(1) Perkenalkan, Si Pria Menyebalkan

877 122 87
                                    

"Hanya orang berhati batu yang tahan dengan sikap menyebalkannya dan berutungnya hati saya terbuat dari batu" - Acha

****

          Gadis blasteran Indo-Jerman itu tampak berjalan santai melewati koridor sekolah yang masih terlihat sepi, rambut pirangnya itu selalu ia ikat satu.

          Rambut pirangnya ia dapat bukan karna pewarna rambut ataupun karna terpapar sinar matahari, tapi memang karna keturunan. Ibu Acha yang berasal dari Yogyakarta mampu memikat hati ayahnya yang berasal dari Jerman.

         Acha menghentikan langkahnya sebelum memasuki ruang kelasnya. Ia menarik napas panjang lalu memasang wajah ceria seperti biasa. Ia melangkahkan kakinya dengan malas menuju kursinya yang terletak dipojok deretan guru nomor dua dari belakang. Dilihatnya cowok menyebalkan yang menjadi teman sebangkunya selama 2 bulan itu sudah ada disana.

          "Good morning," sapa Acha dengan senyum manisnya sambil meletakkan tasnya dibangku lalu duduk. Seperti biasa, tak ada respon apapun dari cowok bernama Keanu Reyvandro Adara yang duduk disampingnya itu. Acha menarik napasnya dalam dalam dan berusaha untuk tetap tenang.

         Cowok manis berwajah oriental itu terus menatap ponselnya, serius dengan game yang sedang dimainkan-nya itu.

         "Ken? Lo udah ngerjain pr matematika?" tanya Acha sambil mengeluarkan buku matematika dari tasnya, tak ada jawaban apapun dari cowok yang biasa disapa Ken itu.

       "Keanuu ???!" gadis itu menepuk bahu Keanu dengan keras membuat cowok disampingnya tersentak.

      "Ck.. Belom," jawabnya santai tanpa menoleh, matanya tetap fokus dengan ponselnya. Raut wajah Ken yang santai itu membuat Acha sedikit gemas dengan sikapnya.

       Mata Acha melirik Ken dengan tajam 'ish, rasanya pengen gue ambil, terus gue injek-injek tuh hp.' gerutunya dalam hati.

      "Inget, guru matematika kita killer loh," Acha memberikan senyum ejekannya, mengingat minggu kemarin cowok itu pernah dihukum jalan jongkok mengelilingi lapangan sekolah yang lumayan luas sebanyak 15 putaran karena tidak mengerjakan pr.

      "Terus?" responnya hanya melirik Acha sekilas.

      "Ya terserah lo, gue sih ngingetin aja,"

        Suasana kelas yang tadinya ramai kayak pasar, mendadak sedikit ricuh ketika salah seorang dari mereka melihat guru matematika killer itu berjalan menuju kelas.

        "Weh, weh,weh ada Bu Wida, ada Bu Wida," teriakan itu seketika membuat mereka berlarian menuju tempat duduk masing-masing.

        Suasana pun seketika senyap, ketika melihat guru bertubuh sedikit gemuk, berkacamata, memiliki tai lalat besar diatas bibir dan bertampang sadis yang didukung oleh bentuk alisnya yang dibuat tipis melengkung tajam itu memasuki ruang kelas.

      Dengan ciri khasnya membawa penggaris kayu panjang dan beberapa buku, ia memasuki ruang kelas dengan santai.

      "Selamat pagi," sapanya dingin dengan suara berat lalu meletakkan buku dan penggaris panjangnya itu diatas meja.

      "Pagi bu," jawab siswa XII-IPS 4 serentak.

      "Pr sudah selesai semua?" pertanyaan yang menjadi ciri khas guru itu sebelum memulai pelajarannya. Matanya menatap tajam kesetiap sudut sampai akhirnya tatapannya berhenti kearah cowok disamping Acha itu.

      "Keanu? Kamu sudah mengerjakan PR?" lanjutnya dengan nada tinggi, membuat cowok itu tersentak dan langsung melempar hpnya ke kolong meja. Semua mata serentak tertuju ke arah Ken.

Bumi & Angin  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang