Melihat kejadian itu, Merryn bergegas menghampiri Myesha, melepaskan Rafka dari pangkuannya. Ia menghampiri Myesha dan membantunya berdiri. Myesha pun duduk di sebelah Keenan, ia hanya bisa melamun. Sedangkan bunda Keenan atau Firna, hanya menatap anaknya dan menggigit bibir bagian bawahnya.
"Merryn, saya minta maaf jika perkataanku tadi membuat Myesha shock"ungkap Firna, ia benar-benar tidak enak hati, dan merasa bersalah. Padahal jika ia tadi tak berkata begitu, ah sudahlah.
"Sudah mbak Firna, dia mungkin hanya kaget saja. Sudah kita lanjutkan saja!"ucap Merryn.
"Ya sudah, sekarang disini saya yang akan berbicara, bahwa dipertemuan kali ini, saya dan keluarga saya, juga keluarga pak Arfian inshaa Allah akan melaksanakan acara pertunangan Keenan dengan Myesha, bagaimana?" Jelas Pandu ayah Keenan.
Myesha yang mendengar akan hal itu segera mendelik ke arah mata Keenan, namun yang terlihat disana adalah kepasrahan.
Gue gak nyangka jodoh gue, adalah orang yang nabrak gue di toilet Gumam Keenan. Ia segera membalas tatapan mata Myesha, ia melihat bahwa gadis itu ingin sekali membatalkan acara perjodohan ini.
"Baiklah, karena hari mulai gelap, maka lebih baik dipercepat saja. Nak Keenan mari maju, bawa lah cincin ini!" Perkataan Arfian membuat Myesha makin shock dan membelalakkan matanya.
Tapi entah kenapa, Keenan langsung beranjak dari kursinya dan melangkah maju menuju ke arah Arfian dan Pandu. "Myesha segera dipercepat, ayo kedepan!" Perintah sang ayah.
Huuh, papa nih gimana sih. Aku masih shock aja malah dipaksa paksa. Batin Myesha, tapi ia tak beranjak juga dari kursinya. Akhirnya setelah di paksa oleh mamanya ia melangkah maju.
"Mama tau kamu marah, terimalah perjodohan ini nak!"ucap mama lembut.
Akhirnya Myesha jalan kedepan dan setelah sampai di depan Keenan, Keenan segera menarik tangan kanan Myesha dan menyematkan cincin berlian di jari manis Myesha.
Kamu cantik. Batin Keenan tanpa sadar.
****
Myesha POVArgghh.. Mereka ini kenapa sih, tiba-tiba menjodohkan ku, tanpa ada alasan, tanpa ada putusan. Emangnya aku gak laku apa? Umur masih ABG gini. Baru ge 23tahunan. Huaaah.
Apa jangan-jangan mereka minta cucu yaa? No No No. Buang pikiranmu Myesha!
Karena sudah tidak tahan lagi dan tentunya aku penasaran aku berlari kecil menuju ke kamar mama.
Aku langsung membuka tanpa mengetuk pintu.
"Ma,Pa. Apa maksudnya sih ngejodohin Myesha? Apa Myesha ini perawan tua?" Tanyaku sambil memberi penekanan pada kata perawan tua.
"Hush... Kamu ini. Apa maksudnya perawan tua? Mama cuma ingin kamu berbahagia sama Keenan. Sebelum mama dan papa pergi ninggalin kamu!" Ucap mama berbelit-belit.
"Mama nih ngomong apa sih? Masa iya Myesha bahagia sama orang yang bukan dicintai Myesha!" Sudahlah gak ada gunanya berantem sama mama, mama ingin selalu menang.
"Mencintai itu mudah, mencintai itu pasti, mencintai itu butuh proses dan waktu, mencintai itu.........." Omongan mama terputus karena papa yang tiba-tiba datang.
"Intinya mencintai itu mudah nak, sekarang kamu tinggal ikutin apa yang orang tuamu bilang, dan jalani apa yang Tuhan tulis ke kamu!" Kata-kata papa itu sebenarnya bijak, mampu membuatku terdiam dan.... pasrah.
"Tapi pa, Myesha cuma mau pernikahan satu kali seumur hidup Myesha, nah sekarang kalo misalkan Myesha nikah, bukan sama orang pilihan aku, bukan orang yang dicintai aku mana bisa bertahan?" Akhirnya aku mengeluarkan semua unek-unek ku di depan mama dan papa. Kulirik sekilas Alana, ia tampak gelisah dan mencoba menenangkan ku.
"Myesha tadi papa bilang apa? Ikuti saja semua ini, dan dimana-mana pilihan orang tua itu adalah yang terbaik untuk anaknya!" Suara papa mulai meninggi, ia pergi meninggalkan ruang keluarga. Tak lama mama pun beranjak dari kursinya mengelus rambutku dan pergi meninggalkan aku dan juga Alana.
"Ka..."
Aku menoleh pada Alana.
"Aku mau ke kamar!"balasku dan langsung pergi ke kamar ku
Alana diam menyaksikan semua ini.....
****
"Hiks...Hiks... Lo bisa kesini kan ra? Plis.." aku terisak-isak saat menelepon Tara sahabatku.
"Tapi mye, sekarang udh malem banget, jam 2 malem loh ini!" Sahutnya diseberang sana. Nadanya sedikit meninggi mungkin ya karena ia terbangun karena teleponku.
"Ra, lu bisa pake supir terus nginep dirumah gue. Lagian kan rumahnya gak jauh amet!" Kataku, aku benar-benar ingin curhat ke Tara. Mungkin hanya dia yang bisa paham isi hatiku.
"Tunggu gue 15 menit lagi! Gue kesono, awas kalo Lo tidur!" Bentaknya. Namun bentakannya itu cukup membuatku tersenyum.
"Makasih yaaaaa. Gue tunggu Lo, gak akan tidur kok, eeeummm.. Tara gue laper nih, bawa samyang yaaaa plis plis" pintaku, aku memang lapar belum makan malam dari tadi. Aku masih belum mau bertemu dengan mama dan papa.
"Anj*r, udh nyuruh gue, sekarang minta makan lagi! Pokoknya tunggu gue, awas kalo Lo tidur!!!" Bentaknya lagi. Aku hanya bisa nyengir kuda, melupakan tangisanku.
20 menit kemudian .....
Aku mendengar pintu kamarku diketuk. Aku berpikir itu mama atau Tara ya?
Akhirnya aku memutuskan untuk membuka pintu.
Ceklek.....
Huuh lega itu ternyata Tara, ia masih memakai piamanya dan membawa 2 misting, yang isinya pasti samyang.
"Akhirnya Lo datang jugaa Ra! Sini masuk!" Aku mempersilahkan Tara masuk.
"Iyalah, emang gue-Lo? Yng suka ingkar janji!" Sungutnya.
"Yee, cuma beberapa kali lagi!"kataku sebal. Aku segera melahap samyang yang dibawakan oleh Tara.
"Btw katanya lu mau curhat? Mang sebenarnya ada apa si?"tanyanya.
"Ehmm. Nanti deh Tara, gue lagi makan nih elu juga kan?"ucapku. Sebenarnya aku ragu untuk memberi tahu ia, bahwa aku dijodohkan. Bukan karena ia tak pandai menjaga rahasia. Hanya saja, aku ragu intinya aku ragu.
Tara mengangguk kecil. Setelah makanan nya habis aku segara membuka obrolan.
"Tara gue dijodohin sama mama papa gue"
"Ya Allah, boong lu mye, gue tau Lo pasti cuma mau ngerjain gue doang kan!"ucapnya, sambil tertawa mengejek.
Aku hanya terdiam, tiba-tiba mataku terasa panas lagi, pipiku memerah. Dan aku menangis. Aku menangis dengan isakan kecil.
Isakanku membuat Tara menoleh padaku. Ia segera melempar remot yang tadi ia pegang, dan segera menghampiriku.
"Ya Tuhan, Myesha lu knp nangis?"tanyanya.
Aaaah pe'a pe'a. Napa dia kagak peka siihh?
"Kan tadi gue udh bilang, gue mau dijodohin! Lu gimana sih?!" Ucapku ketus. Ia segera memelukku.
"Iih maaf gue kira becanda! Udh Lo jangan nangis lagi! Sekarang Lo ceritain semuanya, dari awal loh yaa!" Ucapnya sembari tersenyum.
Aku segera menceritakan semuanya sambil menangis, Tara sesekali mengelus punggungku, dan mengucapkan sabar.
"Udah Mye, mungkin itu yang terbaik buat Lo, itu yang Tuhan kasih ke kamu. Sekarang kamu tinggal jalanin aja semuanya!" Ucapnya. Huh ia tak berbeda jauh dengan mama dan papa.
Aku hanya bisa terisak dipelukkannya. Entah karena lelah menangis dan ini sudah hampir menjelang subuh. Akhirnya kami pun tertidur.
∆∆∆∆∆∆
Maaf-maaf yaa update nya lamaa. Btw yang baca ini baru sedikit, tapi gak papa deh penulis amatiran kaan😂. Yang penting ini adalah cerita yang aku tulis sendiri, versi aku sendiri, ini pengalaman baru aku, aku ngerasain suka-dukanya menulis, ngerasain magernya ngetik, ngerasain kehabisan ide cerita. Pokoknya ini pengalaman baru buat aku😍. Aku seneng banget.
Makasih ya yang udh baca cerita ini😚😚.
Oh ya, yg di mulmed itu foto Myesha dan Tara.
KAMU SEDANG MEMBACA
takdir bersamamu
SpiritualMyesha bersama orangtuanya datang ke sebuah cafe yang dimana cafe itu adalah tempat terjadinya perjodohan Myesha dengan seorang CEO yang juga anak teman bisnis ayahnya. Namun ia hanya lah manusia yang siap menerima permintaan orang tuanya ia rela de...