Part 9

129 5 0
                                    

Citra pov

Malam ini malam tahun baru, malam yang sangat berbeda bagiku. Malam ini seperti paket komplit. Ada ayah, ibu, kak sasi, ferdinand, ica, kak aci, dan satu lagi. Ada dia. Alberto. Orang asing yang sekarang seperti keluarga. Orang yang sedang menikmati malam pergantian tahun bersama keluargaku. Seandainya tahun besok akan seperti ini. Tapi tunggu sebentar. Wajah ica kenapa terlihat sedih? Apa yang sedang menganggu fikirannya?

"Hei kenapa lo?" Tanyaku sambil menepuk bahu ica

Dia menoleh kearahku tersenyum sambil menggelengkan kepalanya

"Bohong" aku duduk disampingnya

"Not bad" dia terus memandangi langit yang dipenuhi bintang

"Really? Tell me, please" ucapku sambil terus memandangi wajahnya

Dia hanya tersenyum dan seketika dia memejamkan matanya

"Ayo cerita. Apa lo kangen sama orang tua lo?" Sebenarnya ini yang terus ada di fikiranku. Aku rasa itu yang menyebabkannya terlihat sedih.

Dia menganggukkan kepalanya. Aku langsung memeluknya erat. Aku tau bagaimana perasaannya saat ini.

Aku mengelus lembut rambutnya "Jangan difikirin. Kita telepon aja gimana?"

Dia mendongak kearahku dengan senyum semangat.

Aku mengambil ponselku yang berada disaku jaket dan memberikannya pada ica. Lalu ia mengetik nomor telepon orangtua nya.

"Speaker aja" perintahku padanya. Dan dia menuruti perkataanku

Hallo sayang?

Hallo mah, apa kabar?

Baik, kamu gimana?

Baik mah, aku baik baik aja ko

Senyuman yang dia berikan itu terlihat palsu, apa yang dia rasakan sekarang?

Ohh syukurlah, mamah sempet dapet feeling yang ngga enak disini. Kepikiran kamu terus. Kak arsy gimana?

Baik mah, kita semua baik baik aja

Ohya? Kamu tahun baru jadi ke puncak?

Jadi mah, kemarin sore aku sampe di puncak

Really? Waah seru yaaah. Coba mamah sama papah ada disana yah
Mata ica mulai berkaca-kaca, sepertinya dia ingin menangis. Dia tidak membalas ucapan tante aul

Hello ca? Kamu masih dengerin mamah kan?

Iya mah

Tolong kasihin kak arsy ya, mamah mau bicara

Iya mah

"Kak, ini mamah mau ngomong" ica memberikan ponselku pada kak arsy. Terlihat senyum bahagia diwajahnya. Mereka memang sangat rindu pada orangtuanya.

Air mata ica sudah tidak bisa terbendung lagi, dia tiba-tiba menangis. Dia menutup mulutnya dengan tangan, dia membalikkan badannya agar tidak ada yang tau. Tetapi kau jangan pernah membohongi ku ca. Aku tidak sebodoh itu.

Aku langsung menghampirinya dan memberikan pundakku untuk menjadi sandarannya ketika sedang menangis "Cep cep cep, ada gue disini. Kita kan udah kaya keluarga. Anggep aja orangtua gue itu ya orangtua lo juga" ucapku seraya menenangkannya.

"Thanks ya cit, lo sahabat gue yang paling terbaik" sebuah lengkungan seperti bulan sabit terbentuk dari mulutnya. Akhirnya dia bisa tersenyum juga

Stay With METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang