Chapter 13: Angel Voice

404 12 3
                                    

Vote and Comments

Pic: Dio

***

"Dio!"

Aku menatap Dio yang sekarang berusaha untuk mendekati Julian lagi untuk memukulnya.

Aku menarik tangannya dan menghentikannya yang sekarang terlihat sangat emosional.

"Dio hentikan! Dia gasalah apa-apa!" Teriakku berusaha untuk menghentikan apa yang akan dilakukan Dio sebelum Julian semakin terlihat parah.

Dio berhenti dan terdiam di tempatnya sekarang menatap Julian yang sudah jatuh tersungkur di tanah.

Aku berlutut disebelah Julian dan mengeluarkan tissue yang tadi ia berikan kepadaku. Kurasa ia lebih membutuhkan hal ini dibanding diriku saat ini. Aku mengulurkan tanganku dan berusaha untuk membersihkan darah yang mengalir dari hidung dan sudut bibirnya saat ini.

Ia menghentikanku dan mencekal pergelangan tanganku pelan. Diambilnya tissue yang tadi kuberikan kepadanya dan ia membersihkan lukanya sendiri.

"Merci. Aku tidak apa-apa, Carissa."

Aku menatapnya kuatir dengan keadaannya saat ini yang terlihat berantakan. Sekilas ia terlihat meringis saat membersihkan lukanya dengan tissue.

Aku berbalik dan menatap Dio yang berdiri tidak jauh dari kami. Ia masih berdiri di sana dengan posisi yang sama saat kulihat tadi. Ia masih melirik Julian dengan tatapan penuh amarah. Aku menarik nafas pelan dan mengeluarkannya lagi.

Julian mencoba untuk berdiri dan mengusap lukanya lagi. Ditatapnya Dio dengan pandangan yang tidak bisa kuartikan.

"Aku tidak berusaha untuk memperburuk keadaan disini. Kurasa kau telah salah sangka, man. Lebih baik kutinggalkan kalian berdua." Ia mengangguk dan berbalik masuk ke apartemen untuk bertemu dengan Kendra.

Aku berjalan menuju Dio yang sekarang sedang menatapku dengan pandangan dingin. Ia tidak memasang ekspresi apapun dan hanya menatapku dalam diam.

"Apa maksudmu memukulnya? Dia tidak salah apa-apa! Kamu bisa ngga ngga main tangan?" Aku menatapnya dalam diam tidak peduli dengan hujan yang semakin deras saat ini.

Ia mengacak pelan rambutnya dan kembali menatapku.

"Gue udah bilang gue suka sama lo, Car. Tapi lo ngapain sama cowo tadi, ha?" Ucapnya dengan meninggikan suaranya.

Dio terlihat sangat marah padaku. Ia bahkan sudah tidak menggunakan kata-kata yang lembut seperti tadi.

"Julian itu temanku. Tolong ngerti, aku bertemu dengannya dan dia menghiburku." Aku mencoba untuk menjelaskan hal ini padanya.

"Teman? Teman ngga pelukan- atau hampir berciuman kaya tadi- kalaupun gue ga dateng lo berdua udah ciuman. Dan lo minta gue buat percaya?"

Aku menunduk menatap kakiku. Aku tidak sadar bahwa jariku saling berkaitan jika aku merasa gugup. Aku tidak berbohong, aku tidak memiliki perasaan apapun pada Julian. Aku hanya ingin berterimakasih untuk kebaikan yang telah ia lakukan. Kami hanya berpelukan- pelukan pertemanan, kami tidak mungkin berciuman.

Air mataku mulai merebak memenuhi pelupuk mataku. Mengapa hari ini buruk sekali, mengapa harus seburuk ini.

Satu isakan lolos dari mulutku begitu juga isakan kedua dan seterusnya. Aku menutup wajahku dengan telapak tanganku agar ia tidak bisa melihat wajahku saat ini.

Aku mendengar ia menghela nafas cukup keras. Kurasakan rengkuhan hangat menyelimutiku saat ini. Dio memelukku dan membawaku kedalam pelukannya. Ia menepuk pelan punggungku dan hal itu membuatku terisak makin keras.

Eiffel, I'm in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang