Sabtu pagi.
Cuaca cerah dan berangin. Yang pas banget untuk hang-out bareng temen maupun keluarga. Dan itu juga yang terlintas di pikiranku. Menghabiskan seharian dengan duduk di bioskop atau di antara baju-baju dan sepatu yang terpajang di etalase Plaza. Kuraih ponselku di sebelah tempat tidur menjalankan rencana.
“Halo..” ucapku memulai percakapan.
“Iya,” jawab seseorang di seberang sana.
“Jalan keluar, yuk. Bosen di rumah terus.” Ajakku. “Ke Plaza, yang deket-deket aja.”
“Oke deh, ajak Nindya juga ya.” Usul Prima.
“Iya, entar aku hubungin dia juga.”
“Oke.”
Tak lama setelah menghubungi Nindya dan Prima, kedua sohibku, aku melirik ke arah jam dinding. Masih pukul delapan pagi. Sekarang saatnya beres-beres kamar.
I’m Rebecca Mezzaluna. Banyak yang mengatakan bahwa aku terlahir dengan bakat menari. Hobiku shopping, sedikit addict dengan barang-barang kecil nan imut, aneka pernak-pernik memenuhi meja riasku. Seperangkat alat rias dari Mac lengkap dengan kuas-kuasnya–walaupun aku tidak begitu ahli menggunakannya. Dan tak lupa seperangkat produk perawatan tubuh dari The Body Shop. Bukankah setiap wanita harus menjaga kebersihan dan kecantikan?
Ini minggu pertama libur semesteran. Tidak terasa sebentar lagi aku sudah memasuki semester empat. Aku melanjutkan studiku di salah satu universitas negeri di Indonesia. Desain Produk, itu jurusanku. Jadi desainer, itu cita-citaku.
Jarum jam Hello Kitty di dinding kamarku hampir menunjukkan pukul sepuluh. Kubuka pintu lemariku. Mengambil dress berwarna khaki dan mengenakannya. Juga tidak lupa kutata rambutku sedemikian rupa. Mengambil jepit rambut dan mengenakan stiletto hitamku lalu beranjak keluar.
“Ma, Becca jalan keluar ya.” Pamitku.
“Mau kemana?” Tanya Mama.
“Mau ke Plaza bareng Prima dan Nindya.” Jawabku.
“Ya, hati-hati.” Pesan Mama.
“Yup.” Jawabku sambil beranjak keluar menuju mobil.
Puji Tuhan, keluarga kami diberikan berkat yang melimpah sama Tuhan. Masih bisa hidup berkelimpahan. Thanks God. Kusetel kaset instrumental piano dari Yiruma, pianis favoritku.
“Yo, here we go.” Gumamku sambil menjalankan mesin mobil.
***
“Kita mau kemana sekarang?” Tanya Nindya.
“Langsung nonton aja yuk?” usulku.
“Boleh. Mau nonton apa?” Tanya Nindya sambil menaiki lift.
“The Avengers?” usul Prima.
“Emang sudah ada?” tanyaku.
“Udah, kemarin adikku sudah nonton. Seru banget katanya.” Jawab Prima bersemangat.
“Boleh. Habis itu temenin aku nyari DVD ya?” ajak Nindya.
“Iya, lalu aku juga mau ke toko buku, nyari buku desain.” Jawabku mengiyakan.
Tepat seperti perkiraanku, cuaca bagus membuat orang-orang lebih ingin menghabiskan waktu di luar rumah. Jam sepagi ini Plaza sudah padat dengan penduduk.
“Mau cemilan apa?” Tanya Prima.
“Beliin popcorn aja deh buat kita bertiga. Ukuran super aja, biar lebih puas. Hehehe.” Jawab Nindya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rebecca's Story: Will You Marry Me
Teen FictionRebecca, gadis yang sedang kuliah di jurusan Desain Grafis pergi menonton bioskop bersama kedua sahabatnya, Nindya dan Prima. Beberapa orang laki-laki menabrak mereka, namun ada seseorang yang berbeda. Cowok itu tenang dan tidak grasa-grusu seperti...