For my lovely one..
Rafael menuliskan beberapa kata sebagai petunjuk. Slide pertama berisi foto yang sepertinya diambil dari dalam bioskop, lalu ada siluet seorang wanita yang sedang bertopang dagu pada kursi, tatapannya kosong–tidak menaruh minat pada tayangan yang ada di hadapannya.
Pertama berjumpa dengannya..
Ternyata itu aku! Kapan dia memotretku?
Foto berikutnya, saat aku berlatih tari di sanggar. Fokus kamera Rafael hanya ditujukan kepadaku, selebihnya terlihat kabur.
Ternyata kami sekampus..
Lalu, foto kali ini diambil di koperasi kampus. Ketika aku berkeliling melihat-lihat isi koperasi–saat aku menunggu laporan Matematika-ku selesai dicetak. Aku lagi!
Aku tidak tahu apa yang membuat jantungku selalu berdegup kencang saat dia berada di sekitarku..
Ada juga fotoku saat aku meringkuk ketakutan karena lampu mati di sanggar–pertama kalinya janjian ketemuan sama Rafael.
Dia fobia akan gelap..
Kali ini, menunjukkan saat aku kecapekan mendaki bukit saat lari pagi bersama Rafael, karena di foto itu aku sedang menunduk sambil memegang kedua lututku, terlalu letih.
Dia kelelahan..
Kemudian kali ini, menggambarkan suasana meriah yang sepertinya berada di luar rumah, teras mungkin? Sepertinya teras rumah Rafael! Tetapi semua itu terlihat kabur. Yang jelas hanya seorang perempuan berpakaian merah yang terlihat membelakangi kamera, mengusap pipinya sambil berlari. Itu aku! Aku saat meninggalkan rumah Rafael ketika acara syukuran wisuda di rumahnya.
Aku bersedia merelakan seluruh hidupku, asalkan dia tidak meninggalkanku seperti ini lagi..
Kali ini air mataku mulai mengalir. Sekarang, slide itu menunjukkan fotoku–yang diambil dari samping, saat di kantor. Pasti Rafael mengambilnya saat ia mendatangi kantorku untuk pertama kalinya.
Ia selalu terlihat anggun, walaupun dengan wajah yang penuh keseriusan..
Kemudian, saat aku diwisuda. Ternyata dia sudah datang ke kampus saat aku wisuda. Aku menghapus air mataku dan sedikit tersenyum.
Ia semakin mempesona dalam balutan kebaya..
Lalu, foto saat kami makan malam di restoran dalam hotel, beberapa jam sebelum dia menyatakan cinta. Hihi, aku terkekeh. Rafael selalu mengambil fotoku dari samping. Selalu.
Wajahnya selalu penuh wibawa, walaupun sedang melamun..
Aku tersentak. Kali ini foto saat aku dan Rafael memakai couple shirt. Ini kan foto yang diambil oleh anak pemilik toko kaset itu, Danu! Bagaimana bisa sampai di tangan Rafael?
Jika bukan dia yang memakai pasangan baju milikku, hidupku tak akan berarti. Dan jika bukan dia yang membuka pintu hatiku, hati ini akan selalu terkunci..
Aku benar-benar menangis. Air mataku tidak dapat kutahan. Rafael, bagaimana bisa? Bagaimana bisa kamu melakukan semua ini?
**********
Hei guys, ini prolog dari tulisan pertamaku yang benar-benar serius. hehee. wdyt? ditunggu komentar, kritik dan sarannya ya.. salam awesome! :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rebecca's Story: Will You Marry Me
Teen FictionRebecca, gadis yang sedang kuliah di jurusan Desain Grafis pergi menonton bioskop bersama kedua sahabatnya, Nindya dan Prima. Beberapa orang laki-laki menabrak mereka, namun ada seseorang yang berbeda. Cowok itu tenang dan tidak grasa-grusu seperti...