6. Tidak Ada Lagi Keegoisan Diri

55 5 0
                                    

Los Angeles California.

Joshua terbangun dari tidurnya dengan mata lembab karena dia menangis semalaman. Tidak ingin ada yang tahu bahwa dia sudah menangis, Joshua pun segera masuk ke kamar mandi dan membasuh wajahnya dengan air yang sangat dingin. Setelah mandi dan memakai seragam sekolahnya yang dulu, ia membuka tas ranselnya yang masih tergeletak disembarang tempat.

Terlihat sebuah jas seragam Sekolah Korea miliknya. Disamping jas itu, terpampang jelas foto dirinya sendiri yang sedang tersenyum bersama para member. Joshua melihat jam tangan hitamnya dan pada saat itu juga dia teringat pada Hoshi. Ia merasa bahwa dirinya masih dikelilingi oleh para member, terutama ketika ia melihat cincin yang masih terpasang indah di jari kelingkingnya. Namun tak ingin kedua orang tuanya menunggu, Joshua pun turun menuju meja makan.

“Selamat pagi!” Sapa Joshua kepada kedua orang tuanya yang sudah lebih dulu duduk di sana.

“Jisoo-ya, Appa sudah mengurus semua surat kepindahanmu jadi mulai hari ini kau tidak perlu pergi kesekolah itu lagi.”

Deg. Joshua yang tadinya ingin menyuapkan sepotong roti, malah menyimpan kembali roti yang dipegangnya ke piring.

“Appa tahu kalau kau sangat kecewa, tapi ini juga demi kebaikanmu sendiri” lanjut ayahnya. Perlahan Joshua sedikit berpikir dan menatap cincin yang dipakainya kemudian ia tersenyum.

“Aku tidak kecewa jika itu memang keinginan Appa dan untuk kebaikanku sendiri. Setelah makan, aku akan mengganti bajuku kemudian menghabiskan waktuku untuk bersantai dirumah ini,” Ucap Joshua seraya melahap rotinya. Ayah dan ibunya saling menatap heran karena perubahan sikap Joshua yang sangat cepat tapi, ibunya tersenyum dan mengangguk.

“Jisoo-ya, bisakah besok kau bertemu dengan Boyband pilihan Appa-mu?” Tanya ibunya.

“Jangankan besok, sekarang juga aku udah siap. Tapi… bolehkah aku tahu informasi menenai Boyband itu? Ya.. mengenai Negara asalnya, kapan Boyband itu dibentuk, jumlah anggotanya, atau yang lainnya. Anggap saja itu sebagai pengenalan agar nanti aku tidak terlalu merasa canggung atau merasa asing lagi,” pinta Joshua.

“Informasi yang bisa appa berikan hanyalah mereka baik, penurut, pekerja keras, dan yang pasti baru beberapa hari debut. Appa berangkat bekerja dulu, ya! Jisoo-ya, jaga dirimu dan Eomma-mu!” Perintah ayahnya.

Joshua mengangguk mantap dan langsung menghabiskan makanannya kemudian kembali ke kamar untuk mengganti baju.
Tak lama setelah dia masuk dan duduk di ranjangnya, sebuah deringan bertandakan ada telepon masuk membuatnya tersenyum semakin lebar.

"Annyeong haseyo, chagiya! Bagaimana kabarmu dan yang lainnya?” Tanya Joshua bersemangat. Terdengar banyak orang yang tertawa.

“Hya! aku bukan chagiya-mu! Lihatlah karena ucapanmu itu, aku jadi bahan tertawaan yang lain,” Gerutu si penelepon yang tak lain adalah Jeonghan, si pria berambut panjang.

“Hehehe.. mianhae, aku hanya bercanda. Bagaimana dengan keadaan member lain?”

“Joshua hyung, kabar kami sangat baik!” Teriak seseorang, Seungkwan.

“Joshua-ya, apa kau sudah bertemu dengan Boyband baru itu? Bagaimana? Apakah kau betah bersama mereka?” Tanya Jeonghan.

“Aniya, aku dan keluargaku baru akan menemuinya besok. Sebenarnya aku ingin tetap bersama kalian.”

“Walaupun kau tidak bersama kami, tapi kita bisa tetap saling berhubungan seperti ini kan? Oh ya, kami mendapatkan member baru untuk menggantikan posisimu di Vocal Team.”

“Jinja?” Tanya Joshua lesu.

“Jika kau tidak mengijinkannya, maka kami tidak akan menerima member baru itu untuk menggantikan posisimu,” Celoteh Woozi.

Blue Sweet Seventeen [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang