14. Terbukanya Rahasia Lama

37 2 0
                                    

"Dia tidak boleh tinggal di sini!"

Suara itu menggema di setiap sudut ruangan. Ayah Joshua sudah pulang dari kantor.

"Kenapa kau sangat keras kepala? Jisoo sedang sakit parah, dia membutuhkan sosok Jeonghan dalam hidupnya!" bantah ibunya yang sudah mulai geram.

"Pergi kau dari sini! Jangan pernah kau perlihatkan wajahmu itu di hadapan keluargaku lagi!"

"Appa, kenapa kau mengatakan itu pada Jeonghan hyung?"

Suara itu membuat seluruh mata tertuju pada Joshua yang mulai siuman dan terduduk diranjangnya. Ayahnya langsung keluar tanpa berkata apapun lagi, dia tidak bisa marah di depan anak kesayangannya itu.

"Joshua-ya, bagaimana keadaanmu? Apa kepalamu masih sakit? Kenapa kau makan udang? Jika kau mau bertemu denganku, kau hanya tinggal menghubungiku saja, Joshua..."

"Hyung, kau terluka," tutur Joshua.

"Jangan pernah mengkhawatirkanku jika kau tidak bisa menjaga dirimu sendiri, Joshua."

"Jisoo-ya, bolehkah Eomma membawa Jeonghan sebentar? Eomma akan mengobati luka-lukanya dulu," pinta ibunya. Joshua mengangguk setuju. Perlahan Jeonghan bangkit dan mengikuti ibunya Joshua yang telah berjalan lebih dulu.

"Jeonghan-ah, maafkan ayahmu. Eomma pasti akan membujuknya agar dia bisa menerimamu sebagai anaknya," tutur Ibu Joshua begitu mereka telah masuk ke sebuah ruangan yang dipenuhi oleh berbagai macam obat.

"Tidak Eomma, keinginanku sudah tercapai. Jika Appa mempunyai anak, maka anak itu hanyalah Joshua. Hanya dengan melihat adikku tersenyum saja, itu sudah cukup untukku."

"Tapi kau adalah pewaris kekayaannya, Jeonghan-ah..."

"Aku tidak butuh kekayaan Eomma. Aku hanya ingin dekat dengan Joshua dan itu sudah terjadi."

Wanita paruh baya itu hanya diam dan fokus pada luka-luka yang diderita Jeonghan. Masa lalu yang pahit mungkin menumbuhkan kesakitan yang amat sangat pada Jeonghan. Namun dia tetap berusaha untuk menjadi orang yang lebih baik dari sebelumnya.

***

"Vernon-ah, apa kau melihat Joshua?"

"Tidak, aku tidak melihatnya."

"Seungkwan-ah, apa kau melihat Joshua?"

"Aku belum melihatnya sejak tadi."

"The8, apa ka-"

"Joshua hyung ada di tepi kolam renang."

Jeonghan tersenyum dan langsung pergi ke tempat yang dituju. Dia terus menyusuri kolam, namun tidak ada tanda-tanda Joshua di sana. Beberapa kali dia meneriakan nama Joshua, tapi tetap tidak ada yang menyahut.

Alhasil, sebuah tubuh mengapung di tengah kolam begitu ia hendak pergi dari sana.

"Joshua!!!"

Bruss..

Tanpa memikirkan kondisinya sendiri, Jeonghan langsung terjun kedalam kolam yang kedalamannya sekitar dua meter itu. Sesekali dirinya tenggelam. Sebenarnya Jeonghan baru saja belajar berenang, tapi keinginannya menyelamatkan Joshua sangat besar. Seberapa banyak air kolam yang terminum olehnya tetap tidak bisa menghalang Jeonghan untuk menggapai tubuh Joshua.

"Joshua! Jeonghan!" teriak S. Coups dan yang lainnya begitu mereka melihat apa yang telah terjadi.

"Mingyu, cepat bantu mereka! Dino, tolong ambilkan dua buah handuk di dalam!" titah ibunya Joshua.

Dengan cekatan Mingyu meraih tubuh Johua dan membaringkannya di tepi kolam. Tak lupa juga ia membantu Jeonghan unuk naik kembali.

Dino langsung memberikan handuk yang sudah ia bawa. Suasana menjadi sangat panik. Beberapa kali Mingyu memberikan pertolongan pertama, tapi Joshua tak kunjung sadar.

Tiba-tiba Ayah Joshua yang baru pulang dari kantor melihat kejadian itu. Ia langsung mendorong tubuh Jeonghan agar menjauh dari Joshua.

"Apa yang kau lakukan? Apa yang kau lakukan pada Joshua, anak sialan?!" bentak ayahnya pada Jeonghan.

"Ak-aku..."

"Masih belum cukupkah kau menghancurkan hidupku? Masih belum cukupkah kau membunuh ibunya?!"

"Jaga bicamu, Yeobo!" bentak ibunya.

"Abeoji..."

"Jangan pernah memanggilku Abeoji. Asal kau tahu, aku tidak akan membiarkan hal buruk terjadi pada Joshua."

Ayahnya mengangkat tubuh Joshua dan masuk ke dalam, meninggalkan orang-orang yang terpaku akibat kata-katanya. Semua mata tertuju pada Jeonghan. Pria itu sangat shock dengan apa yang telah di dengarnya.

Aku... Membunuh ibunya? Membunuh... Ibu Joshua...? Tidak, aku tidak pernah membunuh siapapun! Aku bukan pembunuh, aku bukan pembunuh!!!

Dengan kecepatan penuh, Jeonghan berlari meninggalkan rumah itu. Ia berlari, berlari, dan berlari tanpa arah dan tujuan yang jelas. Kata-kata kejam itu terus menghantui dirinya.

***



Bagi para readers, mohon maaf. Admin akan vakum terlebih dahulu sampai kegiatan admin berkurang. Tapi alangkah senangnya jika para readers tetap setia menunggu kedatangan admin. Terima kasih

Blue Sweet Seventeen [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang