Bab IX - Misscommunication

1.4K 59 0
                                    

Brak!

Aku membanting pintu. Menerobos masuk ke dalam rumah. Mama yang memekik tanpa sengaja karena terkejut tidak kuhiraukan.

“Becca? Nindya? Prima? Apa yang sedang terjadi?” tanya Mama.

“Tante tahu Rafael?” tanya Prima. Nindya segera menyikut Prima. “Udah deh, Nindya. Tante juga perlu tahu. Lebih baik kamu nyusul Becca ke kamar.”

“Iya, Tante tahu. Nah, ada apa dengan Rafael ini?” tanya Mama.

“Jadi ternyata Rafael itu cuma ngasih harapan palsu untuk Becca, rupanya dia sudah punya pacar, Tante!” terang Prima.

Mama tersentak.

“Tega sekali dia.” Komentar Mama.

Prima mengangguk semangat.

“Becca, buka pintunya dong?” pinta Nindya dari balik pintu.

“Nggak mau!” jawabku.

“Becca, plis deh, jangan kayak anak kecil. Kamu..”

Aku buru-buru membukakan pintu. Aku tidak suka diceramahi.

“Nindya, lebih bagus kamu diem deh. Kamu ngomong apa juga nggak akan masuk ke otakku sekarang.”

“Mending kamu lupain dia.” Usul Mama yang sudah menyusul ke kamarku.

Aku menghela napas.

“Nggak segampang itu, Ma.”

“Kalo jodoh nggak bakal kemana.” Timpal Prima.

“Apa perlu kami cariin yang lain?” tanya Nindya.

“Nggak, nggak perlu.” Jawabku buru-buru.

“Nah, senyum dong?” pinta Mama.

Aku tersenyum.

“Rebecca..” panggil seseorang sambil mengetok pintu.

Mama buru-buru membukakan pintu.

“Eh, Enny, ada apa?” tanya Mama.

“Becca ada Tante?” tanya Enny.

“Ada, di kamar. Yuk masuk.” Ajak Mama. “Becca, kak Enny nyariin kamu nih.”

Buru-buru aku menghapus sisa air mata di pelupuk mataku.

“Kakak..” kataku. “Ada apa?”

“Semuanya, bisa tinggalin kami sendiri nggak?” pinta Enny.

“Oke, boleh kok. Yuk, Prima kita keluar.” Jawab Nindya mendahului yang kemudian diikuti oleh Mama dan Prima.

“Maaf Kak, tadi aku jutekin Kakak..” ucapku memulai pembicaraan.

“Nggak apa kok, Dik. Kakak malah salut sama kamu, kamu masih bisa bertahan di tempat tadi. Walaupun kenyataan yang sangat pahit itu sudah di depan mata.” Jawab Enny.

Air mataku mulai berlinang.

“Yang tadi itu memang ceweknya ya, Kak?” tanyaku, mencoba berharap.

“Iya, Dik. Kakak sama sekali nggak tahu kalau Rafael ternyata sudah berpasangan, karena Kakak juga nggak begitu akrab sama dia.” Jawab Enny.

Aku menghela napas. Semangatku pudar seketika.

“Becca, tadi Kakak juga sudah bicara sama Rafael.”

Aku tertegun sejenak. “Lalu?”

“Kakak bisa ngerasain chemistry yang ada di antara kalian berdua. Kakak juga bisa lihat kalau sebenarnya kalian berdua itu saling mencintai. Tapi..”

Rebecca's Story: Will You Marry MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang