(5) Sesuatu yang lain

428 87 59
                                    

"Kalau belum bisa menghargai sebuah perasaan, buat apa menjalin hubungan?"

******

       Beberapa detik berikutnya suasana menjadi senyap.

DEG...

      Guru itu berjalan santai memasuki kelas.

      "Selamat siang anak-anak, maaf ya tadi mobil saya kempes, jadi harus ditambal dulu,"

      "Tuhkan bener, apa gue bilang," bisik Fattan mencolek Ken.

      "Ck.. kenapa pake masuk sih tu guru," decak Ken mendengus berat.

      "Mobilnya udah gak kuat menanggung beban kayaknya," sahut malik ikut menimbrung.

     "Kemarin pelajarannya sampai halaman berapa?"

      "Ada PR bu!" celetuk Tuti santai , spesies yang paling pintar dikelas ini sangat hobby mengingatkan pr kepada setiap guru--yaps menyebalkan. Membuat semua mata kompak menoleh kearahnya detik itu juga.

Ssshhutttttttt.....

Sssshhhhtttt.....

         "Para ular langsung keluar dari sarangnya," seru Acha dengan nada pelan.

      Beruntungnya bu Mala tidak mendengar apa yang Tuti ucapkan. Karena dari seluruh murid di kelas, yang mengerjakan PR dapat dihitung dengan jari.

       "Gausah sok baca!" seru Acha dengan nada pelan sambil menatap Ken yang sibuk membolak-balikan halaman dibuku paketnya.

       "Pencitraan dikit," celtuk Ken tanpa menoleh, matanya tetap fokus pada buku paketnya.

      "Sekarang buka buku paketnya bab 5, tentang perpajakan !" perintah guru itu dan langsung mulai menjelaskan tentang perpajakan.

        Beberapa siswa hanya mendengarkan ocehan guru itu tanpa mengerti apa maksudnya--masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Sementara siswa lainnya berkutik dengan kesibukan masing-masing.

         Seperti Rifky yang malah tertidur pulas dibangku paling belakang, Ahmad yang diam-diam mendandani Rifky dengan make up yang dibawa Mila. Ken, Malik dan Fattan yang malah asik Push Rank ML diponselnya, dan berbagai macam aktivitas lainnya. Sedangkan Acha lebih memilih bermain get rich diponselnya.

           Papan tulis memang TV guru yang paling malas untuk dipandang, apalagi jika aktornya pun juga ikut membosankan--penjajahan pelajaran menjadi lengkap.

****

Kriiiinnggggg........

        Bel pulang sekolah telah berbunyi dan disambut sorak gembira oleh para siswa.

        Acha mengecek ponselnya dan terlihat ada satu pesan disana.

Abyan :
Aku tunggu di parkiran ya.

         Melihat pesan itu ia langsung mengemas buku-bukunya dengan cepat.

        Acha bergegas keluar kelas dan berjalan cepat melewati koridor. Langkahnya mendadak terhenti saat tasnya menjadi terasa berat, seperti ada sesuatu yang menahannya dan membuat cewek itu refleks menoleh. Dilihatnya ternyata cowok bertubuh jangkung itu yang menahan tasnya.

        "Apaan sih Ken, rese lo ah!" protes Acha dengan nada malas dan berbalik ke arah Ken, kini mereka berdua berhadap-hadapan.

Bumi & Angin  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang