehan diantara kami. Kami dipanggil keruang keluarga. Aku sebenarnya panik. Masa karena laki laki aja aku berantem.

"Kalian kenapa?" Tanya ibu membuka pembicaraan

Tidak ada yang menjawab diantara kami.

"Kalian kenapa?" Tanya nya lagi

Kami masih terdiam

"Kalian kalo ditanya tuh dijawab. Jangan diem aja!" Ucap ibu dengan nada tinggi

"Kalian kalo ada masalah diselesaikan baik baik. Jangan diem dieman. Kalian itu saudara. Ngga seharusnya kalian kaya gini. Ini baru ibu loh yang tau. Gimana kalo ayah yang tau?" ucap ibu ku. Iya untung saja ayah belum tau. Kalau ayah sudah tau mungkin aku akan diberi hukuman yang berat.

"Ki ki kita" ucap kak sasi terbata bata

"Kalian kenapa?" Tanya ibuku sekali lagi

"Aku salah bu, aku udah jadiin citra bahan taruhan sama wirya" ucap kak sasi cepat

Ibu membulatkan matanya "Apa? Maksudnya gimana?"

Aku hanya terdiam.

"Iya awalnya aku ngga percaya sama wirya. Jadi aku ngajak taruhan. Kalo dia bisa dapetin citra bakal aku traktir sepuasnya. Tapi kalo dia ngga bisa, dia yang traktir aku" jelas kak sasi

"Ngga percaya gimana?" Tanya ibu lagi

"Iya aku ngga percaya. Soalnya dia kaya mau main main doang sama citra. Tapi nyatanya dia sayang beneran sama citra. Ini semua salahku bu"

Aku hanya mendengarkan penjelasan kak sasi

"Lalu?"

"Terus citra tau, dia marah. Dia benci sama aku. Aku tau aku salah. Tapi aku udah minta maaf sama dia" kak sasi tertunduk

"Citra kenapa kamu ngga maafin kakak kamu? Ibu tau ini berat. Tapi kamu tidak boleh begitu sayang. Dia ini kakak mu, dia hanya khawatir kalo kamu kenapa napa. Sasi cuma mau mastiin kalo wirya itu baik atau ngga. Kamu harus tau, ngediemin saudara sendiri lebih dari 3 hari itu dosa. Shalat kamu ngga akan diterima sayang. Kamu ngga boleh begitu"

Aku mulai menangis
Ibu memelukku sambil mencium keningku "Wajar ko kamu marah, karena ngerasa di khianatin. Tapi niat kakakmu kan baik"

Aku menangis sejadinya dipelukan ibuku. Aku tidak habis pikir kenapa aku bisa semarah ini pada kakakku. Padahal niat kak sasi itu baik.

"Masalah itu emang seharusnya di bicarakan baik baik. Jangan pakai emosi" aku mengangguk dan melepaskan pelukanku

"Yaudah sekarang kalian baikan ya. Jangan sampe ayah kalian tau, ibu ngga tau apa yang akan ayah kalian lakukan kalo dia tau" aku menatap kakakku. Dia langsung memelukku.

"Maafin gue dek" dia menangis sama seperti ku

"Iya kak, maafin gue juga udah salah faham sama lo" tangisanku semakin parah.

"Gue yang salah, lo ngga perlu minta maaf"

Aku terdiam. Terimakasih ibu sudah bantu menyelesaikan masalah ini. I love you mom❤

Stay With METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang