Chapter 16: Decision

322 14 2
                                    

Hey guys!

Kalo mau nanya-nanya ke aku tentang apapun bisa langsung dm aja di instagram aku: tataheriyadi

Feel free to ask me anything!:)

Vomments!

***

"Aku tidak tau."

Jawabku ragu-ragu kepadanya. Ia mengerutkan dahinya kepadaku dan membuka mulutnya,

"Mengapa?"

Aku tidak menghiraukan pertanyaannya dan ia hanya menatapku dengan salah satu alisnya yang terangkat.

Kami membayar makanannya- Dio lebih tepatnya yang membayar makanan kami. Aku sudah memaksanya untuk membayar makananku sendiri namun dia jelas menolaknya mentah-mentah. Aku hanya menghela nafas dan menerima itu semua. Kurasa lain kali aku harus lebih dulu ke kasir sebelum dia membayar makanan-makananku.

Kami berdua masuk ke mobil dan Dio mengendarai mobil itu tanpa mengatakan apapun.

Jujur, aku takut untuk menjalani hubunganku dengannya kedepan. Maksudku, ini terlalu cepat bukan? Dengan tiba-tiba ia bilang menyukaiku dan memintaku untuk menjadi kekasihnya sedangkan- aku tau ini konyol- ia masih menajang fotonya dengan wanita lain begitu mesra di apartemennya, juga instagramnya.

Mungkin sebelum aku mengetahui semuanya, aku merasa sangat percaya diri dan dapat menjalani ini semua. Namun setelah semuanya ini terjadi, aku sedikit merasa ragu.

Aku tidak mau menjadi kekasihnya karena pelampiasan atau apapun, ia memang pernah bilang ia memiliki masa lalu yang berusaha ia rubah. Tapi aku ragu jika ia masih terjebak, akankah ia menarikku untuk terjebak bersamanya atau memintaku untuk menolongnya.

Aku belum mengetahui semuanya tentang dirinya. Ya, mungkin aku harus mencari taunya sendiri. Atau mungkin aku harus bertanya padanya? Apakah ia akan menjawabnya?

Apartemenku sudah dekat dan mungkin ini waktu yang tepat bagiku untuk bertanya padanya.

"Dio?" Tanyaku dengan suara pelan.

Ia menoleh ke arahku dan fokus lagi ke jalanan di depannya,

"Kenapa Car?"

"Bolehkah aku bertanya pada mengenai satu hal?"

Ia menyernyitkan dahinya dan menoleh ke arahku sebentar,

"Go on."

Aku menarik nafas dalam-dalam dan berharap pertanyaanku ini tidak melangkah jauh dari privasinya.

"Siapa perempuan itu? Foto-foto yang ada di apartemenmu? Juga yang telah kau post."

Aku meliriknya kecil dan melihat ekspresi wajahnya yang membuatku takut. Dingin. Aku bisa merasakan hal ini sekarang. Ia tidak menjawab pertanyaanku dan terus mengemudi.

Sesampainya didepan apartemen aku berdeham pelan. Mengapa ia tidak menjawab pertanyaanku? Apakah pertanyaan ini begitu sulit untuk dijawab?

Sekali lagi aku bertanya padanya, "Kenapa kamu diam saja? Siapa dia?"

Ia menatapku dengan pandangan yang tidak dapat kuartikan. Ia menatapku dengan pandangan matanya yang dingin- oke, kurasa aku salah bertanya dengannya.

"Kurasa itu bukan urusanmu, Carissa." Jawabnya dingin.

Tiba-tiba kurasakan sakit pada dadaku. Ah, kurasa ini yang dinamakan sakit hati. Ini cukup membuktikan bahwa ia masih belum mempercayaiku sepenuhnya. Mendengar ucapannya itu benar-benar membuat hatiku terasa sakit.

Eiffel, I'm in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang