Chapter 14: Mysterious Cindy

477 17 0
                                    

Vote and Comments

Jangan jadi silent reader

***

Sesampainya kami di apartemen Dio, ia menekan security number untuk membuka pintu.

Kami masuk dan ia menunjukkan kamar yang akan kutempati. Kamar yang akan kutempati ada di lantai atas karena apartemen Dio memiliki dua lantai. Well, apartemen Dio sangat besar dan mewah. Berbeda sekali dengan apartemenku yang sangat sederhana- maksudku ini benar benar berbanding terbalik.

Apartemen Dio ini sangat terlihat highclass dengan lantai yang dilapisi marmer. Ia memilih warna kecoklatan sebagai warna dari dinding-dindingnya. Aksen kayu menambah kesan elite dan hangat dari apartemen ini. Interior yang mengagumkan.

"Kamu tinggal disini? Kurasa kamu akan pingsan bahkan kejang-kejang jika berada di apartemenku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu tinggal disini? Kurasa kamu akan pingsan bahkan kejang-kejang jika berada di apartemenku." Ucapku dengan nada meyakinkan kepadanya. Ia tertawa mendengar pernyataanku dan mengacak pelan rambutku.

Ia menunjuk kamar yang akan kutempati yang berada di lantai atas dan aku mengangguk mengerti. Kurasa aku terlalu syok untuk memahami bagaimana cara berpikir seorang Dio, ia hanya sendiri mengapa ia harus memiliki apartemen sebesar ini? Aku hanya dapat menghela nafas dan menggelengkan kepalaku.

Aku melangkah menuju ruang tengah dan menemukan Cindy yang sedang membuka kulkas di dapur. Ia berbalik dan membelalakan matanya kepadaku. Ia saat ini mengenakan tanktop dan short pants yang menurutku sangat terbuka walaupun ini di apartemen- apartemen laki-laki tepatnya.

"Lo ngapain disini?" Jawabnya dengan ketus dan bernada tinggi dari ujung sana.

Aku menatapnya dan mengangkat bahuku, "Dio minta gue buat nginep nemenin lo biar lo ngga cewe sendiri disini." Jelasku padanya.

Kulihat ia mendengus dan memutar bola matanya kearahku yang jelas itu menunjukan bahwa ia tidak menyukai ide ini, tentu saja ia kan membenciku.

"Terimakasih banyak, tapi gue ngga butuh bantuan lo." Jawabnya sinis.

Aku melirik Dio sekilas yang sedang menatap Cindy dengan pandangan tidak nyaman.

"Gue minta Carissa buat nemenin gue dan lo, lagi pula jauh lebih baik kalo ga cuma berdua-" Ia menatapku dan tersenyum. Salah satu tangannya meraihku dan merangkul bahuku dan melanjutkan perkataannya "-tapi bertiga."

Cindy menggeram dan menyentakkan kakinya, "Tapi kita dijodohin, which means its not a big deal if i stay under the same roof with you! Dan gue yakin kalo lo belom cerita tentang perjodohan kita ke dia." Ucapnya dengan nada tinggi.

"Harus berapa kali gue jelasin kalo gue nolak perjodohan ini. Don't be too naive, Cindy." Katanya kepada Cindy. Ia menunduk menatapku dengan pandangan mata bersalah, "Aku akan cerita semuanya."

Eiffel, I'm in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang