Stres berat!
Aku benar-benar depresi berat. Sejak pertemuan kami di pilar kemarin, Rafael sama sekali tidak membalas pesan maupun teleponku. Aku tidak bisa menghubunginya. Apa yang sedang terjadi?
Apakah otak Rafael baru saja dicuci sehingga dia lupa dengan semua orang? Apa sebenarnya yang sedang terjadi?!
“Kenapa ya?” pikir Nindya saat kami sedang melihat-lihat novel teenlit di toko buku di dalam Plaza.
“Mungkin dia lagi sibuk banget, Bec. Minggu depan kan mereka sudah wisuda.” Sahut Prima mencoba berpikir positif.
“Masa segitu sibuknya sih? Kak Enny aja yang juga semester akhir nggak begitu repot deh.” Ujarku.
Deg!
Aku mencengkeram lengan Nindya dan Prima.
Di sana, di balik kaca pembatas, aku melihat Rafael sedang berjalan bersama seorang gadis. Mereka bergandengan tangan. Layaknya sepasang kekasih.
Aku tidak bisa menahan emosi. Air mata segera berlinang membasahi pipiku.
“Becca, sabar.” Hibur Nindya.
“Aku mau pulang.” Jawabku sambil meletakkan novel di tempatnya semula. Nindya dan Prima menuruti.
“Kayaknya aku perlu balas dendam nih.” Usul Prima dan bergegas mendatangi Rafael. Aku menahan Prima.
“Nggak usah, Prim. Makasih. Tapi lebih bagus kita pulang.” Ujarku pelan.
“Kamu yakin?” tanya Nindya. Aku mengangguk. Aku bergegas menuju eskalator.
“Nin, duluan deh.” Kataku saat melihat Rafael dan gadis itu sedang berbicara, dan di eskalator itu cuma ada mereka berdua.
Grr!
Nindya menurut. Jadi, posisinya Nindya di depan, aku di tengah, dan Prima di belakang.
“Permisi.” Ucap Nindya. Rafael dan gadis itu melepaskan tangan.
Nindya berjalan sambil menunduk. Begitu juga aku. Akan tetapi, Prima melototi Rafael dengan tatapan mengancam.
Rafael tersentak.
Tanpa harus kulihat, aku bisa merasakan Rafael sedang menatap kepergian kami.
Kenapa baru sekarang?
Kenapa harus sekarang? Saat rasa ini sedang bersemi-semi?
Aku berusaha menahan tangis.
“Udah dong, Becca. Kan belum tentu juga itu ceweknya.” Hibur Nindya.
“Kalau bukan ceweknya, jadi siapa?” tanyaku. Nindya tidak menjawab.
“Udah deh, Becca. Jangan mewek dulu. Sekarang kita cari tahu dulu siapa sebenarnya tuh cewek. Oke?” usul Prima.
Aku mengangguk lemah.
***
Sampai detik ini aku belum juga mengetahui identitas cewek yang bersama Rafael saat itu.
1 New Message
From : Rafael
Becca, besok dateng ya ke rumah,
Ada syukuran wisuda
Ajak nindya n prima juga
Okay, thanks
Gb
“Liat nih.” Ucapku sambil menyodorkan ponsel. Nindya meraih ponsel dari tanganku. “Aku perlu dateng, nggak?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Rebecca's Story: Will You Marry Me
Teen FictionRebecca, gadis yang sedang kuliah di jurusan Desain Grafis pergi menonton bioskop bersama kedua sahabatnya, Nindya dan Prima. Beberapa orang laki-laki menabrak mereka, namun ada seseorang yang berbeda. Cowok itu tenang dan tidak grasa-grusu seperti...