Chapter 19: Is it the time?

286 14 0
                                    

Votes and Comments jangan lupa heheh!

***

Esok harinya aku terbangun dan bersiap siap untuk pergi ke kampus. Aku sama sekali tidak memiliki semangat untuk menjalani hari ini. Kutatap diriku sendiri didepan cermin, mata sembab, rambut berantakan, air mataku mengering dan meninggalkan bekas di wajahku. Gosh, this is embarassing.

Setelah aku mandi dan bersiap-siap aku mengambil roti tawar yang ada di meja dan mengoleskannya dengan sedikit selai coklat yang tersisa di toples. Kurasa aku harus belanja- nanti setelah semua urusanku selesai.

Aku tidak melihat keberadaan Kendra dimanapun. Mungkin ia sudah pergi lebih dahulu atau ia menginap di rumah temannya- atau yang lain?

Aku keluar dari apartemenku dan berangkat menuju kampusku. Aku hanya berharap hari ini tidak semakin memperburuk suasana hatiku. Aku tidak ingin bertemu atau melihat Dio sama sekali- sebut aku bodoh atau menghindari masalah yang aku miliki namun hanya dengan memikirkannya saja telah membuat hatiku sangat sakit. Bagaimana aku dapat berdiri tegak melihatnya? Ia adalah alasan dibalik mengapa aku terlihat seperti sekarang- mayat hidup.

Sesampainya di kampus aku masuk ke kelas-kelasku seperti biasa. Aku bersyukur tidak melihat keberadaannya dimanapun karena hari ini jadwalku tidak ada yang sama dengan miliknya. Waktu berjalan sangat lambat sehingga membuatku bosan dan memutuskan untuk meninggalkan kelas lebih cepat. Ini jauh lebih baik daripada aku harus mendapat omelan dari Mrs. Lee. Aku meminta izin untuk keluar dan ia mengijinkanku keluar meskipun aku tidak akan kembali ke kelas mata pelajarannya untuk hari ini.

Aku keluar dan duduk di taman universitas ini. Ah- dingin sekali. Mungkin jika aku harus terus duduk disini, aku akan menjadi beku karena aku mulai merasakan dingin yang sangat di buku-buku jariku dan hidungku.

Aku melihat mobil yang melaju dengan cukup kencang dan berhenti di tempat parkir yang disediakan oleh kampus ini. Aku memicingkan mataku memastikan bahwa aku tidak salah melihat mobil. Itu mobil Dio. Aku menghela napas dalam-dalam. 'Jangan- tolong jangan hari ini', batinku. Tempat dudukku sekarang sama sekali tidak akan menyembunyikanku darinya karena ia pasti akan melewati taman ini untuk masuk kedalam gedung.

Aku memejamkan mataku pelan, "oke, apapun yang terjadi kau harus melewati hal ini, Carissa."

Aku duduk dan berusaha untuk tidak melihat ke arahnya meskipun hal itu sulit. Bodohnya diriku, aku tetap mencuri pandangku ke arahnya. Entah mengapa ia terlihat berbeda hari ini. Wajahnya, ia juga terlihat sendu sepertiku. Lama memandanginya, menyadarkanku bahwa ia juga menatapku sekilas. Aku menundukkan wajahku menatap ke tanganku yang sudah bertaut. Aku tidak tau apa yang harus kulakukan sekarang, aku benar-benar tidak siap untuk bertemu dengannya. Tapi tidak! Aku harus mengatakan sesuatu, aku sadar akan kesalahanku.

Aku kembali mendongak untuk menatap dirinya dan mengatakan sesuatu.

Seketika itu, aku merasakan sakit yang luar biasa sekarang. Dio berjalan tepat di depanku tanpa menyapaku maupun mengatakan apapun. Ia berjalan lurus kedepan tanpa sedikitpun menoleh untuk menatapku atau merasakan kehadiranku disana. Ah- jadi ia menganggapku tidak ada disini, bukan? Apakah aku seburuk itu kepadanya? Apakah yang kukatakan sangat keterlaluan sehingga ia sama sekali tidak peduli dengan keberadaanku?

Setetes air mataku jatuh menuruni pipiku sekarang. Aku tersenyum dan mencoba untuk menghapusnya dengan tegar, ya, mungkin inilah akhir dari semuanya. Aku mengurungkan niatku untuk mengobrol dengannya dan meminta maaf untuk semua hal yang kukatakan maupun kulakukan padanya.

Seharusnya aku tidak kemari jika aku tau aku akan bertemu dengannya. Bodohnya aku sangat ingin berada didekatnya kemarin malam, karena aku baru menyadari semua ini. Hatiku sangat belum siap untuk menemuinya dan setelah melihatnya seperti tadi, aku mulai mengiyakan semua yang terjadi kemarin dan hari ini.

Aku menghela napas pelan dan berdiri beranjak dari tempatku duduk lagi untuk pergi.

Maybe, it means goodbye, right?

***

TBC.

Eiffel, I'm in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang