Acha melangkahkan kakinya menuju tempat duduknya, ia menatap kursi Ken yang kosong, tapi tas hitamnya itu sudah ada disana.
"Rifky, lo liat Ken?" tanya Acha kepada Rifky yang sedang asik bermain dota di Laptop-nya.
"Gak tau, tadi abis naroh tas langsung keluar," sahut Rifky, matanya masih tertuju pada layar Laptop-nya.
"Ooh" Acha mengangguk lalu meletakkan tas-nya dan duduk.
"Cie nyariin Ken," sebuah colekan yang mendarat didagu Acha itu membuatnya tersentak lalu menoleh.
"Apaan sih lo, San," sahut Acha malas.
Sania duduk di depan meja cewek itu, ia membalikkan kursinya menghadap ke meja Acha.
"Lo kenapa? kaya ada yang dipikirin gitu?" tanya Sania mulai menyelidik.
"Gak, gak papa,"
"Kita itu sama-sama cewek, jadi gue paham kok"
"Paham apa?"
"Cewek itu kalo bilang gak papa, berati ada apa apa, ya gak?" ucap sania sambil menunjukkan senyuman ejekannya.
"Iyain San, hahaha"
"Cerita donk, penasaran nih," ucap Sania yang penyakit kepo-nya mulai kambuh lagi.
"Kepo juga kan lo! Waktu itu gue telfon malah dimatiin," decak Acha sebal.
"Waktu itu gue lagi nonton film barat , judulnya The Choice, seru banget sumpah! dan tiba-tiba lo ganggu, ck."
"Lo udah nonton? Serius? Ih gak ngajak-ngajak. Gue juga mau donk filmnya San," Acha menatap Sania dengan tatapan berbinar, membuat temannya itu mendengus berat.
"Iya,iya. Jangan natap gue gitu ah, jijik. Cepetan ceritain yang tadi!"
"Hahaha, oke oke. Jadi gini..." Acha menghentikan ucapannya dan mengalihkan pandangannya kearah pintu kelas, membuat Sania mengikuti arah pandangnya. Tiga serangkai itu muncul bersamaan dari balik pintu.
"Gak jadi deh San, orangnya udah nongol tuh," ucap cewek itu menunjuk Ken dengan dagunya.
"Hmm, jadi yang mau lo ceritain itu tentang Ken, udah gue duga dari awal," goda Sania memperlihatkan senyum ejekannya.
"Berisik lo,udah sana!"
. . .
Acha menatap cowok yang kini sudah duduk disampingnya itu. Ken terlihat lesu, kedua tangannya ia lipat diatas meja dan wajahnya ia sembunyikan dibalik tangannya itu.
---Kriiiiiiiiingggg---
Bel masuk berbunyi. Bagi para siswa, bel masuk merupakan tanda bahwa peperangan dengan pelajaran beserta guru yang killer ataupun membosankan akan akan segera dimulai.
"Lo sakit Ken?" Acha mengelus rambut Ken dengan lembut namun takkan terasa apapun karena hanya dibagian ujung-ujung rambutnya.
"Ngantuk," sahutnya singkat.
Terlihat dari balik pintu, guru yang mengajarkan mata pelajaran Bahasa Inggris itu melangkahkan kakinya memasuki kelas. Semua siswa serentak tidak ada yang bersuara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumi & Angin
Teen Fiction#869 in teenfiction [07-01-2018] Bumi & Angin . . . Ini bukan cerita alam atau semacamnya, ini cerita besar antara aku, kamu, dia dan mereka semua yang ikut terlibat didalamnya. Acha mengecap Ken sebagai pria menyebalkan dimuka bumi, sementa...