Chapter 11: War

394 15 0
                                    

Vote and Comments!

***

Aku tidak percaya Dio memintaku menjadi pacarnya. Hal ini seperti mimpi yang tidak mungkin menjadi kenyataan. Dio, pria yang tampan dan kaya memintaku- gadis biasa yang bahkan mungkin sama sekali tidak sebanding dengannya untuk menjadi pacarnya.

Tentu saja jawabannya iya. Tentu saja aku mau menjadi pacarnya karena memang dari awal aku tertarik padanya. Namun ini memang terlalu cepat, aku takut akan penghianatan. Aku takut kalau ternyata apa yang dikatakan Dio barusan hanya bercanda.

Aku meliriknya sekilas yang masih menggandeng tanganku sekarang ini. Kami berjalan menuju magique karena ia ingin mengenalkan temannya padaku. Jujur, aku cukup takut dan ragu-ragu bertemu dengan teman perempuannya yang tadi kulihat- menciumnya? Apa hubungan mereka sebenarnya? Dio bahkan belum menjelaskannya padaku.

"Temanmu baik kan- maksudku ngga galak kan?" Tanyaku takut pada Dio.

Dio tertawa keras dan mendekatkan pergelangan tanganku kedepan bibirnya dan menciuminya.

"Nope. They aren't. Mereka baik semua."

Well, mereka terlihat seperti orang kaya yang sombong dan angkuh membuatku takut untuk berkenalan dengan mereka. Kami masuk dan menuju meja tempat Dio dan teman-temannya berkumpul. Mereka berdua menatap kedatangan kami dengan bingung.

"Gue kira lo balik." Kata Chandra dengan lega. Aku melihat mereka dan tersenyum sopan.

"Gue balik kok ini di apart udahan." Jawab Dio melucu. Aku menyenggol lengannya pelan dan tertawa kecil.

"Iya lucu ya?" Jawab Chandra sarkas namun aku tau itu hanya bercanda. Aku melihat teman wanita Dio yang saat ini sedang menatapku dengan pandangan yang- aku tidak tau pandangan itu namun jelas ada unsur ketidak sukaan didalam matanya saat menatapku.

"Gue mau ngenalin kalian cewek yang tadi gue bilang." Aku melihat ke arah Dio kaget. Dia cerita tentang diriku?

Chandra mengulurkan tangannya kearahku dan aku membalasnya,

"Chandra." Ucapnya dengan nada berat namun ekspresi wajahnya sangat ramah dan bersahabat.

"Carissa."

Aku juga mengulurkan tanganku kearah wanita diseberang Chandra.

"Carissa." Aku tersenyum kearahnya.

Beberapa saat tidak ada jawaban dan respon darinya. Ia hanya menatap uluran tanganku dan wajahku secara bergantian dengan wajahnya yang terkesan angkuh.

"Cin? Itu Carissa udah ngulurin tangan." Kata Chandra kepada perempuan ini memperingatkan. Aku merasa canggung saat ini dan merasa seperti tidak diterima olehnya.

"Cindy." Jawabnya ketus kepadaku tanpa mengulurkan tangannya kepadaku. Aku tersenyum canggung dan menarik kembali uluranku.

Aku melihat Chandra melirik Cindy sekilas dan menghembuskan nafas pelan. Aku menatap Dio yang sekarang juga sedang menatap Cindy dengan pandangan yang sulit kuartikan.

Aku menarik nafas dan tersenyum ceria ke arah mereka dan berusaha tidak memperdulikan apa yang terjadi barusan,

"Apakah kalian menyukai makanan dan minuman disini?" Tanyaku ramah.

Eiffel, I'm in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang