19. Dalam Kesedihanku

42 3 0
                                    

Hari ke sepuluh semenjak Yoon bergabung dengan Seventeen. Meski sudah kurelakan, tapi aku masih tidak terlalu peduli padanya. Yoon memang pekerja keras dan mudah berbaur. Tapi entah kenapa aku tetap sulit untuk mengakui kehebatannya.

Yoon selalu ingin mendekatiku. Apapun cara yang muncul dibenaknya, pasti akan dia lakukan. Termasuk meminta S. Coups hyung untuk mengunci kami berdua di ruang latihan seperti sekarang.

"Hei, kita sedang terkunci tapi kau malah latihan seperti ini. Lebih baik kita pikirkan jalan leluarnya," tegur Yoon. Aku tidak menghiraukan perkataannya itu. Tapi, dia terus saja mengganggu latihanku.

"Sebenarnya apa maumu?!" gertakku. "Aku tahu kau yang merencanakan semua ini!"

"Joshua, berhentilah sebentar. Ada yang ingin kukatakan padamu," kata Yoon.

Aku tidak menggubrisnya sedikit pun. Hatiku kembali mengeras seperti batu sejak Jeonghan meninggalkanku.

"Joshua, kau tidak suka padaku karena kau masih menginginkan si penghianat itu, bukan?" kata Yoon lagi.

Aku sedikit tertegun, tapi tubuhku kembali melanjutkan latihan.

"Tidak ada orang yang berani menyakiti orang yang ia sayangi. Apapun yang kau lihat sekarang, mungkin itu memang kenyataan yang sangat perih. Tapi jika kau memang sangat mengenalnya, maka pikirkanlah. Kenapa dia tega meninggalkanmu setelah menipumu.  Apa si pengecut itu pernah melakukan hal seperti itu sebelumnya? Apa dia memang suka menipu? Suka meninggalkanmu? Suk—"

"Cukup! Jeonghan... Jeonghan hyung bukan orang brengsek seperti yang kau katakan! Dia tidak sejahat itu, Yoon!!" gertakku. Tubuhku bergetar hebat. Butiran bening mulai menerobos keluar.

"Jeonghan... Tidak seperti itu! Jeonghan tidak akan tega meninggalkanku sendirian, Yoon! Jeonghan tidak menipuku..." kataku lirih begitu Yoon mendekap tubuhku dengan erat. Tangannya terus menepuk-nepuk punggungku pelan.

"Aku percaya padamu. Mulai saat ini, katakan apapun yang kau rasakan padaku. Aku siap menjadi sandaranmu selama dia tidak ada...

...aku akan selalu mendorongmu maju, Joshua."

***

S. Coups dan Hoshi berdiri sambil menggigit kuku mereka masing-masing. Ini sudah waktunya tampil di acara tv, tapi Joshua dan Yoon masih belum menampakkan batang hidungnya. Mereka harap-harap cemas menunggu kedua orang yang selalu berselisih itu.

Terbesit rasa penyesalan pada diri S. Coups karena telah menerima dan masukkan Yoon tanpa berunding dengan member lain.

"Hyung, apa mereka akan datang?" tanya Hoshi.

"Aku tidak yakin. Saat ini aku sedang memikirkan alasan yang akan kita buat jika mereka benar-benar tidak datang," jawab S. Coups terus mengedarkan pandangannya.

"S. Coups hyung, Hoshi hyung, acaranya akan segera dimulai." Dino memberi tahu.

S. Coups melirik jam di tangannya dan segera menuntun Hoshi untuk masuk.

***

"Apa tidak masalah kabur seperti ini?"

"Diam dan nikmatilah. Meski kau datang ke acara itu, pikiranmu pasti tidak akan fokus. Jadi nikmatilah suasana malam ini, Joshua."

"Sikapmu ini mengingatkanlu pada Jeonghan hyung. Dia juga membawaku jalan-jalan untuk mendekatiku..."

"Waah... Sepertinya si pengecut itu sangat berarti bagimu, ya!" ledek Yoon.

"Jaga bicaramu, Yoon! Dia itu gila bukan pengecut!"

"Kau lebih parah dariku, Jo."

"Dia gila. Gila dalam hal memberikan kasih sayang. Gila menolong orang tanpa memikirkan diri sendiri. Tapi aku tetap menyayanginya."

"Ah... Aku baper!!!" ledek Yoon lagi.

Joshua hanya tersenyum dan menarik Yoon menuju kerumunan orang. Mereka berdiri dibarisan paling depan untuk menonton atraksi para mengamen jalanan.

Tidak ada yang lain selain memikirkan kenangannya dengan Jeonghan. Pertemuan tak di sengaja antara Joshua dan Jeonghan itu merupakan hal yang sangat berarti. Kini Joshua hanya bisa tersenyum miris.

Yoon yang berada di sampingnya pun tidak bisa berbuat apa-apa. Dia membiarkan Joshua terhanyut dalam kenangannya itu.

"Yoon, kenapa kau ingin aku bersandar padamu?" tanya Joshua tiba-tiba. Tidak ada jawaban sesikit pun dari Yoon.

"Orang bertopeng sepertimu, kenapa kau rela menghabiskan waktumu hanya untuk menghiburku?" tanya Joshua sekali lagi.

"Karena dari awal, kau adalah orang yang menarik perhatianku. Aku ingin tahu dirimu lebih dalam," jawab Yoon.

"Hanya itu?"

"Tentu saja tidak."

"Lalu?"

Yoon menatap Joshua lekat. Senyumnya terukir dibalik topeng yang menutupi seluruh wajahnya itu.

"Joshua, ada hal yang tidak bisa diberitahukan dan aku juga milikinya."

"Apa kau tidak percaya padaku?" Joshua mulai meragukan.

"Bukannya tidak percaya, tapi lebih baik disimpan dalam hati daripada memberitahukannya pada orang lain. Ini juga demi kebaikan kita semua. Sungguh aku sangat percaya padamu, Joshua."

"Katakanlah jika kau percaya padaku!" tekan Joshua.

"Aku adalah Jeonghan."

Sontak Joshua membelalakan matanya. Ia menatap Yoon tidak percaya.

"Hahaha... Lihatlah ekspresi wajahmu itu, Joshua! Kau sangat lucu. Hahaha...!!!"

"Aish... Bercandamu berlebihan, Yoon!"

"Iya, iya, maaf. Ayo pulang! Yang lain pasti sedang mencemaskan kita."

Tanpa aba-aba lagi, Yoon menarik tangan Joshua. Tawanya tidak pernah berhenti sampai akhirnya mereka masuk ke Dorm Seventeen dan mendapat tatapan menakutkan dari member lain.

"Joshua, sepertinya kita pulang di waktu yang tidak tepat..." bisik Yoon pada Joshua.

***

Blue Sweet Seventeen [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang